Gadis itu terus berlari. Melewati pohon-pohon menjulang di sekelilingnya. Dengan napas terengah-engah, ia menuruni jalanan miring nan curam itu. Di kepalanya hanya ada kata lari, lari, dan lari. Ia harus kabur dari 'orang itu' sejauh mungkin.
Beberapa kali gadis itu terjatuh akibat kerikil dan ranting-ranting yang menghalangi jalannya. Meski kakinya mati rasa dan berdarah-darah, serta hujan yang merinai membuat pandangannya tak terlalu jelas, gadis itu tetap melanjutkan larinya.
Tiba-tiba,
Bruk!
Gadis itu terperosok karena tak memperhatikan langkahnya. Ia sekarang bergelantung di sebilah akar yang menjulur di pinggir jurang. Dengan sisa-sisa tenaganya, gadis itu berusaha naik.
"To ... tolong!" lirihnya sambil bergetar.
Pandangannya terlempar ke dasar jurang. Banyak batu-batu besar, tanaman-tanaman liar, dan mungkin saja binatang-binatang berbisa yang bersembunyi di bawah sana. Kalau ia terjatuh, ia bisa sekarat, atau bahkan mati detik itu juga. Kemudian menjadi mayat seperti teman-temannya yang sudah lebih dulu dibunuh oleh 'orang itu'.
Gadis itu mencoba tenang. Mengabaikan luka lecet di tangannya, ia berusaha naik kembali. Satu-satunya keinginannya saat ini adalah ia ingin hidup. Tidak, setidaknya jika ia mati, ia tak mati di tempat ini.
Saat selangkah lagi berhasil, orang itu muncul di depannya. Mengenakan jas hujan berwarna biru navy, menatap gadis itu dengan seringaian mengerikan. Dan, menodongkan pistol ke arah kepala si gadis.
Gadis itu menggeleng memohon. Seolah mengatakan jangan menembaknya. Air matanya mengalir bersamaan dengan rintik hujan yang jatuh ke pipi mulusnya.
"Mati." Orang itu berujar datar.
"Mati,"
"Kalian .... harus mati,"
Deg.
Gadis itu kembali menggeleng.
"Jangan," mohonnya.
Orang itu menarik pelatuk. Membuat gadis itu semakin gemetar ketakutan. Tanpa disangka-sangka, orang itu menurunkan pistolnya. Mungkin merasa iba karena bagaimanapun juga mereka masih 'teman'.
Melihat itu, gadis itu mengulas senyum tipis karena ada secercah harapan. Namun, senyumannya luntur seketika saat orang itu berjongkok dan melepaskan pegangan gadis itu dari juluran akar secara kasar.
"J-jangan. Jangan lakuin itu. Jangan," kata gadis itu panik.
"P-please, jangan jadi pembunuh lagi,"
Gadis itu mencoba bertahan. Sayangnya, tenaganya kalah telak dari orang itu. Hanya sekali pukul, pegangan gadis itu terlepas.
Lalu terjatuh,
ke dasar jurang. Dengan kepala terbentur salah satu batu besar di sana dengan keras. Seketika, darah merembasi batu itu. Melebar ke sana-ke mari. Di tanaman-tanaman liar, bercaknya menempel di beberapa daunnya.
Gadis itu megap-megap. Tangannya yang lemah berusaha menggapai orang itu yang menatapnya tanpa ekspresi di atas sana. Gadis itu kejang-kejang. Matanya mendelik sampai menyisakan putihnya.
Sebelum kesadarannya hilang, gadis itu mengucapkan sesuatu dengan susah payah dan terbata-bata.
"To ... tolong...,"
****DEATH REUNION****
Bagian ini part ke sekian. Bonus dari part 4 '-'
Siapa 'gadis itu' dan siapa 'orang itu'? Namanya gak disebutin biar kalian berteori sendiri.
Selamat bersu'udzon.
Jabar,
©2022, Maret.Revisi: 21 Mei 2023.
Ditulis oleh Bradyguann.
KAMU SEDANG MEMBACA
Death Reunion
Mystery / Thriller[Belum Direvisi] Sekelompok muda-mudi merencanakan muncak di hari reuni mereka. Dari atas gunung yang seharusnya menjadi hari bahagia, berubah menjadi jerit tangis dan berdarah-darah saat satu per satu dari mereka mati dengan cara tak wajar. Racun...