Majapahit, 1328Ashmita, sembilan tahun sudah engkau pergi dari kehidupanku. Walaupun aku tahu pasti dalam kepergianmu, mustahil untuk kembali, aku tetap menantimu. Aku tahu Ashmita, ini harapan yang tabu dan mustahil terwujud. Aku tahu Ashmita. Hanya saja, kau perlu tahu bahwa aku tetap mencintaimu.
Sembilan tahun ini banyak sekali yang berubah Ashmita. Aku sendiri tak tahu apa yang aku lakukan. Begitu banyak kesalahan yang aku lakukan. Aku kehilangan kendali akan diriku sendiri Ashmita.
Tetapi Ashmita, sembilan tahun sebelumnya, saat kau pertama kali datang dalam hidupku, itulah hari-hari dimana kehidupanku bersinar Ashmita. Bersinar dengan daya cinta. Aku tahu benar kala itu kau begitu tidak menyukaiku. Kau kesal denganku, dan sayangnya aku justru kian menyukaimu saat kau kesal. Wajah merah padammu, pipi menggelembungmu, bersungut-sungutmu, semua nampak mengemaskan.
Namun suatu hari tak ada hujan tak ada apa Paman Halayudha kian mencurigaimu sebagai mata-mata, lalu tiba-tiba kau pergi dari istana, hingga aku mencuri dengar tentang pemberontakan Dharmaputra, bahkan kau juga menjadi sasarannya. Aku murka. Aku segera menumpas mereka, tetapi aku kalah strategi. Kami terdesak hingga akhirnya melarikan diri ke Badander. Selama pelarian aku memikirkanmu, aku takut terjadi apa-apa denganmu dan itu karenaku.
Ternyata dunia tak ramah padaku, walaupun aku sudah mencoba mencintaimu diam-diam agar kau tak terkena masalah, kau tetap saja terkena masalah. Ashmita, maafkan aku. Aku sungguh meminta maaf.
Kau ingat malam di mana kita menyaksikan drama Joko Tarub? Kau mengatakan memiliki waktu untuk mendengarkan perkataanku, tapi nyatanya tidak. Kau bahkan pergi sebelum kau tahu apa yang aku katakan. Berbagai kesempatan aku mencoba mengatakan, tetapi selalu ada saja halangan.
Malang betul nasibku. Orang jahat tahu perasaanku, tapi kau yang aku cintai justru tak tahu.
Kepergianmu tak pasti, aku meminta berpelesir dengan maksud untuk mengatakan perasaanku. Tidak untuk dibalas ataupun dijawab, hanya untuk kau agar mengetahuinya. Tapi aku sadar dengan mengatakan itu hanya akan memberimu beban. Mungkin kau tidak tahu tentang perasaanku, tapi aku tahu kau tidak memiliki perasaan padaku melebihi teman. Tidak sahabat apalagi kecintaan.
Jawabanmu pada malam saat makan malam bersama sungguh menyadarkanku bahwa aku tak memiliki arti penting maupun khusus dalam hidupmu. Meskipun demikian aku tetap mencintaimu.
Aku tetap mencintaimu bahkan setelah tahu saat kau hilang di kegelapan malam, menembus portal tak kasat mata. Aku masih tetap mencintaimu walaupun mengerti bahwa kau bukan adik Mada, bukan dari tempat ini. Aku masih mencintaimu dan tetap mencintaimu hingga sembilan tahun kemudian.
Sembilan tahun telah berlalu, banyak hal yang terjadi, termasuk kembali tumbuhnya kebencian yang pernah kita padamkan hingga menjadikan kepribadianku berubah seiring berjalannya waktu. Tapi ada beberapa hal yang tak berubah, sayangku pada keluarga, sayangku pada adik-adikku, dan cintaku padamu—terlepas dari kebenaran bahwa kau tak mencintaiku dan kau mencintai pemuda yang mencintaimu. Sembilan tahun waktu yang terlalu singkat untuk menyemai perasaan ini seorang diri. Terlalu singkat Ashmita.
Yang selalu mencintaimu hingga ajal menjemput dengan paksa,
Jayanegara.
Tamat
Tuban, 15 Oktober 2021
Author Note:
Alhamdulillah. Akhirnya Bukan Anjangsana sempurna terupload pada bulan ini. Memang ada keterlambatan, harusnya ini selesai paling akhir pertengahan Januari, tetapi beberapa minggu terakhir aku sedang disibukkan hal lain.
Tetapi terlepas dari itu semua, terima kasih banyak aku haturkan pada teman-teman yang mengikuti kisah ini dari awal hingga akhir.
Aku minta maaf sebesar-besarnya jika kisah ini masih sangat banyak kurangnya. Kritik dan saran kalian sangat membantuku. Jika berkenan tolong tinggalkan kritik dan saran, supaya aku bisa memperbaiki kisah ini dan kisah-kisah selanjutnya.
Untuk beberapa waktu kedepan, aku belum memiliki cerita baru untuk di-update. Semoga secepatnya bisa kembali menulis dan mengupdate cerita baru. Jika ada masukan untuk kisah selanjutnya kalian bisa tulis di kolom komentar.
Akhir kata, terima kasih banyak dan sampai jumpa di kisah selanjutnya, insyaallah.
Jangan lupa bersyukur dan selalu bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Anjangsana (MAJAPAHIT)
Historical Fiction"Baik dan buruk adalah kerelatifitasan, sedangkan benar dan salah adalah kemutlakan." Gadis melankolis tercebur ke abad 14, di mana kerajaan Majapahit masih nampak kerdil, dipimpin oleh Raja yang menyandang ejekan lemah lagi jahat. Bersamanya kita...