---•••---
Nyatanya Loki memang tidak marah padaku.
Keesokan harinya, Ia berkata bahwa ia telah menyelesaikan lukisannya, namun menolak menunjukkannya padaku.
Hari-hari berikutnya berjalan menyenangkan.
Aku menghabiskan pagi hariku dengan membaca buku sendirian di perpustakaan. Lalu siang hingga malam hari, ku habiskan dengan berlatih panahan bersama Loki, menonton Loki dan Thor berlatih tombak, berkuda ke kota dan bersenang-senang bersama Loki, atau sekedar mengunjungi Heimdall dan menanyakan seputar Ravendell.
Sejujurnya aku tidak tahu apa yang dilakukan Loki di pagi hari, karena aku akan mulai menghabiskan waktu bersamanya di siang hari hingga malam hari.
Terkadang aku masih tidak menyangka bahwa aku dan Loki pada akhirnya bisa berteman.
Loki mampu membuatku melupakan segala kesedihanku, dengan cerita-cerita konyolnya di masa kecil, seperti ketika ia sedang mengunjungi Heimdall dan tanpa sengaja menggerakkan pedang Bifrost, sehingga membuat seekor kambing dari Midgard muncul tepat di depannya.
Hari-hariku terasa begitu ringan dengan adanya Loki di sisiku. Sampai 40 tahun kemudian, ketika Thor, Loki, dan aku telah tumbuh dewasa, sebuah konflik terjadi pada Loki, dan membuat sikap Loki berubah 180 derajat.
Hari itu, aku mencari Loki ke seluruh penjuru istana dan tidak dapat menemukannya hingga malam tiba.
Tengah malam, seorang pelayan istana datang ke kamarku dan memberi tahuku bahwa Odin jatuh sakit. Pelayan istana mengatakan bahwa Odin ditemukan tergeletak bersama Loki yang menangis di sisinya, di ruang bawah tanah, tempat menyimpan barang-barang pusaka Asgard. Para pelayan istana pun menduga bahwa telah terjadi pertengkaran antara Loki dan Odin.---•••---
Keesokan harinya aku menemukan Loki di Taman Vertikal. Ia sedang duduk termenung.
Aku menghampirinya dan duduk di sampingnya.
"Jangan ganggu aku. Kau lebih baik tidak terlihat bersamaku", kata Loki dingin, lalu beranjak pergi.
Aku mengejarnya dan menahan tangannya.
Tangannya gemetar.
Aku menangkup kedua pipinya dan menatapnya.
"Hey, Loki. Tatap aku. Apa yang terjadi padamu?", tanyaku.
Loki menatapku sesaat. Matanya berkaca-kaca.
"Bukan urusanmu. Kau akan menyesal jika tahu", kata Loki, kemudian melepaskan kedua tanganku dari pipinya, lalu berjalan pergi.
---•••---
Hari-hari berikutnya, Loki tampak menghindari semua orang, termasuk aku. Ia akan lebih banyak mengurung diri di kamarnya.
Hatiku terasa sakit dan sesak melihat Loki seperti itu. Karena sejujurnya aku telah jatuh cinta padanya. Ia telah menghangatkan hatiku sejak ia pertama kali mendatangiku di perpustakaan, saat aku sedang menangis setelah kematian ibuku.
Aku tidak tahu apakah Loki juga memiliki perasaan yang sama terhadapku, tetapi aku ingin memperjuangkan perasaanku. Itu sebabnya aku bertekad untuk terus bersamanya dan melindunginya.
---•••---
Setiap hari, aku mengirimkan surat-surat pada Loki melalui pelayan istana yang mengantarkan makanan ke kamar Loki.
Apapun yang ingin ku katakan pada Loki, aku menuliskannya pada surat itu.
Entah itu pesan yang panjang, seperti:
KAMU SEDANG MEMBACA
LOKI FANFICTION | I'LL BE YOURS
Fanfiction"I'm the monster parents tell their children about at night!!" "No, Loki. You're not a monster to me." Ditulis menggunakan English dan Indonesia.