Special chapter for my special boy❤️❤️
Fake chat akan di up di twt penulisnya
What if: It's Jonathan's Birthday and he lives with Yoziel as a normal boy.
.
.
.
.
Nathan menatap pintu kayu rumahnya untuk yang kesekian kalinya malam ini, sebelum akhirnya menunduk dan berdiri. Langkahnya gontai berjalan mendekati kamarnya yang tepat bersebelahan dengan kamar sang kakak. Kakinya berhenti tepat di depan pintu kamarnya yang bertuliskan 'Jo's room' disana. Nathan lalu menoleh ke sebelah kamarnya, terdapat tulisan yang sama, hanya berbeda satu huruf saja.Entah apa yang dipikirkan Nathan, tangannya malah membuka pintu kamar sang kakak. Aroma khas parfum kakaknya itu tercium saat Nathan sudah sepenuhnya memasuki kamar bernuansa gelap itu.
"Si Yoziel pakai parfum seberapa banyak sih sampai nyengat gini?" hidung Nathan berkernyit, membiasakan bau yang masuk ke rongga dadanya.
Nathan menjatuhkan badannya begitu saja di atas kasur yang pastinya sudah dirapikan oleh si pemilik sebelum ditinggal pergi. Matanya menerawang ke arah jam weker kecil milik Yoziel.
11.45
Nathan mengusap air matanya. Jika Yoziel tahu ia menangis, kakaknya itu pasti mengejeknya habis-habisan.
Tetapi, entah kenapa, Nathan merindukan kakaknya yang sangat cerewet itu. Di hari seperti ini, Nathan sangat merindukan kehadiran keluarga satu-satunya itu.
"Sttt, jangan ribut bisa gak?"
Nathan duduk sempurna saat mendengar suara seseorang yang berbisik di kejauhan. Seketika suasana mellow yang ia rasakan berubah menjadi horror.
Oh, apakah itu mba kunti yang suka nongkrong di pohon besar sebelah kamarnya? Jika iya, Nathan akan pingsan saat ini juga.
"Jangan bertengkar!"
Lagi. Suara itu terdengar sedikit lebih jelas sekarang.
Dengan keberanian ala kadarnya, Nathan bangkit dari duduknya. Tangannya meraih raket nyamuk yang ada di meja Yoziel. Apapun untuk menjadi senjatanya.
11.56
Waktu yang sempat ia lihat sekilas saat mengambil raket nyamuk itu. Nathan menarik nafas kencang. Ada dua kemungkinan di balik pintu kamar ini. Satu, yang di luar sana adalah benar mba kunti dan kawannya. Atau, dua, yang di luar sana adalah maling.
Nathan memilih kemungkinan nomer dua, jika dia bisa memilih.
Menarik nafas, Nathan siap membuka pintu kamar dan menghajar siapapun yang ada di sana. Dia akan mengusir maling itu, meskipun Nathan tidak yakin apa ada barang berharga di gubuk reotnya ini.
"Now or never," berhitung mundur dari 3, Nathan membuka pintu kamar sambil mengangkat tinggi raket nyamuknya.
"AAAA!"
"AAAA!"
Nathan terdiam.
"Loh, kok, kamar kalian ketuker apa gimana?" Keythan berbisik kecil kepada Yoziel yang diam menatap Nathan yang keluar dari kamarnya sambil mengangkat raket.
"Hah? Loh? Kak Yo ngapain disini?" Nathan bertanya heran.
Eden yang sepertinya satu-satunya orang yang sadar, segera menepuk tangannya membentuk irama. Dengan sedikit hentakan, Eden menyenggol bahu Yoziel yang nampak masih kaget melihat Nathan di kamarnya.
"Happy birthday to you~ Happy birthday to you~ Happy birthday, happy birthday. Happy birthday to you~"
Tepat pukul 11.59, satu menit sebelum tanggal 5 berakhir, orang-orang terdekatnya menyanyikan lagu khusus itu hanya untuknya.
Bukan Nathan jika dirinya tidak menangis karena hal itu.
"Happy birthday, Jo." Nathan mendongak, menatap Yoziel yang mengarahkan kue ulang tahun berbentuk hamtaro itu kearahnya. "Make a wish."
Nathan mengangguk. Ia menutup mata sejenak sebelum meniup lilin yang baru ia sadari, overload untuk ukuran kue kecil. Bayangkan saja, kue bulat itu berisikan hampir lebih dari 30 lilin kecil. Nathan tau ini ulah siapa.
"Jangan ngambek lagi, ya. Lo tuh cepet banget ngambeknya," goda Asta kemudian. "Iya, lo jangan ngambek. Rumah gue hancur kalo lo ngambek." lanjut Niel. Tangannya bersidekap, menatap Nathan yang hanya cengengesan.
"Hehe, peace Kak Nyel."
"Pas pis pas pis. Lo kalo ngambek lagi, gue banned dari rumah gue. Titik." Nathan yang mendengarnya hanya bisa mengerucutkan bibirnya. Yah, tidak bisa lagi dirinya belajar memasak di dapur si Tuan Muda yang super lengkap."By the way, kenapa lo keluar dari kamar gue?" Mendengar pertanyaan itu, Nathan tiba-tiba memerah. "Gak ngapain kok. Tadi ada kecoa aja disana, jadi gue usir. Iya, gitu."
Semua orang di ruangan itu tahu kalau itu hanya alasan.
Tapi Yoziel menerima alasan itu, "Oh, gitu. Udah dapet kecoanya?"
"Udah, tadi terbang ke luar sih."
Alasan tentu saja.
"Terus, lo kenapa disini kak?" tanya Nathan kemudian. Yoziel yang ditanyai hanya mengangkat bahu tak peduli. "Ada anak kecil ngambek, jadi gue bawain kue biar gak ngambek."
Yoziel tertawa kecil saat melihat wajah adiknya mengkerut tak suka. "Sorry, gue sempet lupa sama ulang tahun lo. Jujur, gue kelupaan. Untung Kak Esan bantu gue buat inget. Maaf ya, gue hampir aja buat lo merayakan hari spesial lo sendirian.
"Gue tau kita hanya berdua aja, tapi kadang gue terlalu mandiri dan gak sadar kalo lo butuh gue. Maaf, gue gak akan biarin lo sendiri lagi di hari spesial lo. Maafin gue, ya?"
Nathan sudah tidak peduli akan image nya di hadapan teman-temannya. Karena saat ini, dirinya sudah menangis tak tertahan.
"Di maafin," balasnya di sela tangisnya.
Yoziel tertawa kecil, lalu meraih sang adik dalam dekapan hangat. Yoziel berbicara jujur. Kadang dia lupa kalau sang adik membutuhkannya. Yoziel yakin dirinya bisa sendiri di dunia ini, tapi tidak dengan Nathan. Nathan takut sendiri. Itu ketakutan terbesarnya.
"Nangis mulu ah, ayo makan kue. Udah jam 00.15 nih!" celetuk Keythan yang entah sejak kapan duduk di sofa tua di ruang tamu. Di sampingnya ada Eden yang sibuk menuangkan soda ke gelas keramik berbeda ukuran dan bentuk itu. Well, hanya gelas itu yang ada di dapur.
Asta dan Niel, sibuk memisahkan mana kue dan mana lilin.
"Lo tuh ya Oreon, dibilangin cukup 1 lilin aja. Malah di tusukin semua. Lo mau makan lilin apa kue gue tanya," Niel berucap kesal dengan tangan menodongkan lilin ke arah Keythan yang sudah menyamankan dirinya dengan tontonan bola. "Lo bacot, Albrahama. Lagian juga, kenapa kita ngajak Albraham sih?"
"Yoziel yang ngajak gue kok. Lo ga berhak berpendapat. Hak bicara lo gue cabut!"
Baru saja Keythan hendak membalas perkataan musuhnya, Yoziel sudah lebih dulu mengangkat raket nyamuk di pegangannya. Entah sejak kapan raket nyamuk itu berpindah tangan.
"Udah malam, jangan ribut." ucap Yoziel final membuat dua pewaris high class itu diam seketika.
Setelah itu, mereka menikmati perayaan ulang tahun Nathan dengan tenang. Meskipun sesekali salah satu diantara mereka akan adu mulut, tapi itulah mereka.
Nathan menatap Yoziel yang duduk di sebelahnya, kemudian menyadari sesuatu. Nathan menepuk pelan bahu Yoziel, lalu berbisik pelan. "Terus camp lo gimana, kak?"
Yoziel yang mendengar bisikan pertanyaan Nathan tersenyum kecil. Tangannya lalu terangkat, mengacak surai coklat gelap si adik rewel kesayangannya.
"Buat lo, gue bahkan rela nyebrangin Black Lake, Jo. "
'...because you are my precious little brother.'
.
.
.
.
.
.Special chapter dulu yah. Merayakan ultah anak bontot
Btw siapa nonton tds 2???aku nontonn hihi
See you in next chapter!
Lots of love
uwu-ing!
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince on Hiding
General FictionSaat Putra Mahkota memilih kabur dari kastilnya. Dan ada Yoziel yang harus tersiksa karena melindungi Putra Mahkota yang terlalu polos untuk dunia yang kejam. 'Siapa yang bersembunyi' adalah pertanyaan yang harus terjawab. . . . . . chenle and jisu...