08

1K 200 379
                                    

Butuh inspirasi tolong wkwk 🖐🏻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Butuh inspirasi tolong wkwk 🖐🏻

***DEATH REUNION***

Shera masih tremor. Gadis itu mondar-mandir sambil terus melongok jalanan. Sesekali menggigiti kukunya, pandangannya beralih menatap teman-temannya.

"Siapa tadi yang telpon polisi?" tanyanya.

Syifa mengangkat tangan.

"Gue," sahutnya.

"Lo beneran gak salah telpon, kan, Syif? Lo beneran yakin kontak yang lo hubungin polisi? Kenapa mereka belum datang?" komentar Shera resah.

Nurna mendekati Shera, lantas menepuk bahunya. "Sabar. Mereka lagi dalam perjalanan. Mending lo tenangin diri dulu. Jangan gegabah. Belum tentu Ibra pelakunya,"

Shera menepis tangan gadis itu kasar. Ia mendelik sinis. "Tenangin diri lo bilang, di saat nyawa gue terancam?" lontarnya, membuat Nurna kehabisan kata-kata. "Dan tau apa lo kalau bukan Ibra pelakunya?" tanyanya seraya melirik paket berisi bangkai tikus dan beberapa kepala ayam yang tergolek di atas tanah di depannya.

"Sher, Nurna peduli sama lo. Dia gak bermaksud nyinggung perasaan lo. Dan kalau boleh jujur, bukan cuma Nurna yang nggak percaya, kita juga. Lo bahkan gak punya bukti selain asumsi-asumsi lo sendiri," sela Syifa.

"Ucapan Syifa bener. Kalaupun lo lapor polisi, lo gak bisa menjarain Ibra karena buktinya nggak kuat." Rangga ikut ke dalam pembicaraan.

"Seenggaknya polisi bisa nyelidikin dan nemuin pelaku aslinya." Selvi berujar bijak. "Kasus kayak gini bukan main-main. Sekali lengah, nyawa taruhannya."

Shera mengangguk membenarkan.

Tak lama setelah itu, bunyi sirine polisi terdengar. Kesepuluh orang itu menegakkan badan saat dua buah mobil kepolisian berhenti di depan villa, lalu keluar beberapa pria mengenakan seragam. Dan karena itu, mengundang perhatian warga sekitar yang dasarnya punya sifat kepo.

Begitu para polisi menghampiri, mereka menutup hidung karena aroma busuk dan anyir dari bangkai tikus dan kepala-kepala ayam menyengat bersamaan. Ketua polisi mengecek paket itu, lantas mendekati Shera.

"Selamat siang. Dengan Mbak Shera?"

Shera mengangguk mengiyakan. "Iya, Pak. Saya Shera,"

"Bisa langsung jelaskan kronologinya?" pinta polisi itu to the point.

Lagi-lagi Shera mengangguk. Ia sempat menatap teman-temannya meminta persetujuan. Setelah mereka mengijinkan, Shera menceritakan kejadiannya secara detail. Tanpa ditambah atau dikurangi sedikitpun. Termasuk memperlihatkan spam chat di ponselnya berisi ancaman.

Kemudian, polisi itu berujar, "Baik, karena kami sudah menerima laporan, tim kami akan menyelidiki kasus ini lebih dalam dan mencari pengirim paket dengan ciri-ciri yang Mbak sebutkan. Kami juga akan melacak identitas nomor misterius yang meneror Mbak."

Death ReunionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang