Halo, Call me Rein.
Selamat membaca🤗
----
Pagi ini, Clara sudah bersiap-siap dengan seragam lusuh milik Gendis. Coba saja kalau barang-barangnya ada padanya, dia pasti bisa memakai seragam yang bagus dan bersih.
Mulai sekarang, Clara sudah bisa membiasakan dirinya menjadi seorang Gendis. Bahkan, dia juga terkadang bersikap seperti sosok Protagonis. Sepertinya pertukaran jiwa ini ada baiknya juga.
"Kucel banget sih seragamnya. Muka si Gendis ikutan kucel juga lagi. Gak ada Bersih-bersihnya. Coba aja kalau dia mau dandan, pasti mukanya agak cantikan dikit. Ya, walaupun udah jelas cantikan gue. Setidaknya dia gak burik-burik amat kek," Clara menatap dirinya, bukan! Lebih tepatnya tubuh Gendis dari atas sampai bawah. Bahkan, dia berputar-putar agar bisa melihat setiap inci tubuh Gendis.
"Bodo amat, badan-badan si Gendis, muka-muka si Gendis. Kenapa gue yang repot?" gumam Clara tidak peduli, kemudian kembali berdecak. "Masalahnya, sekarang gue ada di badan si Gendis dan pake muka si Gendis."
Clara berlari ke arah meja riasnya dan memoles sedikit wajahnya. Lagian Gendis tidak punya apa-apa. Jadi, apa yang bisa di pakai.
Setelah siap dengan semuanya, Clara berjalan keluar kamar dan menghampiri meja makan. Mulai sekarang, dia harus terbiasa memakan makanan yang menurutnya aneh dan tidak sehat. Seperti nasi kuning yang ada di hadapannya sekarang.
"Bu, aku sarapannya makan ini?" tanya Clara menunjuk seporsi nasi kuning di hadapannya.
"Iya, ayo cepet di makan!" ucap Mirna penuh penekanan.
Dengan sangat terpaksa, Clara memakan nasi kuning itu. Saat dia mencobanya, rasanya tidak terlalu buruk. Enak. Dia belum pernah memakannya, karena dia mengira nasi kuning itu makanan tidak sehat.
Namun, saat mencoba memakannya, Clara malah menjadi ketagihan.
"Pelan-pelan makannya. Jangan sampai kesedek!" ujar Mirna mengingatkan kala melihat putrinya yang makan dengan sangat lahap.
"Iya, Bu." Clara melanjutkan kembali aksi makannya meski tidak selahap tadi.
Setelah selesai memakan sarapannya, Clara langsung pergi menuju sekolah menaiki bus. Untung saja, jalanan tidak terlalu macet pagi ini. Jadi, dia tidak telat saat sampai di sekolah. Dua hari pergi menggunakan kendaraan umum membuatnya menjadi agak terbiasa menaikinya.
Baru saja beberapa langkah Clara memasuki area sekolah, tiba-tiba saja kepalanya di lempar tas oleh Naya dan Carissa. Tentu saja, itu sudah menjadi kebiasaan mereka untuk merundung Gendis.
"Garlz, maksud kalian apa?" Clara menatap ketiga sahabatnya itu dengan raut wajah bingung.
Naya menatap tajam Clara. "Lo itu gak kapok-kapok, ya? Masih aja sok bertingkah kayak Clara."
"Lo pikir kita bakal percaya apa?" ujar Carissa berdecih sinis.
Tidak seperti Naya dan Carissa, Zela hanya diam dan mengamati Clara. Bahkan, dia masih menggendong tasnya. Tidak seperti kedua sahabatnya yang sudah melemparkan tasnya kepada Gendis.
Naya menatap rendah Clara. "Dari pada lo bertingkah sok kayak gitu. Mendingan lo bawain tuh tas kita ke kelas. Lo beruntung karena Clara belum datang. Coba aja kalau dia udah datang, lo pasti abis,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis or Protagonis (END)
General Fiction~Jangan pernah iri dengan kehidupan orang lain, karena belum tentu kehidupan orang lain itu lebih baik dari kehidupan kita~ -Antagonis or Protagonis- (Sudah selesai revisi) °°° Transmigrasi? Pertukaran jiwa? Mungkin tidak asing lagi untuk kalian sem...