24. Another Truth

398 85 17
                                    

Seperti Loki yang biasanya, ia bersikeras agar aku menceritakan seluruh ceritaku bersama Haldir.

"No more secret between us, El." Loki menatapku.

Aku memutar bola mataku.

"Tunggu, ada apa dengan sikap itu? Aku bahkan menceritakan semua tentang Efra padamu," protes Loki.

"Baiklah, baiklah. Aku akan menceritakan segalanya. Cih, kau sungguh seorang pemaksa," sungutku.

Loki tampak menegakkan tubuhnya dan siap mendengarkan.

"Yah, jadi setelah peperangan itu, aku dan Haldir memutuskan untuk pergi bersama ke Lothórien demi kepentingan menyembuhkan Haldir seutuhnya. Ia pulih dengan cepat, syukurnya. Lalu ia mengajakku ke sebuah taman tersembunyi di dalam hutan Lothórien. Kau ingat kunci berhiaskan daun perak yang Haldir berikan untukku?"

Loki mengangguk.

"Kunci itu rupanya adalah kunci yang dapat membuka sebuah pintu rahasia di taman tersembunyi itu. Saat aku membuka pintu itu dengan kunciku, dapatkah kau menebak apa yang ada di dalamnya?"

"Um.. Istana emas yang menjulang tinggi ke langit seperti istana megah milik Asgard ini?" jawab Loki asal-asalan.

Aku memberi Loki tatapan sinis.

"No? Bukan ya?" tanya Loki.

"Ck, menurutmu saja."

"Yah lalu apa, El? Sehebat apa isi taman tersebut?"

"Kau tahu isinya adalah sebuah taman yang lebih besar," jawabku bangga.

Loki menatapku bingung.

"Sebuah taman di dalam taman?" tanya Loki.

"Yup!" Aku mengangguk senang.

"Sebuah taman yang lebih besar di dalam taman yang tersembunyi di dalam hutan Lothórien. Ajaib bukan?" ucapku.

"Cih, biasa saja. Aku bahkan bisa membawa peternakan kambing dari Midgard ke dalam Taman Vertikal jika kau mau."

"Hey, benarkah? Kau bisa melakukannya?"

"Kenapa tidak? Aku dewa." Loki tampak tersenyum angkuh.

"Hm, baiklah, baiklah. Terserah padamu ingin memasukkan kambing, sapi, atau banteng sekalipun ke dalam Taman Vertikal. Tetapi, kau tahu apa yang ada di dalam taman yang lebih besar itu?"

"Sesuatu yang lebih besar daripada banteng?"

Lagi-lagi, aku memberi Loki tatapan sinis.

"Tentu saja bukan, Loki. Kau tahu,di dalam taman itu, terdapat sebuah paviliun perak yang berkilauan dan dikelilingi oleh bunga iris yang sangat, sangat, sangat, sangat, banyak."

"Hm... Akan lebih baik bila di dalamnya terdapat banteng yang sangat, sangat, sangat, sangat banyak," sahut Loki.

Aku menatap Loki dengan kesal dan Loki menyadari hal itu dengan cepat.

"Ow, atau domba. Yah, domba lucu. Bukankah domba lucu, El?"

Aku mendengus.

"Kau ini sebenarnya ingin mendengarkan ceritaku atau ingin adu kehebatan, Loki?!"

"Mendengarkan ceritamu, El."

Loki tampak menunduk.

"Kalau begitu diam dan dengarkan."

Loki pun menggangguk dengan pelan.

Sungguh aneh bagiku melihat Loki yang seperti ini. Ia kini terlihat seperti anak kecil yang begitu patuh kepada ibunya. Tidak heran Frigga begitu menyayangi Loki.

LOKI FANFICTION | I'LL BE YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang