Pasar Downabbey pagi ini nampak lengang. Mungkin karena minggu ini adalah minggu terakhir liburan, banyak keluarga memutuskan untuk berlibur ke luar desa.
Desa Danau Hitam, meskipun letaknya di daerah pinggiran dari kerajan Negion, desa ini berhasil membuktikan keagungannya dalam bidang pariwisata. Black Lake bukan satu-satunya objek wisata di desa tersebut, ada berbagai objek wisata alam yang menjadi sumber pendapatan penduduknya. Pasar Downabbey ini sendiri merupakan salah satu objek wisata yang sering dikunjungi oleh pengunjung. Jika pagi hari pasar Downabbey ramai oleh penduduk lokal, maka malam hari pasar akan ramai oleh pengunjung non lokal. Seperti pasar malam. Akan ada banyak atraksi yang di pentaskan untuk menarik perhatian pengunjung.
"What is that? Eww, looks so disgusting." Perhatian Yoziel teralihkan dari tomat yang ia pegang ke seorang pemuda yang mengikutinya sedari pagi. "What is that, Yo?" tanyanya pada Yoziel dengan pandangan kearah tomat yang dipegangnya.
"Tomat."
"Oh, tomato looks like that in real life? Wow." Antara memang bodoh atau polos, tipis sekali garis yang memisahkan keduanya.
Yoziel berdeham pelan, lalu meminta pada penjual untuk membungkuskan setengah kilogram tomat padanya. Setelah berhasil membeli tomat yang ia inginkan, Yoziel melanjutkan langkahnya.
"Jo, here," panggilnya pada Jonathan yang nampak seperti anak kecil dengan rasa ingin tahu yang teramat tinggi.
Yap, pemuda yang sedari tadi mengikutinya adalah Jonathan.
Satu jam yang lalu, saat Yoziel membuka pintu rumahnya hendak membeli bahan makanan yang mulai habis, Jonathan sudah berdiri di depan pintu dengan senyum polos menyapanya. Entah kenapa hari ini Yoziel merasa sangat sial. Padahal kemarin ia sudah sangat senang mengantarkan Jonathan pulang. Dan hari ini, bocah itu malah mengunjunginya.
"Ramai sekali, ya." Nathan menengok kesana kemari, memperhatikan suasana pasar yang penuh dengan transaksi jual-beli. "Oh, Yo. I want to have shrimps for my breakfast."
"Sorry, what?"
"Shrimps. Kemarin aku gak sempet makan udang yang kamu tangkep. Dan sekarang aku pingin makan udang," ujar Nathan sambil mengelus perut dibalik hoodie hitam yang ia kenakan.
"Not that. Kamu baru aja nyuruh aku masakin kamu sarapan?" balas Yoziel dengan intonasi yang di tekan. "Yap!" Yoziel tersenyum paksa. Ingin sekali ia menyeburkan Nathan yang sesukanya itu ke Black lake, tapi tidak. Ia masih ingin menyelesaikan pendidikannya, bukan malah menjadi seorang narapidana.
"Kenapa gak suruh Kak Lian aja? Atau kenapa bukan maid yang ada di rumah besarmu itu? Well, pertanyaan yang paling penting, kenapa kamu malah ada di rumahku pagi buta?" cerocos Yoziel cepat. Nathan yang mendengarnya meringis kecil. "Satu-satu, Yo."
"Dan juga, kenapa kamu manggil aku 'Yo'? Bisa jadi aku lebh tua dari kamu ya."
"Masalah nama panggilan aja kamu marah?" ujar Nathan tak percaya. Tangannya ia silangkan di depan dada dengan mata menatap Yoziel membola. "Iya!" Yoziel lalu mengubah arah jalannya, berbelok kanan menuju tempat dimana kios daging berada. Nathan dibelakangnya masih setia mengekor.
"Ya sudah, perkenalan lagi. Aku Jonathan, kelahiran Februari. Dan aku anak orang kaya," ucap Nathan dengan senyum menyungging lebar. Tangannya terulur pada Yoziel yang sedang melihat-lihat ikan segar. Merasa diejek, Yoziel bukannya membalas jabatan tangan Nathan, ia malah meletakkan seekor ikan ke tangan besar Nathan. Tentu saja hal itu membuat Nathan berteriak ketakutan. Yoziel tertawa kencang melihat raut wajah ketakutan Nathan. Suara tawanya yang melengking membuat si pemilik kios ikan segar keluar dari ruangannya dengan sebilah pisau di genggaman. Dengan cepat Yoziel menarik tangan Nathan yang masih saja meringis, lalu berlari menjauhi kios dengan pemiliknya yang nampak marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince on Hiding
General FictionSaat Putra Mahkota memilih kabur dari kastilnya. Dan ada Yoziel yang harus tersiksa karena melindungi Putra Mahkota yang terlalu polos untuk dunia yang kejam. 'Siapa yang bersembunyi' adalah pertanyaan yang harus terjawab. . . . . . chenle and jisu...