Tolong, siapapun, jelaskan pada Yoziel kenapa saat ini Tuan Muda Albraham duduk di meja yang sama dengannya? Diantara puluhan meja kantin di sekolah megah ini, kenapa pemuda itu memilih duduk di meja yang Yoziel dan teman-temannya gunakan untuk menghabiskan waktu makan siang?
"What happened while I gone? Care to explain?" tanya Asta pada Yoziel yang duduk disebelahnya. Matanya tak melepas tatapannya pada Nathaniel yang asik dengan makanannya. "Why is he here?"
Yoziel memijit kepalanya. "That's what I really want to know."
Syukur Eden sedang sibuk dengan si juara satu. Jika pemuda itu melihat siapa yang duduk di meja kantin mereka saat ini, ia pasti akan menarik Yoziel pergi sambil marah-marah. Berkata bahwa ia harus acuh pada kalangan atas.
"Udah pastilah! Dia mau mata-matain kita makanya dia ada disini sekarang!" mendengar sindiran Keythan, Nathaniel melirik musuhnya dengan bibir penuh nasi. Yang harusnya terlihat menakutkan, Nathaniel malah terlihat lucu dengan pipi menggembung.
"Perut lo gue tembak tau rasa!"
"Sini ayo! Tembak gue kalo lo berani!" Keythan berucap sambil membusungkan dadanya kedepan, menantang pemuda yang duduk di depannya. "Nih, jantung gue disini! Tembak ayo!"
"Oke! Lo kira gue takut!" Nathaniel berdiri diikuti dengan Keythan. Masih dengan pipinya yang menggembung, Nathaniel menarik tangannya ke belakang punggung. Tempat dimana ia meletakan pistolnya.
Yoziel yang melihat tingkah keduanya dibuat pusing. Meskipun mereka saling menantang seperti itu, mereka tak akan membunuh satu sama lain.
At least, not when the sun is still up there.
"Pyuu! Pyuu!"
Benar, kan.
Asta yang memperhatikan keduanya sedari tadi tersedak air minumnya sendiri saat melihat Nathaniel yang bukannya meraih pistol sungguhan, melainkan hanya tangannya. Ia tergelak saat Nathaniel 'menembak' Keythan dengan menggunakan suaranya saja, tidak ada dampak apapun pada lawan.
"Pyuu! Pyuu! Pyuu! Mati lo, setan! Mati!"
Yoziel menutup wajah menahan malu. Asta malah tertawa sambil menepuk bahunya kencang.
Sedangkan Keythan, pemuda itu terdiam kaku. Wajahnya memerah, entah karena malu atau marah karena dipermalukan.
"Bangsat!" umpatnya kesal kepada musuhnya itu. Keythan kemudian memilih duduk, malas meladeni sifat gila seorang Nathaniel Albraham.
Nathaniel yang mendengar umpatan Keythan malah tertawa. Senang melihat lawannya kesal. Well, itu adalah salah satu hobinya.
"Lo kira gue bakal beneran ngeluarin pistol gue? Gue gak bodoh, Oreon. Dan juga gue kena skors gak boleh bawa pistol karena seseorang ngilangin pistol gue," Nathaniel mendelik kearah Keythan. Kesal karena pemuda itu menghilangkan pistolnya dan berakibat dengan dirinya yang tidak diperbolehkan membawa pistol selama satu minggu.
Ia mengutuk Keythan ratusan kali saat pemuda itu menghubungi asistennya dan mengirim pesan singkat berkata bahwa pistol Nathaniel hilang entah kemana.
Rasanya saat itu Nathaniel ingin menembak kepala milik Keythan.
Sudah menendang pistolnya, sekarang dengan mudahnya ia berkata bahwa pistol kesayangannya hilang? Ijinkan Nathaniel menembak kepala musuh bebuyutannya itu.
"Good for you, then. Pistol dan lo itu gak cocok," ejek Keythan. "Lo cocoknya main belati, sama kayak keluarga lo dulu. Berhenti ngikutin Oreon, Albraham."
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince on Hiding
General FictionSaat Putra Mahkota memilih kabur dari kastilnya. Dan ada Yoziel yang harus tersiksa karena melindungi Putra Mahkota yang terlalu polos untuk dunia yang kejam. 'Siapa yang bersembunyi' adalah pertanyaan yang harus terjawab. . . . . . chenle and jisu...