“I will marry Rosie,” suara Axel terdengar lemah, namun berhasil didengar oleh Eve yang duduk di sampingnya. Jarak mereka yang dekat membuat Eve bisa mendengar bahkan detak jantung cepat milik suaminya itu.“What do you mean, My king?” Eve melemparkan pertanyaan. Wanita yang resmi menjadi istri sah Raja Negion itu ingin mendengar pasti maksud dari Axel.
Axel menunduk, tidak berani menatap mata istri yang ia cintai itu. Sebenarnya, Axel juga tidak menginginkan hal ini. Namun, Rosie adalah teman baiknya. Sahabat mereka berdua. Axel memiliki alasan mengapa ia melakukan hal ini dan ia harap Eveline akan mengerti.“Rosie’s pregnant,” ucap Axel berhasil membuat Ev menegang di posisinya.
“What? Did you and her-”
“No, Eve, no. She is pregnant with Januar’s baby.”
Eveline menatap Axel dengan pandangan tak percaya. Jika benar seperti itu, lantas kenapa harus Axel yang bertanggung jawab?
“I don’t understand, Axel. I mean, they can just get married like us, right? Why does it have to be with you? My husband? My king?” tanya Eveline dengan air mata tergenang di kelopak mata. Tangannya yang memegang telapak tangan Axel bergetar, tak kuasa menerima perkataan Axel padanya. “You love me, right?”
Axel dengan cepat menoleh, balas membalas mata yang sudah ia puja-puja selama 10 tahun itu. Mata yang ia harapkan akan diturunkan kepada anak-anaknya nanti. Hati berdenyut sakit melihat bola kelerang itu menatapnya dengan linangan air mata. Sungguh, Axel tahu ini bukan keputusan yang bijak. Namun, Rosie membutuhkannya. Membutuhkan dukungan teman-temannya.
“I love you, Eve. It will not change. I love you till death do us apart.”
Rengkuhan hangat menyelimuti Eveline yang sudah menangis tersedu. Di bahunya bersandar Axel yang bergetar menahan tangis.
“Then, why? Why does it have to be you? You promised me that you won’t take any consort. Why are you looking back at your own words?”
Pemuda berusia 26 tahun itu melepas rengkuhannya, lalu menatap Eveline dengan pandangan bersalah.
“Could you please let me explain the situation?” pinta Axel lembut. Tangannya mengusap air mata yang membasahi pipi sang wanita yang dicintainya. Bibirnya mengecup pelan dahi Eveline, berusaha menenangkannya.
Dua netra yang berbeda itu bertatapan cukup lama. Axel tak melepas pandangannya dari Eveline sedetikpun, begitu pula Eve. Merasakan ketulusan dari pria itu, Eve menganggukan kepalanya. Memberikan kesempatan bagi Axel untuk menjelaskan situasinya.
“Eve, you know the situation between Antaraksa and Artsy, right? Imagine, if this news was heard to the head of the family, what would happen? I bet nothing will happen to Januar, but Rosie? We might find her dead the next morning because the Antaraksa doesn’t want their bloodline tainted by someone from the Artsy Family. I don’t want that to happen to her.
“Rosie is one of my people that I trust, and I even consider her as my sister. We have known each other since we were born. It is so hard for me to ignore her situation, Eve. I, too, don’t know what to do, Eve.”
Pria berbadan tegap itu menangis, membiarkan air matanya jatuh membasahi pipi. Ia seorang pria. Ia seorang Raja. Namun, ia juga hanyalah manusia biasa.
Di satu sisi, Rosie adalah sahabatnya, wanita yang sudah ia anggap sebagai keluarganya sendiri. Di sisi lain, Eveline adalah wanita yang ia cintai. His highschool sweetheart, now his wife.
Eveline, meskipun dengan hati yang teriris, dengan sabar mendengarkan Axel. Ia tahu, sungguh tahu, bagaimana pentingnya Rosie bagi pria itu. Namun, Eveline juga hanya seorang wanita. Seorang manusia biasa. Ia juga ingin bersikap egois. Ia ingin suaminya hanya memilikinya sebagai seorang istri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince on Hiding
General FictionSaat Putra Mahkota memilih kabur dari kastilnya. Dan ada Yoziel yang harus tersiksa karena melindungi Putra Mahkota yang terlalu polos untuk dunia yang kejam. 'Siapa yang bersembunyi' adalah pertanyaan yang harus terjawab. . . . . . chenle and jisu...