"So, orang yang selama ini ngirim uang ke kamu adalah dia?" Lian menunjuk foto seseorang yang ada di layar ponselnya. Yoziel mengangguk mantap menjawabnya, membuat kepala Lian pening seketika."Kamu yakin? Apa mereka gak cuma mirip?"
"Aku yakin, kak. Aku inget wajah dan namanya, meskipun kita cuman beberapa kali ketemu," ujar Yoziel meyakinkan yang lebih tua. Lian yang merasa bahwa Yoziel benar-benar yakin akhirnya memilih mengangguk paham. "Apa dia tau tentang 'situasi' mu?"
Menggeleng, Yoziel pun tak tahu. Seingatnya Ibunya tak pernah menceritakan kalau ada orang lain yang tahu akan fakta dirinya adalah keturunan royal.
"Tapi, Yo, ada kemungkinan jika MSA itu tidak bekerja atas perintah orang ini. Ada banyak petinggi di militer yang juga berpengaruh dan memiliki kuasa untuk memerintahkan MSA untuk mencari tentangmu diam-diam."
"It can be," Yoziel berucap lirih. Lian yang melihat ekspresi bingung dari wajah di hadapannya, seketika merasa iba. Lian sangat paham betul jika Yoziel tak menginginkan ini semua. Dan, ia yang bukan apa-apa sekarang menjadi target seseorang yang entah untuk tujuan apa.
"No one can hurt you, Yo. Not under my watch." Lian berucap mantap. Ia sangat paham betul kalau pemuda itu ketakutan saat ini.
"Look, I will ask my friend who work in MSA to help. We will find the one who give that command, okay?" Lian menggenggam tangan Yoziel, memberikan sebuah kekuatan kepada yang lebih muda.
"Don't worry, Yo. I'll help."
Yoziel tersenyum kepada Lian. "Thanks, kak."
"Anytime," balas Lian dengan senyum menenangkan. "By the way, which Albraham did you meet?"
Yoziel nampak berpikir sejenak, mencoba mengingat nama pemuda yang menendang sepedanya tadi. "Kalo aku gak salah inget, namanya Nathaniel Albraham. Kakak kenal?"
"Oh, Niel. Dia temen Nathan. Well, meskipun gitu kamu tetep hati-hati. Kita gak tau darimana dia dapet info tentang Nathan. Dan bagaimanapun, dia tetap Albraham, keluarga yang kita curigai. Dan bisa jadi dia adalah orang yang make jasa MSA buat nyari tau tentang kamu. Who knows." Lian menepuk pelan bahu Yoziel sebelum ia berdiri dari duduknya. Tungkainya melangkah ke arah dapur, meninggalkan Yoziel di ruang tamu kecil itu sendiri.
Jadi, Nathaniel itu teman Nathan? Yoziel kira bocah itu tidak punya teman sama sekali mengingat sifat Nathan yang kaku dan datar. Yoziel pikir hanya Asta yang tahan dengan sifat Nathan, ternyata ada orang lain yang mau berteman dengan si Putra Mahkota. Dan juga, kenapa nama mereka sama? Jonathan dan Nathaniel.
Yoziel terkekeh melihat kesamaan nama diantara keduanya. Entahlah, itu sangat lucu baginya.
Netra milik Yoziel melirik Lian yang mulai sibuk memasak. Ia menatap punggung lelaki yang menjabat sebagai asisten pribadi Putra Mahkota itu penuh rasa percaya.
Entah apa yang akan terjadi di masa depan, Yoziel berharap itu tidak akan menyakiti orang-orang di sekitarnya.
Yoziel dan Lian tak menyadari sepasang telinga yang mendengarkan percakapan mereka sedari tadi. Ya, Nathan mendengar semuanya.
Nathan berdiri dengan bersandar pada tembok kayu. Kepalanya menengadah, menatap langit biru. Helaan nafas keluar dari bibir tipisnya. Sepertinya masalahnya semakin besar.
Jika sudah seperti ini, Nathan semakin dibuat bingung atas situasi antara dirinya dan Yoziel. Maka muncul satu pertanyaan di benaknya.
"Sebenarnya siapa yang bersembunyi? Kamu atau aku, kak?" tanyanya pada hembusan angin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince on Hiding
General FictionSaat Putra Mahkota memilih kabur dari kastilnya. Dan ada Yoziel yang harus tersiksa karena melindungi Putra Mahkota yang terlalu polos untuk dunia yang kejam. 'Siapa yang bersembunyi' adalah pertanyaan yang harus terjawab. . . . . . chenle and jisu...