24. Not Different

13.2K 1.3K 173
                                    

"ABANGGGGG!"

Dugh! Dugh!

Lelaki yang awalnya masih tertidur nyenyak sontak terbangun, nafas El terengah-engah, biasanya ia akan seperti ini saat tengah kecapean dan mendengar suara dahsyat adiknya. Dan kali ini, pilihan kedua lah yang tengah El rasakan.

Setelah sedikit tenang, El perlahan merenggangkan seluruh tubuhnya. Dia sudah melupakan rutinitas seperti ini, senyenyak apapun ia tidur, El yakin akan bangun hanya dengan suara alarm nya, namun masalahnya, alarmnya belum sempat berbunyi.

Dia membuang nafas gusar, lalu beranjak dan berjalan menuju pintu yang tengah di gedor-gedor tanpa henti.

Tak membutuhkan waktu yang lama, El berhasil membuka pintu, lalu berniat akan menegor gadis kecil yang telah menganggu tidurnya.  Namun belum sempat niatnya terkabul, El dikejutkan lagi dengan tubuh itu yang meloncat ke tubuhnya dan menyapanya mendadak.

Seperti kilat, dengan tubuh yang kurang siap, El segera memeluknya lalu menarik tangan gadis itu yang melingkar di lehernya, dan—

Brukh!

"Ahh shit!" desis El berbisik, punggung dan kepalanya terbentur sangat keras di lantai. Suara teriakan beberapa maid yang sejak tadi menemani adiknya sontak membuat kepala El bertambah pusing.

Perlu di ingat. Rutinitas pagi ini bukan lah yang pertama. El selalu mendapatkan kejutan di setiap paginya.

Kali ini El tak sanggup berdiri, tubuh adiknya kini terasa lebih berat. Bahkan mungkin, nyawa El masih belum terkumpul sempurna.

"Syashaa," gumam El sangat lembut.

Syasha diam tak bergerak, gadis itu menatap wajahnya dengan pandangan tak biasa. Tapi El yakin kali ini kupingnya yang tak akan selamat.

Tubuh Syasha di angkat, di bantu oleh para maid untuk menyingkir, setelah itu El. Tapi El segera berdiri sendiri, lalu mengangkat adiknya lagi dengan benar.

"Jangan nangis," peringat El lalu mengusir para maid lewat matanya.

Setelah beberapa menit, semua maid keluar dari kamar, El segera menutup pintu dan menguncinya. Setelah itu El berjalan menuju kamar mandi, adiknya masih diam tak bersuara. El juga tak ingin repot-repot membuat adik cerewetnya bersuara.

Setelah sampai, El mendudukkan adiknya di wastafel, setelah itu dia segera mencuci wajahnya, tubuhnya terasa lebih remuk saat tengah menunduk seperti ini. Apalagi saat tangannya akan menjangkau sikat gigi yang padahal ada di depan matanya, tangan El terasa kaku, dia menghela nafas pelan lalu segera mengambil sikat gigi itu dengan gerakan cepat.

Sedikit nyeri. Tapi hal ini, hanya biasa. El pernah patah tulang di kaki namun masih sanggup menggendong adiknya seharian.

"Udah mandi?" tanya El akhirnya.

Adiknya menggeleng pelan, membuat El kembali diam lalu segera melanjutkan kegiatannya, memberi pasta gigi lalu menggosokkannya ke giginya.

Beberapa menit kemudian akhirnya El selesai dengan kegiatannnya.

"Terus kenapa kesini?" El menurunkan Syasha,  lalu menatapnya intens membuat sang empu kembali menampilkan wajah yang membuat El harus kembali lembut.

"Bangun tidur kenapa kesini?" tanya El lagi, kali ini lebih lembut.

"Mau ketemu abang," jawab Syasha pelan.

El mengangguk. "Kalau udah ketemu?"

Syasha menggeleng, namun tiba-tiba tangan kecil itu terangkat meraih pipinya. El sontak membantunya dengan menunduk, lalu tak membutuhkan waktu lama, seluruh wajahnya di kecup dengan perlahan.

Syasha (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang