[Percikan Cemburu]

129 17 6
                                    

[PERCIKAN CEMBURU]

Hari ini sesuai rencana, Bhayangkara pergi ke sebuah acara yang diagendakan oleh komunitas. Ia mengajak ikut serta sang isteri yang sebelumnya menolak. Namun, pada akhirnya dengan bujuk rayuan Bhayangkara pun luluh juga.

"Nanti kamu jangan jauh-jauh sama aku, Fe."

Dengan mengeratkan pelukannya pada Bhayangkara yang sedang mengendarai motor itu Felinda merespons dengan bergumam, "Hmm ...."

Udara malam ini cukup dingin membuat Felinda sedikit merasa menggigil, makanya ia menolak untuk ikut sang suami yang ada dengan komunitasnya itu. Tapi alasan Bhayangkara terlalu banyak dilontarkan dari yang Felinda takut kabur lagi sampai ada alasan nanti ada gadis lain yang sengaja menggoda Bhayangkara. Akhirnya, wanita hamil itu memutuskan untuk mengikuti sang suami.

Setelah tiba di tempat lokasi, Bhayangkara menggandeng tangan Felinda-jemari mereka saling bertautan. Sebelum memasuki tempat acara, Bhayangkara berpesan pada Felinda untuk tidak berjabat tangan dengan teman lelaki Bhayangkara.

"Nanti kamu nggak usah jabat tangan sama temenku, Fe." Felinda hanya mengangguk singkat, entah kerasukan setan apa-membuat Bhayangkara jadi overprotektif. Yang jelas Felinda cukup dipusingkan dengan kelakuan suaminya sekarang ini.

"Denger, kan?" kata Bhayangkara memastikan.

Dengan gemas Felinda menyahut, "Iya, Mas Bhayang."

Bhayangkara tersenyum puas, apalagi kala mendengar sang isteri yang menyebut dirinya dengan panggilan yang berbeda. Membuat tangan Bhayangkara terulur untuk mengusap pelan puncak kepala Felinda yang terbalut hijab pashmina warna mocca.

"Jadi sayang, deh." Felinda mendengkus.
Sesampainya di tempat, Bhayangkara pun mengepalkan tangan untuk bertos ria dengan teman-temannya secara bergantian. Namun, tangan yang lain ia tidak lepas-tetap menggandeng tangan Felinda yang tersenyum ramah. Setelah itu mereka berdua duduk meleseh di karpet yang telah digelar tersebut.

~~~

Beberapa menit berlalu, Felinda menikmati acara tersebut lantaran berbagai penampilan yang dipertunjukkan cukup menakjubkan. Namun, tiba-tiba ia merasa kebelet dan ingin membuang hajat. Felinda pun bergegas pergi dengan berpamitan terlebih dulu pada Bhayangkara yang ingin mengantarkannya, tapi ditolak mentah-mentah oleh Felinda. Akhirnya Felinda menuju kamar mandi dengan langkah santai yang sebenarnya tak jauh dari posisi acara. Bahkan Bhayangkara pun bisa mengawasi keberadaan sang isteri berada.

Begitu Felinda selesai dengan hajatnya, ia langsung kembali ke tempat sebelumnya. Namun, langkahnya urung lantaran ada seseorang yang mencekal tangan Felinda. Si empu melirik tangannya kemudian menyentak dengan keras.

Belum sempat melakukan percakapan, Felinda sudah lebih dulu ditarik oleh sang suami. Iya, Bhayangkara langsung mengajak Felinda kembali ke tempat semula. Selama perjalanan menuju ke tempat, Bhayangkara mengomel dengan menuduh Felinda yang mau disentuh orang lain-Arlan. Padahal kenyataan itu bukanlah benar, tapi memang Arlan ada niat yang sepertinya tidak baik pada Felinda.

"Kalau marah sama aku, mending aku pulang aja." Felinda menyentak tangan sehingga membuat tangan Bhayangkara yang menggenggam pergelangannya lepas.

"Ya, udah. Ayo pulang!"

"Aku nggak mau sama kamu," ucap Felinda kemudian ia pergi melangkah meninggalkan Bhayangkara. Namun, tidak bisa segampang itu karena di langkah berikutnya. Langkah Felinda terhenti lantaran cekalan Bhayangkara yang kemudian mengajaknya pulang tanpa berpamitan pada teman komunitasnya.

"Jangan maksa!"

"Mau atau nggak, pulangnya harus sama aku."

Begitu di parkiran, Bhayangkara langsung menyambar helm yang dikenakan Felinda dengan memasangkannya. Tidak perlu heran, helm itu ada. Karena motor Bhayangkara ada box di bagian belakang yang sengaja di isi helm. Setelah itu Bhayangkara lebih dulu naik di jok depan dan menunggu Felinda yang hendak beranjak melangkah tapi dicekal lebih dulu oleh Bhayangkara.

Kusempurnakan Separuh AgamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang