013

926 144 221
                                    

***DEATH REUNION***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***DEATH REUNION***

Udara tengah malam di pegunungan sangat dingin. Saking dinginnya, sweater dan baju hangat lainnya tak cukup untuk menghangatkan tubuh.
Bermanja dengan selimut adalah suatu keputusan yang tepat saat ini.

Lain halnya di tenda 2 khusus perempuan. Alih-alih tertidur nyenyak seperti Echa, Selvi tak bisa tidur sama sekali karena tangisan Manda tak kunjung berhenti.

Selvi yang mengantuk berat menegurnya. "Mau sampe kapan lo nangisin Shera terus, Nda? Ini udah jam satu lebih. Kita harus tidur," ujarnya yang sebenarnya tak tega mengatakan itu.

Manda mengangkat kepalanya. Wajahnya tampak kusut. Matanya bengkak dan berair dengan hidung memerah.

"Lo nggak sedih liat temen kita meninggal, Sel?" tanya Manda parau.

Selvi menghela sebentar. "Gue sedih, tapi karena gue sering liat kasus serupa di lingkungan sekitar, gue agak terbiasa. Lagian, sedih nggak melulu tentang nangis, Nda. Apalagi sejak kecil gue diajarin orang tua gue untuk kuat menghadapi apapun."

Manda terdiam. Ia tiba-tiba mengganti topik. "Menurut lo, Shera bunuh diri atau dibunuh?" tanyanya seraya menegakkan tubuh.

"Bunuh diri," jawab Selvi cepat. "Nggak ada siapapun di gunung selain kita. Kita bahkan nggak liat orang lain selama perjalanan."

"Ibra?" tanyanya memastikan.

"Dia cuma ngancem. Nggak mungkin Ibra sewa pembunuh bayaran buat bunuh Shera. Kenapa sekarang lo jadi ragu?" Selvi menaikturunkan alis.

Lagi-lagi Manda terdiam.

"Gimana pendapat lo dengan seseorang yang diam-diam menghanyutkan?" Manda teringat botol tupperware bersianida merah maroon milik Nurna itu.

"Lo nuduh Nurna?" tanya Selvi penuh selidik. Ia tampak terkejut.

Manda menggeleng. Ia menunduk kikuk. "Gue cuma ... kepikiran ucapan Dika," balasnya menghela napas panjang.

"Sejak kapan lo percaya omongan tuh anak?" Selvi memicingkan mata. Perempuan itu tersenyum misterius.

Manda merotasikan bola matanya. "Jangan mikir macem-macem. Udahlah, mending kita tidur. Pagi-pagi kita harus bangun dan turun dari sini."

"Lo yang daritadi nggak tidur." Selvi tampak bersungut-sungut.

Demi apa?! Manda enggak sadar apa bagaimana? Dia yang mengganggu Selvi dengan tangisannya, kalau Manda tak amnesia.

Death ReunionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang