***DEATH REUNION***
"Jangan telpon polisi." Ucapan itu membuat mereka menoleh seketika.
Dika, laki-laki yang sudah berdiri di samping Manda itu langsung merebut ponsel yang hendak Manda pakai untuk menghubungi polisi.
"Jangan telpon polisi, biar ini jadi rahasia kita," ulangnya serius.
Tak hanya yang lain dibuat bingung oleh ucapan Dika, melainkan Manda juga. Gadis itu yang masih dalam keterkejutan atas kematian Shera menatapnya nyalang.
"Lo gila, ya?!" sentaknya. "Di sini ada yang mati dan dengan gampangnya lo bilang gaperlu telpon polisi?!"
"Gue nggak buta Shera mati," balas Dika cepat. "Satu hal yang harus lo ingat, kita muncak tanpa adanya ijin. Kalau kita nelpon polisi, bisa-bisa kita diinterogasi atau bahkan ditetapkan sebagai tersangka atas kejadian ini," jelas Dika logis.
Dika menyapukan pandangannya pada teman-temannya yang masih belum bisa mengontrol diri sepenuhnya.
"Banyak kasus orang nggak salah di penjara. Nggak sedikit mereka disuruh mengaku membunuh padahal mereka bukan pembunuh. Dan itu semua, karena mereka terlalu polos untuk dibodohi. Kalian mau, kita berakhir sama kayak mereka di balik jeruji?" tanya Dika seraya menaikturunkan alisnya.
Nugrah yang tampak gusar menyahut. "Terus, apa yang harus kita lakuin, Dik?" tanyanya sambil melirik mayat Shera.
"Buang mayat Shera ke jurang, buat dia terlihat mati secara alami," usul Dika.
"Dik!" Syifa keberatan dengan ide gila itu.
"Gue cuma mau nyelametin masa depan kita, Syif. Gue berpikir logis," balas Dika.
"Dengan cara bikin Shera hilang?"
"Kalau itu satu-satunya cara untuk nyelametin kita, why not?"
Dika tampak meminta persetujuan yang lain.
Manda buru-buru memohon di depan mereka. Ia memegang tangan mereka dan mengguncang tubuh mereka satu-persatu.
"Please, jangan lakuin itu. Gue mohon. Shera temen kita." Manda yang teringat sesuatu mendadak berbalik arah dan merebut ponsel yang berada di genggaman Dika. "Siniin ponsel gue! Biar gue yang hubungi polisi!" Manda berusaha meraih ponselnya. Namun, Dika lebih gesit menjauhkan ponsel itu dari Manda.
Manda beralih pada teman-temannya yang lain yang tak melakukan apapun.
"Kenapa kalian diem aja?! Bantu gue rebut ponsel gue!" Sedetik kemudian, manik gadis itu terjatuh pada tangan Echa yang memegang ponsel sebuah. Gadis itu bergegas mengambilnya, namun lagi-lagi ia kalah cepat dari Dika.
"Grah, pegangin Manda. Lex, bantu gue buang mayat Shera," suruh Dika membuat Manda berteriak dan berontak.
Keduanya bergerak gelisah dan saling dorong.
Melihat keributan di depannya, Selvi yang tak tahan tak tinggal diam.
"Berhenti!" bentak gadis itu berdiri di tengah-tengah mereka. Netranya menatap Dika tajam. "Dik, kita nggak bisa lakuin cara sampah ini. Gimanapun Shera bagian dari kita. Shera harus dapat pemakaman yang layak."
Selvi mengeluarkan ponselnya dari saku celananya. Ia memberikan pada Manda. "Nda, lakuin apa yang menurut lo benar."
Tanpa disuruh dua kali, dengan tremor Manda menghubungi nomor polisi. Gadis itu tampak resah menunggu sambungannya diangkat. Selang beberapa detik, Manda harus menelan kekecewaan karena sinyal mendadak hilang.
Manda berakhir luruh dan menangis di samping tubuh Shera yang tergolek tak berdaya itu.
"Sher, maafin gue. Harusnya gue ikut nggak setuju muncak ini diterusin. Gue nggak tau kejadiannya bakal kayak gini." Ia menunduk dalam. Air matanya merembasi pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Death Reunion
Mystery / Thriller[Belum Direvisi] Sekelompok muda-mudi merencanakan muncak di hari reuni mereka. Dari atas gunung yang seharusnya menjadi hari bahagia, berubah menjadi jerit tangis dan berdarah-darah saat satu per satu dari mereka mati dengan cara tak wajar. Racun...