17. Lose

13.4K 1.2K 40
                                    

Syasha duduk di bangku kedua, dan tiga bangku dari belakangnya, terdapat satu circle yang Syasha rasa mulai mendekatinya. Berisi empat orang perempuan yang mempunyai penampilan modis bahkan cantik, Syasha diberi beberapa pertanyaan setelah sempat bertemu mereka di kantin saat istirahat.

Namun entah mengapa, Syasha tak begitu menyukai mereka. Rasa tak nyaman muncul saat mereka kerap menawari kebaikan yang terlihat fake.

"Pindah aja di belakang kita, kosong kok."

Syasha tersenyum paksa. "Nggak mau, Syasha lebih suka disini."

Dela mengangguk, namun tidak mengubah gerakannya yang tengah bertopang di meja seraya menatap Syasha. Mau tak mau dia juga harus terus menghadap ke belakang, Syasha merasa tak sopan jika berbicara tanpa menatap mereka.

"Lo kalo di rumah ngapain aja?"

Syasha diam sejenak. "Ehm...Makan, main, tidur?" jawabnya ragu.

"Gitu doang?"

Syasha mengangguk pelan. Dia berharap abangnya cepat datang Dan menjemputnya pulang, Syasha benar-benar tak suka di situasi ini.

"Abang lo gak ngajak lo pergi? Atau belanja?"

"Eh iya Sya, Dia udah punya pacar belum sih?" sahut Dela.

"Iya Sya, kita boleh gak minta bantuan lo biar kita deket sama abang lo," sambung Chena semangat.

Syasha kembali diam. "Abang belum Punya pacar."

Tiga perempuan itu sontak tersenyum lebar. "Lo bantuin gue kan?"

"Gue juga ya!" sambung Chena dan Dela.

Syasha benar-benar bergeming.

"Kalo gue pengen saudara lo aja Sya, si Marvel." Gina tersenyum manis.

"Bantuin ya Sya," desak Dela, memegang tangan Syasha. Bersamaan dengan itu, suara seorang lelaki di ambang pintu kelas menghentikan pembicaraan mereka.

"Abang lo," bisik Chena, kegirangan. Akhirnya dia bisa melihat langsung rupa anak sulung Anderson yang sangat jarang di tampilkan di majalah, berbeda dengan saudaranya yang berasal dari keluarga Alexander, wajah mereka sering terpampang jelas di majalah bahkan tv.

"Abang," panggil Syasha langsung beranjak berdiri.

El menatap adiknya lembut, sama sekali tidak melirik kearah perempuan-perempuan itu yang jelas tengah memerhatikannya.

"Ayo pulang," ajak El menggenggam tangan Syasha, namun saat akan menariknya pergi. Adiknya justru menariknya hingga berhenti berjalan.

"Abang ini teman Syasha, dia temenin Syasha untuk nunggu abang," ucap Syasha panjang lebar, Dela dan teman-temannya terlihat sumringah setelah mendengar hal itu.

El melirik, hanya sekilas sebelum kembali menatap adiknya. "Kamu nunggu lama?" tanya El datar, jelas dia tidak akan membuat adiknya menunggu lama, dan hal itu diketahui Syasha.

Jadi Syasha menggeleng, karena memang hanya butuh 7 menit El datang ke kelas.

"Jadi harusnya gak butuh mereka kan?"

Syasha mengangguk, lalu El kembali menarik adiknya lembut untuk pulang. Sedangkan perempuan-perempuan itu terlihat cengo di tempat.

***

"Yang di kuncir gak suka abang El, dia sukanya bang Marvel."

Revan mendengus. "Abang gak ada?"

Syasha menggeleng pelan.

"Jelek sih lo," ejek Marvel membuat Revan mendelik.

"Lo gak liat pesona gue?" kesal Revan.

"Kalah sama punya gue," sombong Marvel.

Syasha (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang