ch 36

79 13 3
                                    


Asta berdiri menatap tingginya gerbang di hadapannya itu. Kepalanya mendongak berniat melihat ujung tertinggi pagar itu. Matanya ia pejamkan saat tidak sengaja menatap matahari yang bergantung dengan angkuh di langit biru. Melihat matahari di atasnya itu, Asta jadi teringat Keythan yang ia rasa sangat mirip dengan matahari.

Kadang akan sangat menjengkelkan akan kehadirannya, namun banyak orang membutuhkannya.

Ah, apa baru saja Asta mencari persamaan antara Keythan dan matahari?

Sepertinya ia harus mengurangi waktu bergaulnya dengan penerus Oreon itu. BIsa-bisa otaknya rusak total jika semakin lama dengan Keythan.

"Hei, berapa lama lagi aku harus nunggu Yang Mulia Ratu?"

Pengawal yang ditanyai oleh Asta diam tidak merespon, membuat pemuda Farell itu berdecih tidak suka.

"Begini ya Om-Om royal guards, aku rela bolos sekolah cuman buat ketemu Yang Mulia Ratu, loh. Dan aku udah berdiri hampir 2 jam disini tanpa minum, dan lihat waktunya, udah mau jam makan siang!" ucap Asta sambil menunjukan jam tangannya ke arah salah satu pengawal. "Mana rasa kasihan kalian sama anak kecil? Minimal, kasih aku minum!"

Asta tersenyum masam saat pengawal itu tak bergeming. Harusnya ia mendengarkan saran Relian untuk membawa bekal makanan. Harusnya Asta juga bisa menebak kalau dirinya tidak akan dibiarkan masuk begitu saja meskipun dengan dokumen ancaman yang disiapkan Michael.

Dan juga, kenapa butler sialan, yang membawa pergi dokumen itu ke Yang Mulia Ratu, tidak juga memunculkan batang hidungnya?

Rasanya Asta ingin memanjat pagar tinggi ini saja.

Dengan kesal, Asta menendang kencang pagar besi dihadapannya, yang tentu saja membuatnya mengaduh kesakitan sambil memegangi ujung sepatunya. Oh, ayolah, jangan buat harinya semakin buruk.

"Apa gue gali lobang aja biar nembus ke dalem kastil?" gumam Asta pada dirinya sendiri.

Sepertinya, berdiri dibawah teriknya sinar mentari membuat akal sehatnya terbakar 10%.

"Tuan Asta."

Merasa dipanggil, Asta menoleh ke sumber suara dan mendapati butler yang tadi membawa dokumen itu berdiri dengan angkuh dari dalam. "Yang Mulia Ratu setuju untuk bertemu dengan Anda."

"Took you long enough!"

Bersamaan dengan itu, pintu gerbang yang ditatapnya sedari pagi itu berderit terbuka. Tanpa berlama-lama, Asta melewati gerbang besar yang sedari tadi menjadi penghalangnya untuk bertemu Nathan. Langkahnya mengikuti langkah cepat butler yang berjalan di depannya. Beberapa kali matanya melirik ke sekitar, kagum melihat tanaman dan taman yang terawat. Tidak seperti kastil tua milik keluarga dari pihak Ibu Pangeran Negion yang penuh akan tanaman liar.

"Tunggu disini," perintah butler yang ia ikuti itu saat mereka sampai di sebuah pintu besar yang Asta yakini adalah drawing room. Asta mengangguk kecil, lalu matanya kembali menelusuri sekitar.

Gedung tempatnya berada saat ini adalah istana ratu. Tentu saja bukan kastil utama tempat Yang Mulia Raja berada. Jika itu Kastil utama, Asta sudah pasti akan melihat banyak pengawal yang berkeliaran.

Jika Asta tidak salah ingat, Nathan ada di kastil barat, tidak jauh dari posisinya saat ini.

Seketika ide nekat muncul di otaknya yang tidak bisa disamakan dengan otak Yoziel itu. Apa dirinya culik Nathan saja ya?

Secepat ide itu muncul, secepat itu juga Asta menepisnya. Jika ide itu yang terbaik, Michael pasti sudah melakukannya seminggu yang lalu tanpa perlu mencari dukungan Oreon dan Sir Antaraksa.

Prince on HidingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang