Jonathan menatap wanita cantik di hadapannya dengan pandangan tak terbaca.
"Ibu bilang apa tadi?"
Eveline, Ibu dari Jonathan sekaligus Ratu Negion, tidak megganti ekspresinya sama sekali. Membuat Jonathan kembali mengulangi pertanyaannya. "Apa maksud Ibu dengan aku gak boleh ketemu Kak Yoziel?"
"Itu perintah, Jonathan." Eveline berdiri dari duduknya, berjalan mendekati jendela besar di ruang rawat Jonathan, "Kamu seorang Putra Mahkota kerajaan ini. Apa yang akan dikatakan penduduk jika tau seorang Putra Mahkota yang mereka banggakan berteman dengan anak seorang pelacur?"
"Ibu!"
Jonathan menatap tajam sang Ibu yang tidak bergeming dari posisinya. "Ibu gak berhak ngatur hidupku-"
"Ibu berhak, Jonathan. Ibu adalah ibumu sekaligus Ratu di kerajaan ini. Tugas ibu adalah mengamankan posisimu di kerajaan ini."
"I don't care! Michael can take that position-"
"Jonathan!"
Ruangan yang semula sunyi itu bergema saat Eveline meneriakan nama sang anak. Mata tajamnya menatap dalam Jonathan yang juga menatapnya. Kaki jenjangnya melangkah mendekati kasur yang di duduki Jonathan.
"You will be the next king. Do you understand, Jonathan Ecklart?" ucapnya sambil mengelus pelan kepala Jonathan.
Jonathan menggeleng. Tangannya dengan kasar menepis tangan Eveline, lalu menuruni kasurnya. Berdiri berhadapan dengan Eveline.
"If being a king means that I will be away from Kak Yoziel, I don't want it."
Plak!
Tangan Jonathan meraba pelan pipinya yang nyeri, lalu tertawa kencang dengan mata berlinangan.
"So, you knew?" tanya Jonathan di sela isaknya. "Mom, you knew?"
"What I know is not your concern, Jonathan."
Jonathan tertawa. Tertawa akan kebodohannya dan nasibnya. Air mata semakin deras mengalir dari matanya yang sudah sembab. Dirinya kacau.
"Semua udah terlambat, Bu. Aku udah tergantung sama Kak Yoziel, dan aku gak mau kehilangan kakakku," ujar Jonathan mantap.
Tangannya mengusap kasar air mati yang tersisa, lalu menatap tajam mata sang Ibu. "Jika Ibu mau misahin aku dari Kak Yoziel, aku lebih milih turun tahta."
"Jonathan!"
"Kenapa?!" teriakan Jonathan berhasil membuat Eveline berjengit. Senakal apapun Jonathan, ini ada kali pertama anak itu berteriak padanya.
"Kenapa Ibu mau misahin kita berdua? Ibu sudah tau sendiri Kak Yoziel itu adalah kakakku. Kenapa aku gak bisa sama Kak Yo?"
"Karena kehadiran Yoziel akan membahayakan posisimu!"
Mata Jonathan membola kaget mendengar intonasi suara Eveline. "Bukankah sudah sewajarnya hal itu terjadi? I mean, we both are the direct heir for the throne, Mom. Dan juga, aku gak peduli sama tahta ini. Apa pentingnya tahta 'crown prince', sih?"
Jonathan menyaksikan bagaimana wanita yang tetap terlihat muda itu memegang pangkal hidungnya. Tidak ada lagi gurat hangat di wajah itu. Gurat hangat yang selalu menyapanya tiap hari kini hilang, tidak, itu seperti tidak pernah ada.
"Banyak hal yang gak akan kamu ngerti, Jonathan."
"Ya sudah, Ibu tinggal jelasin ke aku! Aku gak ngerti, aku kayak orang bodoh," Jonathan berucap dengan kedua tangan yang memegang tangan Eveline. "Kalo Ibu gak bisa jelasin, aku bakalan bilang ke Ayah kalo aku gak mau ngelanjutin posisiku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince on Hiding
General FictionSaat Putra Mahkota memilih kabur dari kastilnya. Dan ada Yoziel yang harus tersiksa karena melindungi Putra Mahkota yang terlalu polos untuk dunia yang kejam. 'Siapa yang bersembunyi' adalah pertanyaan yang harus terjawab. . . . . . chenle and jisu...