020

612 57 54
                                    

***DEATH REUNION***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***DEATH REUNION***

Sejak Echa memberitahu penyakit leukimia yang dideritanya, teman- temannya lebih mempedulikannya. Mereka prihatin melihat kondisi Echa yang kadang mimisan dan lemas.

Hari keenam berada di Semeru, persediaan makanan semakin menipis. Sore itu mereka duduk melingkar membahas kejanggalan-kejanggalan untuk menemukan titil terang. Minus Nurna dan Selvi yang kini berada di dalam tenda.

Berbicara tentang Nurna, setelah malam itu demamnya semakin parah. Jika tak segera ditangani ia bisa terkena hipotermia akibat cuaca gunung yang ekstrim dan berujung kematian. Sekarang kondisinya mulai membaik.

"Kenapa pembunuhnya selalu ninggalin pisau di hati?" tanya Syifa heran, lalu gadis itu teringat sesuatu. "Manda ...."

Ya, Manda penyuka hati ayam. Bisa saja kan gadis itu meninggalkan pisau di hati karena ia menyukainya?

Namun mengingat Manda sudah mati, rasanya tidak masuk akal bahwa ia dalangnya. Apalagi ia mengenal gadis itu dengan baik dan tak ada tanda-tanda Manda seorang psikopat.

Dika yang sedang menyantap mienya tersedak. Ia buru-buru meraih botol minuman terdekat, kemudian melemparkan tatapan sinisnya pada Syifa.

"Gue rasa lo terlalu banyak nonton film, Syif," sahut Dika sinis. "Kita gak hidup di skenario manusia di mana pembunuhnya malsuin kematiannya. Itu terlalu murahan. Dan cuma orang idiot yang mikir ke sana," cibirnya telak.

"Sorry Dik," sesal Syifa, menunduk dalam.

"Sensi amat Bos," komentar seseorang membuat mereka menoleh.

Alex berjalan terpincang-pincang ke arah mereka dibantu oleh Rangga. Laki-laki itu habis dari toilet.

Rangga mendudukkan Alex di sebelah Echa di kayu gelondong panjang itu.

"Semua kemungkinan bisa terjadi. Bukan cuma Syifa aja yang heran, gue dan mungkin yang lain juga sama herannya. Siapa tau dengan itu kita bisa dapet petunjuk lebih,"

"Tapi gak dengan nuduh Manda juga, Lex. Dia udah jadi mayat," protes Dika menahan diri untuk tidak terpancing emosi.

Syifa yang tak enak hati dengan keributan itu melerainya.

"Dik, gue gak bermaksud nuduh Manda. Gue mengaitkan satu sama lain karena ingin secepatnya kita mecahin semuanya. Jadi jangan salah paham,"

"Jelas-jelas ucapan lo mengarah ke sana," tukas Dika.

"Tapi Dik-"

"Sebetulnya gue gak terlalu heran kenapa sekarang kalian jadi tukang tuduh." Dika memandang Syifa dan Alex bergantian dengan tajam. "Nurna pasti udah cuci otak kalian," tukasnya dingin seraya memperlihatkan smirknya. "Bener, 'kan ucapan gue?"

Dika beralih pada Echa dan Rangga. "Kalian juga nuduh Manda pelakunya?" Echa dan Rangga berpandangan sesaat, lalu menggeleng. Membuat Dika sedikit lega. "Syukurlah, seenggaknya selain gue, ada dua orang waras yang gak nuduh mayat sebagai pelaku."

Death ReunionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang