"Fe, salat ...." Bhayangkara berbisik untuk
membangunkan Felinda yang terlelap. Hari sudah semakin sore dan Felinda belum melaksanakan kewajibannya pada Sang Pencipta.Felinda melenguh kemudian beralih posisi—memunggungi Bhayangkara yang menghela napas pendek. Calon ayah itu kemudian memilih untuk mengganti aksinya. Ia cium pipi sang isteri dengan sayang. Lalu berbisik kembali.
"Felinda."
Alih-alih bangun, ia justru menggumam tak jelas.
"Udah sore," kata Bhayangkara yang akhirnya kembali mencium pipi Felinda lantas memperdalam hingga si empu terbangun membuat Bhayangkara tersenyum lantas duduk dengan tegak.
"Aku nggak mau makan," gumam Felinda dengan suara parau.
"Salat, Fe. Udah sore," sahut Bhayangkara.
"Jam berapa?" Felinda kemudian bangkit lalu mengucek matanya pelan lantas melihat suaminya.
"Setengah lima," balas Bhayangkara sembari menunjukkan jam pada ponselnya. Felinda pun beranjak keluar dengan berjalan pelan menuju kamar mandi.
"Mama ...." Felinda menggantung saat melihat mama Vijayanti. "Maaf, Ma. Tadi—"
"Bhayangkara udah cerita semuanya," ujar mama Vijayanti cepat, memotong ucapan Felinda yang mengangguk kemudian undur diri untuk salat.
~~~
Begitu selesai salat, Bhayangkara mengajak Felinda untuk makan. Namun, sang isteri kukuh menolak dengan alasan tidak nafsu.
"Mau makan apa?"
Felinda terdiam.
"Mbok tadi masak—"
Felinda memotong ucapan Bhayangkara lantas menyebutkan keinginannya. "Makan nasi Padang tadi aja."
"Lah, Fe ... tadi kamu nggak mau? Ya, udah ... aku kasih sama Mas Karyo, soalnya tadi aku suruh ambil motor di rumah sakit. Yang satunya tadi aku kasih Mbok Darsi biar dibuang." penjelasan Bhayangkara membuat Felinda mengerucutkan bibirnya. Setelah selesai melipat mukena, ia letakkan pada tempatnya lalu berbaring di ranjang dengan memunggungi Bhayangkara yang duduk di pinggiran ranjang.
"Kok malah tidur lagi, makan dulu, Felinda."
Felinda menutupi telinganya dengan guling, ia menangis dalam diam. Entahlah, kenapa ia menjadi seperti ini. Apa benar efek hormon pada janin yang dikandungnya. Sensitif sekali.
Bhayangkara mengubah menghadap ke arah Felinda lantas memegang lengannya dan mengusap pelan.
"Mau minum susu?" tawar Bhayangkara dengan mempertahankan kesabarannya yang sudah menipis.
Felinda enggan menjawab, air matanya terus mengalir. Akhirnya Bhayangkara pun menarik pelan guling yang dipakai Felinda. Melongok sedikit lalu menghela napas panjang setelah tahu apa yang Felinda lakukan.
"Kamu mau apa? Daritadi aku ngomong dicuekin terus, ditanya diem aja. Tau-tau nangis," ujar Bhayangkara yang masih diabaikan Felinda.
"Kamu kenapa?"
"Anya Felinda!"
Felinda justru terisak mendengar seruan Bhayangkara yang tersadar mengucap istighfar seraya mengusap wajahnya pelan.
"Kalau kamu nggak mau makan, setidaknya kamu inget sama yang ada di perut kamu."
Bhayangkara yang gemas dengan Felinda itu memilih untuk beribadah saja. Biar saja Felinda menerima atau tidak, ia sudah cukup sabar menghadapi. Tapi tanggapan Felinda tetap diam. Siapa yang tidak kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kusempurnakan Separuh Agamamu
ChickLitAnya Felinda baru saja menyelesaikan pendidikannya di bangku kuliah yang ada di kota kelahiran. Ia kenal dengan laki-laki yang bernama Arion Bhayangkara seorang pegawai di instansi pemerintah, tempat tinggalnya masih satu kecamatan dengan Felinda. A...