Black day.
Seperti makna asli dari namanya, kota dipenuhi dengan hitam hari ini. Kibaran bendera hitam di setiap rumah penduduk menambah kesan sendu dan duka. Banyak penduduk nampak berkunjung ke common hall, tempat dimana acara utama diadakan dengan mengenakan pakaian hitam. Mereka selain ingin mendoakan sanak saudara dan teman yang pergi, juga ingin melihat keluarga kerajaan yang hadir dalam acara itu. Setiap tahun, tanpa absen, keluarga kerajaan akan mengunjungi common hall dan mendoakan nereka yang gugur dua puluh lima tahun yang lalu.
"Semua keluarga kerajaan kayaknya hadir. Kecuali Putra Mahkota Jonathan." Jonathan berjengit di posisinya. Telinganya tidak sengaja menangkap dengar pembicaraan dua orang pemuda yang berdiri tak jauh darinya. "Yah, terserah sih, bukan hal baru lagi kalo si Putra Mahkota kesayangan lo gak hadir. Tahun-tahun sebelumnya juga gak hadir, kan?"
Jonathan mendengar ringisan selanjutnya. Ia menoleh sedikit dan melihat pemuda berambut coklat meringis mengelus kepalanya. Jonathan tebak, pemuda disebelahnya baru saja memukulnya kencang.
"Mulut bisa dijaga? Sejak kapan dia jadi kesayangan gue? Kesayangan gue cuman Yoziel seorang."
"Dih, homo?"
Selanjutnya, Jonathan bisa mendengar argumen tak penting dari arah mereka. Lelah mendengar, Jonathan memilih menyenderkan kepala pada tiang halte bus dan memejamkan mata. Sambil menunggu bus yang akan mengantarnya ke tempat tujuannya.
----
Bus sampai tepat saat matahari di atas kepala. Membuat Jonathan memejamkan mata karena silau.
Ia berhasil sampai di tempat tujuannya dengan selamat. Meskipun selama di bus ia harus pengang karena mendengar argumen dua pemuda tadi, tapi syukurlah, di pertengahan mereka berpisah jalan. Jika tidak, bisa dipastikan telinganya berdarah saat ini. Sungguh. Dua pemuda tadi tak berhenti mengoceh.
Kaki panjang berbalut jeans hitamnya ia langkahkan. Matanya menoleh kesana dan kemari, melihat situasi kota pinggiran itu saat ini.
Namanya Desa Black Lake atau Desa Danau Hitam. Dinamakan seperti itu karena di desa itu terdapat sebuah danau yang bahkan dasarnya tak terlihat sama sekali. Seolah tak berdasar. Meskipun terdengar seram, hal itu tak membuat orang-orang takut mengunjungi Black lake. Mereka malah menyukai tempat itu dan kunjungan ke Black lake selalu naik tiap tahunnya.
Maka dari itu, disinilah Nathan berdiri. Menatap luasnya danau tak berdasar di depan matanya.
Nathan adalah salah satu dari mereka yang mengunjungi Black lake karena mitosnya. Ya, banyak mitos yang menyebar di masyarakat. Berkata bahwa dasar Black lake adalah sebuah portal menuju dunia lain, atau mitos bahwa sesuatu yang tinggal di bawah sana adalah duyung dengan suara nyanyian merdu yang membuatmu tertipu. Jonathan tertarik dengan mitos pertama. Bertemu dengan duyung dan berakhir mati dimakan, bukanlah poin dari kehidupannya. Setidaknya ia ingin mati dengan normal, bukannya malah menjadi pakan duyung.
Ya, dia ingin membuktikan apakah mitos itu benar. Tapi, ia teringat jika ia tak bisa berenang.
Memalukan, tapi itu fakta.
Menghela nafasnya, Nathan memilih duduk di rerumputan kering sambil memperhatikan beberapa pengunjung yang menikmati waktu mereka dengan piknik ria. Nathan memilih spot yang jauh dari kerumunan pengunjung. Ia tak mau mengambil resiko pengunjung mengenalnya dan berakhir diceramahi Mama dan Dolian. Mamanya masih bisa ia pastikan tak akan terlalu memarahinya. Tapi, Dolian lain lagi. Padahal jabatannya hanya sebagai asisten pribadi Putra Mahkota, tapi tingkahnya sudah seperti Mamanya. Tidak, bahkan lebih cerewet dari Mamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince on Hiding
General FictionSaat Putra Mahkota memilih kabur dari kastilnya. Dan ada Yoziel yang harus tersiksa karena melindungi Putra Mahkota yang terlalu polos untuk dunia yang kejam. 'Siapa yang bersembunyi' adalah pertanyaan yang harus terjawab. . . . . . chenle and jisu...