33

105 15 4
                                    


Asta menatap diam jalanan di hadapannya saat ini. Sesekali matanya akan mengikuti arah lalu mobil yang lewat di depannya.

Pukul 3 sore.

Waktu yang ditentukan oleh Michael kemarin. Pangeran Negion itu berkata bahwa dia akan di jemput pukul 3 sore tepat.

Asta menoleh melihat jam tangan hitam kesukaannya di pergelangan tangan kirinya.

15.05

Untuk seorang Pangeran, ternyata Michael juga bisa telat, ya.

Kapten basket itu memantulkan bola oranye yang sedari tadi diletakkan di depan sepatunya. Sambil menunggu Michael datang, alangkah baiknya ia memanfaatkan waktu dengan berlatih. Oh, katakanlah Asta kecanduan, tapi memang begitulah dia. Basket yang menyelamatkannya dulu. Sampai sekarang, Asta dan basket sudah seperti Nathan dan Yoziel. Saudara beda pengertian.

Lima belas menit kemudian, sebuah mobil hitam metalik berhenti tepat di sisi jalan. Sebuah kepala yang sudah Asta hafal melongok keluar dengan senyum lima jari andalannya.

"Halo, tuan kapten basket," ucap Niel dengan semangat sambil melambaikan tangannya. Dahi Asta seketika berkedut kesal. Kenapa harus wajah Albraham itu yang ia lihat?

Mengabaikan Niel, Asta memilih memutari mobil, lalu membuka pintu mobil dari sisi yang berlawanan dengan Niel.

"Telat 20 menit," ucap Asta sesaat setelah ia duduk di samping Niel. Membuat Niel mencibir pelan, "cih, kapten basket dan on time nya."

Sebelum mobilnya kehilangan kaca jendela, Michael yang duduk di samping Tristan dengan cepat menenangkan Asta yang sudah siap melempar bola basket ke wajah teman kecilnya itu. Dengan senyum paksa, Michael mengambil bola oranye itu dari tangan Asta dan meletakkannya di bawah kakinya. Mengamankan benda yang bisa berubah menjadi senjata jika ada di tangan Asta.

"Okay guys! Kalian siap?"

Niel mengangguk semangat sambil mengarahkan jempol kepada Michael. Sedangkan Asta, ia hanya mengangguk kecil lalu mengalihkan pandangan ke luar jendela. Moodnya sangat buruk karena harus satu mobil dengan Nathaniel Albraham. Ditambah lagi Michael menyita bola oranye kesayangannya. Kenapa juga rencana ini harus ada Niel? Kenapa pemuda itu diikutsertakan?

Michael tersenyum singkat kepada Tristan di belakang kemudi. Tanpa perlu diberitahu, Tristan dengan sigap menyalakan mesin mobil. Mobil mewah itu lalu melaju dengan kecepatan konstan menuju kota pedalaman yang hanya 45 menit dari pusat kota.

Michael menurunkan kaca jendela di sampingnya sesaat setelah mobil mereka memasuki kawasan hutan hijau. Kepalanya ia sandarkan ke frame jendela, matanya menatap sayu pepohonan di luar sana. Mendiang ibunya sangat menyukai pemandangan ini.

Pegunungan Vert.

Ah, Michael sangat merindukan sang Ibu.

"Kita hampir sampai."

Suara Tristan menyadarkan Michael dari lamunannya. Dengan cepat ia mengusap air mata yang entah sejak kapan mengalir bebas dari matanya. Berdeham pelan, Michael lalu berbalik kebelakang, menatap Asta dan Niel yg saling diam.

"Aku mau ngingetin sekali lagi, tujuan kita mengadakan pertemuan ini adalah untuk membantu Nathan. Tentang ingin menguak kejahatan ratu, itu akan kita bahas di lain kesempatan. Karena tujuan utamaku, dan juga Yoziel, adalah memastikan Nathan baik-baik aja. Kalian paham?"

Kedua pemuda itu mengangguk pertanda mengerti. Tanpa perlu Michael berucap panjang lebar, mereka sudah mengerti. Karena mereka juga menginginkan hal yang sama.

Prince on HidingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang