30

219 15 1
                                    


Military Centre Office

Michael menarik nafas panjang saat dirinya menatap gedung tinggi di hadapannya itu. Beberapa tentara militer terlihat berjalan serempak dengan tangan membawa senjata laras panjang. Khas orang militer sekali.

"Kamu yakin dengan ini, Pangeran?" pertanyaan Lian membuyarkan lamunan MIchael. Netranya melirik sekilas kearah kirinya, menatap Lian yang sibuk memperhatikan sekitarnya. Terlihat tangan yang lebih tua meraba bagian pinggangnya, memastikan pisau belati ada disana. Well, tidak ada yang tau apa yang akan terjadi di dalam sana, kan?

"Yakin, Kak," balas Michael mantap. Lian yang mendengar jawabannya hanya bisa menghela nafas. "Satu, dua hal dari kamu ngingetin aku sama Nathan. Gak salah lagi, kalian memang saudara," timpa Lian seraya menggeleng.

"Hahaha, but we are actually a total stranger to each other."

"Exactly!" Lian menjentikkan jarinya di depan wajah Michael. "Exactly what I mean, Sir Michael."

Michael menggelengkan kepalanya sambil terkekeh pelan mendengar pernyataan pemuda Kim. Ternyata Tristan dan Dolian tidak ada bedanya.

Tak lama kemudian, Tristan berlari kecil menuruni tangga yang menghubungkan bagian luar dan lobby gedung. Tristan mengatur nafas sesaat setelah sampai di hadapan Michael dan Lian yang sudah 15 menit menunggunya.

"Gimana, kak?" Tristan menarik nafas dalam sebelum menjawab pertanyaan Michael, "Kita bisa masuk. Appointment kita sudah ter-confirm," Tristan berhenti sebentar, lalu menoleh kebelakang. Menatap seorang lelaki yang menunduk sekilas kearah mereka. "Orang itu yang akan nganter kita ke atas."

"Oke. Kalo gitu ayo masuk-"

"Sebentar, Michael" Michael yang hendak melangkahkan kakinya, berhenti karena Tristan yang menahan lengannya. Michael menatap Tristan penuh tanya. "Kenapa Kak?"

"Are you really sure about this, Michael?" Pertanyaan ini membuat Michael memutar bola matanya lelah. "I mean, this is dangerous," lanjut Tristan cepat kala melihat ekspresi Michael.

"Well, since when is it not?" tanya Michael dengan penuh sarkasme. "Now or never, Kak. Selain karena rencanaku yang mau dia ada dipihak kita, pertemuan ini juga permintaan dari Yoziel langsung. Sebagai kakak yang baik, aku harus menuhin permintaan adikku, kan?" lanjut Michael dengan senyum lebar ke arah si asisten pribadi.

Tristan hendak membalas pertanyaan Michael, tetapi didahului oleh sebuah tangan yang menutup mulutnya. Menahannya mengeluarkan suara.

"Oke, Tristan. That is enough. Pangeran Michael udah yakin dengan keputusannya, lo jangan mempertanyakan lagi. Dia udah dewasa, 20 tahun! Ayolah, lo jangan baby sit an actual big ass boy here." Lian berucap cepat dengan tangan menutup mulut Tristan. "Let's just chop chop and go to the hospital. I kinda miss the brat," lanjut Lian lalu pergi meninggalkan Tristan menyusul Michael.

Tristan menendang bokong Lian yang sayangnya meleset, membuat Lian tersenyum menjengkelkan setelahnya kemudian menyusul Michael yang sudah berjalan di depannya. "Hurry up, you asshole!" teriak Lian kepada Tristan yang masih belum beranjak dari posisinya.

Menghela nafas, Tristan kemudian berlari kecil menyusul Michael dan Lian yang sudah jauh di depannya. Apapun yang terjadi nanti, Tristan akan melindungi Michael.

Suara dentingan lift membuyarkan renungan sesaat Michael. Pandangannya terarah kedepan, menatap tajam pintu lift yang perlahan terbuka.

"Kita sudah sampai, Pangeran. Ruangan kolonel ada di ujung lorong. Mari, ikuti saya."

Prince on HidingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang