Keythan Oreon tak pernah ingin menjadi seorang Oreon.
"Keythan, kalo kamu gak suka, bilang mama ya? Biar mama sampaikan ke kakek."
Tapi setidaknya ia memiliki Mamanya.
Menjadi seorang Oreon, Tuan Muda dari keluarga terpandang, tidak seenak yang mereka pikirkan.
Menginjak umur lima tahun, Keythan sudah berdiri di atas 2 balok kayu dengan penutup telinga dan pistol di tangan. Menembaki target di ujung sana.
Umur lima tahun harusnya ia menikmati waktu bermain dengan temannya namun nama belakangnya tidak mengijinkannya.
"Seorang Oreon harus bisa melakukan ini."
Dengan berbekal kata-kata sang Kakek, Oreon kecil itu mengorbankan waktu bermainnya.
Oreon bisa melakukan ini. Maka ia pun juga.
Oreon bisa melakukan itu. Maka ia pun juga.
Oreon bisa melakukan segalanya. Maka ia pun juga.
Dari kata-kata tadi, mana yang membuat mereka merasa iri dan ingin berada di posisinya?
Mereka melihat luarnya saja bukan apa yang ada di dalam cangkang.
"Oreon menyebalkan! Masa main ini aja gak bisa?"
Kata anak yang juga memiliki posisi sama sepertinya. Seorang Tuan Muda.
Keythan kala itu hanya seorang anak kecil berumur sebelas tahun yang membutuhkan masa kanak-kanak untuk tumbuh dan menikmati waktu.
"Kamu yang nyebelin! Albraham itu keluarga pencuri! Kamu pencuri!"
Keythan terlalu kecil untuk mengotori dirinya dengan sejarah keluarganya.
Ia harus menjadi 'sempurna' dan mengorbankan masa kanak-kanak. Dia tak tau apa arti bermain. Ia tak tau cara menghabiskan waktu dengan mobil mini dan pasir pantai. Ia tak tau kalau bermain ayunan sangatlah menyenangkan. Ia tak tau bagaimana cara berteman.
Maka, sang Mama bergerak menyelamatkan dirinya.
"Ayah, jangan jadikan anakku sebagai bonekamu. Keythan memang seorang Oreon, tapi bukan berarti ia akan mengikuti pendahulunya. Keythan-ku akan menjadi apa yang ia mau."
Keythan ingat, itu adalah pertama kalinya Mamanya berteriak di depan sang Kakek. Wajah Kakeknya terlihat sangat kaget saat itu. Terlihat tidak menyangka jika Mamanya bisa membentaknya secara gamblang di acara keluarga besarnya.
Meskipun begitu, berkat Mamanya, Keythan kecil bisa menikmati apa itu sekolah dasar.
Keythan ingat bagaimana ekspresi bahagia Mamanya saat menerima surat dari Kakeknya. Surat yang berisi pesan bahwa Kakeknya mengalah dan membiarkan Keythan melakukan apa yang ia mau. Dengan syarat, dalam satu minggu, seni menembak harus ada di jadwalnya.
"Keythan mau sekolah dimana?"
Keythan ingat ia menggeleng tidak tau saat Mamanya bertanya padanya. Karena jujur, itu pertama kalinya ia ditanyai seperti itu. Selama sebelas tahun, sekolah tidak ada dalam benaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince on Hiding
General FictionSaat Putra Mahkota memilih kabur dari kastilnya. Dan ada Yoziel yang harus tersiksa karena melindungi Putra Mahkota yang terlalu polos untuk dunia yang kejam. 'Siapa yang bersembunyi' adalah pertanyaan yang harus terjawab. . . . . . chenle and jisu...