47. Happy New Year

6.1K 908 116
                                    

Malam di puncak kota Boston, seluruh penjuru kota itu tentu saling membuat acaranya sendiri bersama orang-orang tersayang dalam rangka menyambut awal tahun baru.

Puncak yang hanya di huni salah satu villa yang kini diisi oleh sekelompok pertemanan, kini menjadi bising karena keseruan mereka memanggang.

Karena lebih banyak laki-laki. Setengah dari mereka bertanggung jawab dalam memanggang. Tentu saja, kecuali Dewa dan El yang notabenenya adalah donatur acara.

Dafa dan Manda memilih untuk bernyanyi dan bermain musik untuk menghidupkan acara.

Sisanya hanya duduk-duduk seraya mengikuti irama lagu mereka berdua. Sesekali mereka juga terdiam menghayati lagu, Dinda duduk tepat di depan Celo dan Manda bernyanyi. Sedangkan Yuni sudah kembali menempel pada Dewa, sisanya tentu mengambil tempat kosong sehingga memutari orang yang bernyanyi.

Di bawah mereka ada kebun bunga yang indah, sedangkan di depannya ada danau yang terbentang luas.

Mereka sengaja memilih untuk mengadakan acara di samping villanya, selain tempat itu dekat dengan ayunan yang menjadi tempat favoritnya Syasha disana. Mereka juga bisa melihat indahnya bukit Boston yang terbentang tinggi dan luas.

Karena tak sadar melamun saat bermain ayunan, Syasha di kejutkan ayunannya yang berhenti mendadak, lalu disusul pelukan erat dari belakang.

Syasha mendongak.

Mata beningnya langsung bisa melihat abangnya tengah bersandar di atas kepalanya seraya memejamkan mata. Sudah beberapa menit ini Syasha memang tidak bergabung disana, tanpa orang-orang sadari, Syasha sedikit sesak akibat asap yang mengepul dari panggangan mereka.

Syasha akhirnya berakhir di ayunan ini, memandang langit yang membuatnya tenang, sedangkan El yang baru saja mengambil beberapa cemilan kesukaan adiknya tak mendapati adiknya di tempatnya tadi, lalu menemukan adiknya di ayunan yang cukup membelakangi mereka berkumpul.

"Kenapa kesini?" gumam El tanpa berniat melepaskan pelukannya.

"Abang yang kenapa meluk Syasha!" Tentu saja ia kesal, Syasha hampir saja mengira abangnya hantu karena ayunannya berhenti mendadak.

El membisu. Namun Syasha merasa pelukannya semakin erat.

Syasha akhirnya kembali menatap langit, membiarkan keheningan terjadi di antara mereka. Nyatanya langit memang selalu membuatnya tenang, Syasha juga membiarkan abangnya memeluknya lama.

"You're perfect to be my sister, sayang."

Syasha terkejut seraya mendongak ke atas saat kata-kata itu muncul dari suara abangnya.

El tersenyum sangat lembut. Dia berjalan ke hadapan adiknya, memegang pundaknya lalu menunduk perlahan, menempelkan bibirnya di kening adiknya cukup lama.

Sampai Syasha merasa pegal karena tak bisa bergerak.

"Abang kenapa sih?" Syasha menatap heran abangnya setelah El melepaskan ciumannya.

El mengangkat alis. "Kenapa apa?"

Syasha diam sejenak, tak lama ia menggeleng.
"Aneh aja."

"Padahal Abang mau kasih hadiah." Mata Syasha melotot.

"HADIAH APA?!"

Beberapa pasang mata yang tengah asik bernyanyi kini memusatkan perhatiannya pada adik kakak tersebut. El tak perduli hingga akhirnya ia mengeluarkan hadiahnya dari kantong.

"Wahhhh!" Syasha berbinar saat membuka kotak persegi panjang yang  ternyata berisi kalung berlian bergambar love kecil.

Dengan lembut El memakainya di leher jenjang adiknya, Syasha selalu tampak cantik dengan mengenakan apapun.

Syasha (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang