018

686 77 132
                                    

Monmaaf kalo ada typo atau kalimat membingungkan:)

Jangan lupa vote sama komen.

Happy reading guys!

***

Dika bersimpuh di samping mayat Manda. Laki-laki itu tampak meratap. Ia mencoba memejamkan mata, berusaha menetralkan perasaan sesaknya. Namun, suara keributan yang terjadi yang diakibatkan oleh Nurna menuduh Echa, mengusik pendengarannya.

"Kita ikat dia di pohon. Ayo bantu gue," ajak Nurna kepada teman-temannya yang hanya diam.

Echa berusaha melepaskan diri saat Nurna menarik lengannya. "Bukan aku pelakunya, Nur. Kita bahkan di tempat yang sama saat Selvi dikejar orang itu," jelasnya.

"Alah, bisa aja lo suruh Pak Yudi buat bunuh kita. Dia kenalan bokap lo. Kalian bersekongkol, kan?" tuding Nurna dibuahi gelengan kepala oleh Echa.

Ya, Nurna yakin itu. Mengingat Pak Yudi orang yang tahu seluk beluk tempat ini, Nurna pikir semuanya menjadi mungkin. Apalagi Pak Yudi kenalan Om Bram, Papa Echa.

Tak peduli apa motif pembunuhan, yang jelas pelakunya sudah pasti mereka.

"Pak Yudi cuma bantu kita, Nur. Terlepas dari itu, aku sama dia gak pernah bersekongkol untuk membunuh yang lain,"

"Berhenti bersandiwara, Cha! Gue tau lo lagi main peran,"

"Cukup," pinta Dika lirih.

"Kenapa aku harus mengaku di saat bukan aku pelakunya?" tanya Echa dengan sakit hati.

Dituduh seperti ini oleh teman sendiri itu benar-benar menyakitkan baginya.

"Karena supaya lo gak ketahu-"

"Lo emang gak ngerti bahasa manusia brengsek!" Dika mendorong Nurna sampai membuatnya terjatuh. Ia menindih gadis itu seraya mencekiknya.

"Belum cukup lo nuduh Manda, sekarang lo nuduh Echa?" tanya Dika dengan gigi gemeletuk.

"Nurna!" seru Syifa panik. Alih-alih menyingkirkan lengan Dika, Syifa yang mencoba membantu malah didorong oleh laki-laki itu hingga terpental. Beruntung dengan sigap Rangga menolong.

Sementara Selvi dan Alex yang sedari tadi menonton kejadian itu terkejut.

Nurna memukul-mukul tangan Dika meminta dilepaskan. Napasnya megap-megap.

"L-lepas...," pintanya dengan wajah yang sudah memerah dan urat tampak di sekitar pelipisnya.

"Ini balasan untuk orang yang suka nuduh sembarangan," ujar Dika dingin.

Nurna meludahi wajah Dika. Ia meraup tanah di dekatnya, kemudian melemparkannya ke mata laki-laki. Belum sempat teriak karena perih, Nurna menendang Dika hingga membuatnya tersungkur.

Nurna bangkit dengan tatapan sinisnya. "Itu juga balasan buat lo yang nuduh gue sembarangan," balasnya dengan napas keluar tak beraturan.

Rangga memenangkan Dika. Ia mengalihkan pandangan kepada Syifa. Memberi sebuah kode.

Syifa yang langsung paham segera membawa Nurna menjauh dari tempat itu.

"Kenapa lu biarin dia lolos, Ngga?" geram Dika setelah kepergian keduanya.

"Ini bukan saatnya ribut. Lo gak kasian sama Manda?"

Dika terdiam.

"Siapa yang bisa bantu gue ngurus Manda?" tanya Rangga menatap Alex, Echa, dan Selvi bergantian.

Death ReunionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang