"Sekarang kamu siap-siap, nanti jam sepuluh kita berangkat." Felinda dibuat terkejut dengan perkataan Bhayangkara. Niat ngajak atau cuma ngomong doang, nih.
Karena tidak ada tanggapan dari Felinda membuat Bhayangkara memanggilnya, "Felinda."
"Ah, iya?" Felinda menatap suaminya seolah bertanya kenapa.
"Ayo, siap-siap!"
Felinda mengerutkan dahinya. "Emang mau kemana?"
Jadwal periksanya masih besok, kebutuhan rumah dan mandi masih ada stoknya, camilan pun masih ada beberapa, ia tak ada kegiatan di luar untuk hari ini. Belanja keperluan untuk calon anaknya masih belum direncanakan karena pamali kalau beli diusia kehamilan yang masih dini.
"Nanti juga tahu!"
"Sok romantis," cibir Felinda yang kemudian ia merasakan bibirnya ditarik oleh Bhayangkara lantaran gemas. Lalu Bhayangkara mendekat lantas mencium kening Felinda.
"Nurut sama suami, bisa?"
"Enggak main rahasia, bisa?"
"Enggak, soalnya biar surprise." Bhayangkara tersenyum lebar membuat Felinda memutar bola matanya jengah. Kesambet apa dia?
"Buruan, gih!"
Setelahnya Felinda pun beranjak menuju lemari sesaat kemudian Bhayangkara kembali berkata, "Jangan lupa bawa jaket sama baju ganti, Sayang."
Felinda pun melirik sekilas masih merasa heran dengan sang suami yang tak biasanya bersikap demikian. Main rahasia.
Sementara Bhayangkara memilih untuk keluar kamar lantas berpamitan pada mamanya, melihat sang mama ada di ruang keluarga membuat Bhayangkara gegas menghampiri dan duduk di sofa panjang sebelah sang mama.
"Ma, aku mau keluar sama Felinda. Kita nginep, mungkin besok siang baru kita pulang lagi."
"Ke rumah Ibunya?" tanya sang mama dengan menoleh ke arah Bhayangkara, yang dimaksudkannya itu ibu Felinda.
Bhayangkara menggeleng pelan kemudian menjawab, "Bukan, kita mau jalan-jalan."
Sang mama memberikan tanggapan baik. "Nah, gitu. Quality time sama istri ajakin jalan-jalan, jangan cuma dimarahin aja."
"Kapan aku marahin Felinda?"
"Mama denger, ya. Kalau kalian lagi nggak akur gitu ...."
Bhayangkara langsung terdiam, tidak ada yang perlu dijelaskan lagi. Toh, memang hubungannya dengan Felinda membaik setelah mereka kembali pulang ke rumah ini. Adanya kejadian Felinda yang kabur membuat mama Bhayangkara ini paham dengan kondisi rumah tangga sang anak.
"Ya, udah. Kalian hati-hati, jangan berantem sama istrinya. Inget, istrimu lagi hamil anak kamu. Jangan dibuat stres." panjang lebar sang mama memberi penuturan; berharap setelah ini Bhayangkara bisa lebih mengontrol emosinya dan tidak bertindak diluar kendalinya.
~~~
"Kita ini mau kemana?" tanya Felinda sesaat setelah ia berhasil naik motor matic Bhayangkara dan duduk dengan nyaman.
"Kamu diem aja, nanti juga tahu."
"Mau nganterin aku ke panti sosial, ya?" tuduh Felinda.
"Biasaan, deh." Bhayangkara berdecak seraya melirik ke belakang. "enggak bisa banget husnudzan sama suami."
"Iya, Mas suami." akhirnya pun Felinda mengakhiri perdebatan itu kemudian memilih untuk memeluk Bhayangkara setelah memasang helmnya.
Bismillahi tawakkaltu alallah la haula wala quwwata illa billahil aliyul adzim.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kusempurnakan Separuh Agamamu
Romanzi rosa / ChickLitAnya Felinda baru saja menyelesaikan pendidikannya di bangku kuliah yang ada di kota kelahiran. Ia kenal dengan laki-laki yang bernama Arion Bhayangkara seorang pegawai di instansi pemerintah, tempat tinggalnya masih satu kecamatan dengan Felinda. A...