Halo, Call me Rein.
Selamat membaca🤗
----
"Berhenti!" suara berat Azka membuat mereka semua menghentikan langkah dan menatap ke arahnya.
"Azka, tapi di-" ucapan Zela terpotong begitu saja oleh Azka.
"Udah. Kalian jangan ganggu dia lagi. Udah cukup ya, apa yang kalian lakuin sama dia," Azka segera membawa Clara pergi dari hadapan mereka semua.
Tentu saja, mereka semua memandang tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Termasuk Gendis yang menatap tajam Clara, sambil mengepalkan tangannya.
"Lo gak apa-apa?" tanya Azka pada Clara yang dia anggap Gendis.
Clara hanya bisa mengangguk pelan.
"Kenapa mereka sering ganggu lo terus? Lo jangan dendam ya sama mereka. Sebenarnya mereka itu baik, apalagi Clara." ucap Azka sambil terus membawa Clara pergi.
Clara terdiam sejenak, lalu memberanikan diri untuk menatap Azka. Dia harus menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. "Azka, kamu harus percaya sama aku. Aku Clara, ini aku Clara. Aku juga gak tau kenapa, tapi pas bangun aku udah ada di tubuh Gendis,"
Azka memandang tidak percaya ke arah Clara. Tatapannya sangat sulit di artikan. "Gue tau lo gak suka sama Clara, tapi gak gini juga. Jangan ngaku-ngaku jadi Clara. Gue udah bilang, Clara itu baik. Lo harus tau itu,"
Azka hendak pergi meninggalkan Clara, tetapi gadis itu tiba-tiba menghadangnya.
"Kamu harus percaya sama aku. Aku Clara, aku benar-benar Clara." Clara berusaha meyakinkan Azka, tetapi sepertinya itu percuma saja.
"Maaf, Gendis. Gue harus pergi, udah mau bel!"
Azka langsung pergi meninggalkan Clara begitu saja.
Entah Clara harus merasa sedih atau senang ketika Azka membelanya dan tidak mempercayainya. Memang sulit di percaya. Bahkan, Clara sendiri saja tidak percaya dengan apa yang terjadi padanya.
Clara berjalan menuju kelasnya dengan langkah pelan, sangat pelan. Banyak pasang mata yang memaki dan menghinanya, karena masalah kemarin. Akhirnya, Clara merasakan apa yang di rasakan Gendis selama ini. Ternyata, rasanya menyakitkan. Padahal, ucapan itu bukan di tunjukan kepadanya.
Begitu memasuki kelasnya, Clara hampir lupa. Dia hampir duduk di singgah sananya. Itu sama saja mencari masalah. Dengan sangat terpaksa, dia menghampiri bangku Gendis yang berada di pojok dan sendirian. Menyedihkan bukan.
"Kenapa gue harus rasain ini? Gue mau bangun dari mimpi buruk ini," Clara menyimpan tasnya dengan sangat kasar dan langsung menelungkupkan wajahnya ke dalam lipatan tangannya. Sungguh, bangkunya sangat kecil, kotor dan bau. Dia hampir muntah di sana.
"Kalian sadar gak sih? Si Gendis sikapnya aneh," ucap Zela yang menyadari sikap aneh Clara. Benar-benar berbeda dari biasanya.
"Perasaan lo aja kali," sahut Naya tidak peduli.
"Dia bukannya berubah, tapi cuman sok berani aja. Iya, kan, Clara?" tanya Carissa kepada Clara yang sebenarnya adalah Gendis.

KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis or Protagonis (END)
General Fiction~Jangan pernah iri dengan kehidupan orang lain, karena belum tentu kehidupan orang lain itu lebih baik dari kehidupan kita~ -Antagonis or Protagonis- (Sudah selesai revisi) °°° Transmigrasi? Pertukaran jiwa? Mungkin tidak asing lagi untuk kalian sem...