Tujuan menikah bukan untuk merubah (status) tapi untuk ibadah. Kalau siap, mantap maka ketika lelah hati pasti tetap menetap.
Acara pernikahan itu selesai sebelum menjelang sore. Cukup singkat memang-hal yang disengaja. Agar tidak terlalu lelah, apalagi dengan kondisi Felinda yang sedang hamil. Jadi, Felinda dan Bhayangkara saat ini sedang membersihkan diri untuk melepas penat.
Begitu selesai mereka pun bergegas untuk makan-mengisi perut yang kosong karena sedari pagi belum sempat menikmati makanan yang mengandung karbohidrat tersebut. Felinda dan Bhayangkara pun menikmati sepiring berdua, jika itu dilakukan pada pasangan lainnya akan terkesan romantis. Tapi tidak dengan Felinda yang sedari tadi bergumam lantaran kesal. Sewaktu ambil makanan, alasan piring habis lantaran belum dicuci dan hanya tersisa 1 piring saja juga 1 sendok saja.
Tapi jelas tidak kentara kekesalan Felinda karena ia sibuk menatap layar ponselnya yang terus mengeluarkan bunyi nada pendek-tanda ada notifikasi masuk. Semua akun sosial media Felinda banjir komentar padahal ia sama sekali belum memposting apa yang terjadi hari ini. Memang ada postingan yang menandainya. Alhasil, beberapa orang ada yang mengucapkan selamat, merasakan kecewa lantaran pernikahan Felinda terjadi diam-diam hingga ada tuduhan hamil di luar nikah.
Felinda akhirnya beranjak padahal ia sama sekali belum menyentuh makanannya. Namun urung karena Bhayangkara mencekal tangannya.
"Mau kemana?" tanya Bhayangkara menatap Felinda.
"Kamar."
"Masih jam segini udah ngajak ngamar, nanti aja."
"Apa, sih?"
Bhayangkara mengangkat kedua alisnya kemudian kembali berucap, "Kamu belum makan. Makan dulu, baru ke kamar."
"Aku nggak mau! Dan jangan maksa!" seru Felinda dengan lirih.
Bhayangkara menghela napasnya pendek. "Mau aku suapi?"
"Nggak usah." Felinda membuang muka bersamaan dengan sesuap nasi masuk ke dalam mulutnya. Hal itu membuatnya melotot ke arah Bhayangkara yang tersenyum. Hingga kali kedua.
Tiba-tiba ibu Felinda menegur, "Makan sendiri, Fe. Kok, disuapi gitu?"
Bhayangkara terkekeh pelan kemudian menyahut, "Nggak papa, Bu. Lagi pengin manja."
Felinda mendengkus kesal. "Apa-apaan, manja."
Bhayangkara melirik seraya tersenyum tipis.
Ibu Felinda pun memaklumi anaknya itu, kemudian berlalu pergi. Dan saat itu pula, Bhayangkara mengaduh kesakitan karena Felinda mencubit lengannya.
"Kok, dicubit? Sakit lah ...."
"Biarin!"
Tanpa diduga, Bhayangkara mencium pipi Felinda singkat. Kemudian berkata, "Udah halal."
Sementara Felinda hanya melongo, ia bergeming dan itu membuat Bhayangkara terkekeh. "Kamu mau lagi?" katanya. "nanti, ya. Abis makan, biar ada tenaga."
Felinda melotot. "Dasar omes!"
Bhayangkara justru terkekeh pelan, ia merasa tidak salah memilih Felinda sebagai istri. Justru ia merasa bersalah pernah melakukan pelecehan terhadap Felinda. Terlepas dari itu semua, kini mengganggu Felinda adalah kegiatan yang perlu di-list Bhayangkara. Kekesalan yang ditunjukkan Felinda akan membuat Bhayangkara senang, merasa lucu dengan tingkah gadis itu yang kini menjadi isterinya.
~~~
Saat pasangan pengantin itu memasuki kamar Felinda, Bhayangkara langsung melempar tanya, "Fe, kamu lagi halangan?"
Felinda sontak geragapan cepat-cepat ia mengangguk. Bhayangkara menunduk melihat wajah Felinda. "Kok, kamu kaget gitu? Kenapa?"
Felinda menggeleng, kemudian bergegas merebahkan diri di kasur lalu menarik selimut hingga menutupi kepalanya. Bhayangkara menyusul Felinda lalu ia menarik pelan selimut itu.
"Kamu nggak pengap? Tidur, posisi gitu?" Felinda menekan kepalanya-karena posisi wajah Bhayangkara sangat dekat dengan wajahnya.
"Kenapa deket-deket, sih?" Felinda mendorong dada Bhayangkara dengan telunjuknya-yang tak berarti apa-apa.
"Istri sendiri, sah!" Felinda mendengkus sebal kemudian ia palingkan wajah hingga kali kedua Bhayangkara mendaratkan ciuman di pipinya.
"Mau apa, sih, sebenernya?" Felinda berkata kesal dengan menatap tajam Bhayangkara.
Bhayangkara justru terkekeh, ia kemudian berbaring dengan posisi lengan yang menjadi penyangga kepalanya-menghadap ke arah Felinda. "Kalau aku mau kamu, gimana?" Felinda langsung memundurkan posisi kepalanya hingga terbentur tembok.
"Aduh." Tangan Bhayangkara aktif mengusap kepala yang masih terbalut hijab itu.
"Hati-hati, Fe. Aku nggak ngapa-ngapain kamu juga," omel Bhayangkara.
"Bapaknya aneh." Setelah berkata demikian Felinda menutup wajahnya dengan telapak tangan kemudian ia memejamkan mata.
"Jangan panggil Bapak, dong."
"Bapak berisik, deh ...." Felinda pun akhirnya memilih untuk beralih posisi menjadi miring-memunggungi Bhayangkara yang menghadapnya.
Sekarang kamu bebas, besok-besok jangan harap, gumam Bhayangkara yang kemudian ikut serta menyelami alam mimpi bersama Felinda. Bahkan lengannya ia sengaja taruh di atas perut sang isteri. Lantas ia tersenyum dalam tidurnya.
~~~
Menjelang suara azan subuh Felinda terkejut saat melihat ada tangan di atas tubuhnya. Begitu menelusuri tangan siapa ia nyaris berteriak dan yang ada, lagi-lagi ia terbentur tembok. Kesakitan Felinda membuat Bhayangkara terbangun.
Bhayangkara menyipitkan mata kemudian tersadar. "Kamu kenapa?"
"Nggak ada." Kemudian Felinda lekas bangkit dan beranjak keluar. Jika saja tangan Bhayangkara tak mencekalnya.
"Bentar." Bhayangkara menarik tangan Felinda sehingga gadis itu nyaris terjengkang. Tentu saja Felinda kesal dengan Bhayangkara dan memberikan cubitan di lengannya.
"Aw!"
Selang menit berikutnya Bhayangkara mencuri ciuman di pipi Felinda. "Pagi-pagi 'tuh, harusnya gitu."
"Apa, sih?" decak Felinda tak suka, tapi dalam hati berdebar luar biasa. Kemudian ia beralih pandangan.
"Kamu deg-degan, ya?" Bhayangkara terkekeh pelan.
"Tau, dah!" Felinda kemudian memilih beranjak untuk keluar kamar. Karena suara azan sudah berhenti. Selama menuju ke kamar mandi, ia menggerutu dengan sikap Bhayangkara yang sudah membuatnya kesal.
Felinda mengambil wudu kemudian salat di tempat khusus untuk melakukan ibadah. Ia lupa bahwa ia sedang dalam masa pura-pura. Sehingga Bhayangkara mengetahui apa yang dilakukan. Dan pemikiran yang tertangkap oleh Bhayangkara adalah Felinda membohongi dirinya untuk semalam.
Btw, masih bisa order, lho. Harganya IDR 68.000,00. Bisa hubungi nomor ini (0818331696) silakan^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Kusempurnakan Separuh Agamamu
أدب نسائيAnya Felinda baru saja menyelesaikan pendidikannya di bangku kuliah yang ada di kota kelahiran. Ia kenal dengan laki-laki yang bernama Arion Bhayangkara seorang pegawai di instansi pemerintah, tempat tinggalnya masih satu kecamatan dengan Felinda. A...