4

247 35 0
                                    


Yoziel melangkah ringan melewati lorong kelas. Ia hendak menuju lokernya.

Sudah terhitung tiga minggu sejak sekolah dimulai, dan Yoziel sama sekali tak bertemu dengan si Putra Mahkota itu. Padahal setahu Yoziel, bocah itu satu tingkat dengannya. Terakhir kali Yoziel melihat Nathan adalah saat hari pertama sekolah dimulai. Itupun mereka hanya saling bertatapan saja. Setelah itu, Yoziel sama sekali tak bertemu dengannya.

Sebenarnya ia heran, kenapa Putra Mahkota itu memilih untuk kembali bersekolah? Karena setahunya, Nathan mendapatkan home schooling dan langsung diajar oleh profesor terkenal di Negion. Entah apa yang merasuki bocah itu untuk kembali bersekolah.

"Bengong aja, nanti kesurupan." Suara khas seseorang memasuki indra pendengarannya. Yoziel yang sedari tadi berdiri di depan lokernya langsung menoleh, mendapati Eden sedang bersandar di loker yang entah milik siapa. "Mikirin apa sih, Yo? Akhir-akhir ini gue liat lo sering bengong," tanya Eden kemudian, memperhatikan Yoziel yang memasukan bukunya ke dalam loker.

"Gak ada. Lagi mikirin, apa orang yang ngirimin gue uang tiap bulan, bakal ngirimin gue uang lebih awal?" balas Yoziel cepat. "OH! SUGAR DADDY LO!"

Debaman pintu loker yang ditutup terdengar setelahnya. Mata gelap Yoziel menatap Ed kesal, lalu ia melenggang pergi meninggalkan Ed yang masih berdiri cengengesan.

"Sorry, Yo. Hehe." Ingatkan Yoziel untuk menenggelamkan sahabatnya itu di Black lake.

Mereka saat ini berjalan bersisian, dengan Eden yang berbicara panjang lebar tentang paginya yang mengesalkan. Mulai dari kaos kakinya yang bolong di bagian jempolnya, sampai nenek-nenek yang tak sengaja menyiramnya dengan air saat beliau asik menyiram bunga dengan selang sambil menari mengikuti musik 80an yang Eden tak kenal sama sekali. Pokoknya banyak sekali yang Eden bicarakan. Telinga Yoziel sampai berdengung.

"Yo! Ed! Sini cepet!" Yoziel melambai singkat sebelum mendatangi Keythan yang sedang duduk di meja cafetaria. "Udah lama, kak?" tanya Yoziel yang dibalas gelengan. Keythan lalu menyerahkan semangkuk bubur labu ke hadapan Yoziel dan segelas jus jambu biji ke hadapan Eden.

"Wih! Thank you, San." Keythan mengangguk, lalu memainkan handphonenya. Sudah pasti ia memainkan game yang memang akhir-akhir ini sering ia mainkan.

Rutinitas tiga serangkai itu setiap jam makan siang. Satu orang akan mencari tempat untuk makan dan sekaligus memesankan makanan yang diinginkan dua sisanya. Lebih sering Keythan yang menjadi tumbal, tapi Keythan tidak keberatan sama sekali. Asalkan Eden atau Yoziel membantunya mengerjakan tugas-tugasnya, Keythan tidak keberatan sama sekali.

"Hei, kalian tau gak rumor yang lagi tersebar sekarang?" Keythan memulai pergosipannya dengan mata masih fokus pada layar handphonenya. Dan sebagai teman sepergosipan Keythan, Eden dengan semangat bertanya. "Apaan?"

"Itu, katanya mendiang selir Rosie memiliki anak setelah Pangeran Michael."

Uhuk

"Duh, Yo! Pelan-pelan. Gak ada yang ngejar lo makan." Eden menepuk pelan punggung Yoziel yang masih terbatuk. Ia menyerahkan jus jambu bijinya untuk diminum oleh yang leih muda. Segera saja Yoziel meminum rakus jus itu, membuat Eden sedikit menyesal menyerahkan jusnya.

"IH! Jangan dihabisin bego! Gue minum apa!"

"Beli lagi. Kak Esan, beliin lagi dong. Sekalian, gue jus jeruk ya kak." Keythan, atau yang sering di panggil Esan oleh dua sahabatnya, hendak protes. Tetapi urung saat Yoziel mengiming-ngimingi akan mengerjakan tugasnya untuk tiga hari kedepan. Dan tanpa babibu, Keythan mengiyakannya. Kapan lagi Yoziel berbaik hati mengerjakan tugasnya?

Prince on HidingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang