27

129 15 0
                                    


"Putra Mahkota Nathan! Putra Mahkota, dimana anda?"

Seorang anak kecil menutup mulutnya saat barisan maid dengan pakaian didominasi hitam dan putih berlarian kesana kemari mencarinya. Dirinya terkikik pelan saat pelayan-pelayan itu menjauhi tempat persembunyiannya begitu saja. Anak kecil itu mengintip dari balik tembok, memastikan keadaan sebelum akhirnya keluar dari persembunyiannya dan berlari berlawan arah dengan para pelayan yang mencarinya tadi.

Jonathan Ecklart nama anak lelaki itu. Putra Mahkota kerajaan Negion. Buah hati dari Raja dan Ratu yang sangat lucu dan aktif, dalam berbagai artian tentu saja. Usianya baru saja menginjak 7 tahun, sedang dalam fase aktif. Anak lelaki itu dengan riang berlari menuju kastil barat. Kastil dimana kakak tak sedarahnya bertempat.

"Lo ngeliat Putra Mahkota dimana gak?" Nathan dengan cepat bersembunyi ke balik pilar saat mendengar seorang pelayan menyebut namanya. "Gak liat. Kabur lagi?" jawab pelayan lain yang sedang membawa bunga-bunga layu di dekapannya.

"Kemana sih Putra Mahkota Nathan." Nathan menutup mulutnya menahan tawa saat pelayan itu terlihat frustasi mencarinya. "Gak ada disini. Coba cari ke di kastil timur. Biasanya juga dia kesana, kan?"

Tak berselang lama, dua pelayan itu pergi menjauhi Nathan. Kembali memastikan keadaan sepi, Nathan melanjutkan perjalanannya.

"Huah! Lolos!" pekiknya girang saat berhasil membuka pintu yang memisahkan antara area kastil barat dan kastil utama. Paru-parunya meraup semua oksigen segar yang bisa ia tampung. Wajahnya berseri saat mencium semerbak aroma mawar memenuhi rongga paru-parunya. Ini yang Nathan suka dari kastil barat. Kastil terharum yang pernah Nathan jumpai. Meskipun ia hanya pernah mengunjungi 3 kastil termasuk kastil nenek dan kakeknya di pelosok desa sana.

"Kak Mark dimana ya?" tanyanya pada diri sendiri sambil membentuk tangannya seperti teropong yang ia letakkan di depan mata. Berharap dengan begitu, sosok sang kakak bisa mudah ditemukan.

"Ah, Kak mark!" teriaknya sambil mengayunkan tangannya diatas kepala. Berharap agar Michael yang sedang berada di ruang bacanya melihatnya. "Ih, gak dilihat."

Bibirnya mengerucut lucu saat sang kakak tidak juga menoleh. Padahal Nathan sudah melompat-lompat sambil berteriak agar Michael mengetahui keberadaannya. Dan juga, kemana pelayan yang bertugas di kastil barat? Kastil barat terlihat sangat sepi dari biasanya. Tidak mungkin kan pelayan di kastil barat ikut mencari keberadaannya?

Mengendikkan bahunya tak peduli, Nathan melangkah menyeberangi jembatan kayu yang menghubungkan kastil utama dan kastil barat. Pikirnya, ia akan mengejutkan kakaknya yang sangat suka mengurung diri di ruang baca itu, lalu mengajaknya bermain di taman bunga di kastil barat. Nathan terkikik senang membayangkan betapa menyenangkannya hal itu.

"Oh! Ada bebek!" Atensinya teralihkan begitu saja.

Tangannya terjulur kebawah, mencoba menggapai dua ekor bebek yang berenang mendekati jembatan.

"Sini, sini! Ih, kok menjauh sih? Aku gak jahat." Nathan mengikuti kemana bebek itu pergi. Langkahnya berbelok saat melihat bebek-bebek itu mendekati gazebo barat yang memang terhubung dengan jembatan utama. "Bebek, sini main sama Jojo!"

Kembali Nathan mencoba meraih hewan unggas itu. Namun sayang, tangan pendeknya tak bisa menjangkaunya. Merasa kesal, Nathan bangkit dari duduknya dengan bibir mengerucut.

"Semua gak mau main sama Jojo. Semua sibuk sama diri sendiri. Jojo kan cuman mau main bareng. Sulit ya luangin waktu buat Jojo?" Badan mungilnya berjongkok, bersandar pada pembatas kayu. Air matanya jatuh begitu saja saat menyadari betapa dirinya sendiri saja akhir-akhir ini.

Prince on HidingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang