34

104 10 5
                                    

"Latihan apa lagi kita hari ini?" Eden yang sedang berbaring diatas rumput di halaman luas milik Oreon itu berucap memecah keheningan diantara mereka. Asta yang duduk dengan bersandar pada batang pohon di belakangnya menggeleng menjawab Eden. Meskipun sebenarnya dia tahu kalau Eden tidak akan melihat jawabannya itu. Sungguh, Asta terlalu lelah bahkan untuk bergumam saja.

"Tell me, kenapa gue setuju dibawa ke neraka ini?"

"Karena Ayah lo mau lo jadi lelaki tangguh, Kak."

Eden mendelik menatap Yoziel yang sibuk memutar-mutar belati di tangannya. LIhatlah, betapa lihainya pemuda itu memainkan benda tajam pemberian Relian itu. Tidakkah ia takut tertancap belati jika salah pegang? Eden heran kenapa Yoziel sangat lihai dengan benda itu. Apa itu karena darah royal yang mengalir di nadinya?

"Tanpa gue latihan militer kayak gini gue juga udah tangguh," balas Eden dengan sindiran halus. "Gue tangguh dengan cara gue sendiri."

"Oh ya? apa tuh kak?" Yoziel bertanya penasaran. Tubuhnya yang tadi menghadap ke bangunan mansion, kini ke samping menghadap Eden yang saat ini setengah berbaring.

"Ya, gue tuh tangguh dalam menghadapi high class kayak kalian berdua. Dari kecil gue udah kena bully-an, ejekan, sampai sebesar ini dan sekarang malah harus ngadepin ibu dari kerajaan ini. Bayangkan, gue yang nothing, sekarang malah main pahlawan-pahlawanan sama lo semua. Tangguh kan gue? Mental gue lebih tepatnya."

Asta dan Yoziel terkekeh mendengar celotehan Eden. Sepertinya Eden sudah sangat suntuk dan lelah karena latihan yang mereka jalani selama tiga hari ini.

Tepat tiga hari lalu, Asta, Yoziel, dan Eden sudah menjalani latihan yang sempat diusulkan oleh Kakek Keythan Oreon itu di pertemuannya dengan Michael. Sejak itu juga, mereka tinggal di mansion mewah Oreon. Eden awalnya merasa berat hari untuk mengikuti latihan yang diusulkan, karena sesungguhnya dirinya sangat malas. Jika boleh memilih, Eden ingin mendekam di ruangan penuh buku dibanding harus menggerakkan tubuhnya berjam-jam. Namun, tekadnya rontok saat melihat mata bulat Yoziel yang memintanya untuk ikut serta. Mau apapun yang terjadi, teman kecilnya itu tetap akan menjadi kelemahan terbesarnya.

"Sabar, Ed. Lo tau latihan ini buat siapa kan?" Asta akhirnya membuka suara. Tangannya menepuk bahu Eden yang masih berbaring di atas rumput. "Latihan ini buat diri lo sendiri. Buat ngelindungin diri lo sendiri. Harusnya lo seneng, kapan lagi lo dapat training gratis dari Lord Oreon kalo gak saat ini? Lo tau sendiri lo kalangan bawah. Ups."

Eden mendelik dan terduduk seketika. Tawa Asta yang jangih terdengar menjengkelkan baginya.

"Maksud lo ngelindungin diri gue itu, kayak gini kan?" Eden lalu dengan cepat menerjang tubuh Asta. Menjatuhkan tubuh pemuda itu ke samping dan mengunci tangan Asta di antara kakinya, membuat Asta berteriak kesakitan sambil berkali-kali menepuk kaki Eden yang menguncinya. Yoziel tentu saja tidak membantu. Kan dirinya suka ini. Slapstick comedy.

"Yoyo!"

Yoziel menoleh dan mendapati sang kakak yang berlari kecil kearah mereka. Di belakangnya berjalan dengan santai sosok yang sering Yoziel lihat di layar TV. Ayah dari kakaknya.

"Kakak kangen banget sama kamu, Yo!"

Michael tanpa basa-basi langsung memeluk erat Yoziel yang tentu saja dibalas dengan kekuatan yang sama oleh si adik. Meskipun baru tiga hari mereka tidak bertemu, mereka membutuhkan pelukan itu. Pelukan ini bukan sekedar pelukan, namun juga sebagai penguat. Memberikan isyarat tidak langsung bahwa mereka ada untuk satu sama lain.

"Kak, kalian baru gak ketemu tiga hari, bukan tiga abad. Jangan terlalu alay, deh," ucapan Eden berhasil membuat Michael tertawa lepas. Padahal ia tahu bahwa Eden baru saja mengejeknya tapi ia tidak peduli. Toh, dirinya memang kangen dengan adiknya itu.

Prince on HidingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang