Awal

141K 6.5K 71
                                    

PAGI INI terasa sangat tenang. Suara burung saling sahut menyahut menciptakan melodi yang indah untuk didengar. Orang-orang hilir mudik memasuki sebuah bangunan khas rumah sakit. Di salah satu kamar inap, terdapat seorang wanita yang terbaring lemah di atas tempat tidur pasien.

Kelopak matanya perlahan terbuka menampilkan manik coklat yang indah. Dahinya berkerut memproses apa yang terjadi. Bibir tipisnya mengeluarkan ringisan saat perutnya terasa mulas. Dia melirik ke bawah, matanya terbelalak. Dengan spontan ia menyentuh perutnya yang membesar dengan ngeri.

Ringisan yang awalnya pelan berubah menjadi rintihan keras. Dengan tangan bergetar, dia berhasil memencet tombol yang berada tepat di samping tempat tidurnya. Tak lama kemudian, datang seorang perempuan muda bersama dokter dan dua orang perawat di belakangnya. Perempuan itu menggenggam tangannya. Wajahnya menampilkan ekspresi cemas. Namun, ia tak pernah merasa mengenal perempuan ini.

Dokter mulai memeriksa keadaannya dengan memasukkan jari tangannya ke dalam kewanitaannya, di sela-sela menahan sakit, ia meringis malu.

"Sudah waktunya ibu Naura melahirkan," katanya. Kemudian, dokter itu memerintahkan kedua perawat itu untuk menyiapkan keperluan persalinan.

Tunggu...melahirkan? GILA SAJA! sejak kapan ia hamil? Bagaimana bisa secara tiba tiba dirinya melahirkan? ia merasa ingin membenturkan kepalanya ke dinding. Dan tunggu, sejak kapan namanya berubah? Namanya adalah Karina, bukan Naura.

Beberapa menit kemudian, Karina dipindahkan ke ruang persalinan. Air matanya mengalir saat gelombang rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhnya. Ia merasa seperti akan mati untuk yang kedua kali.

"Tarik nafas, lalu mengejan. Lakukan secara berulang. Jangan tegang."

Karina mengikuti instruksi dokter. Ia menarik nafas lalu mengejan sekuat tenaga. Sungguh. Jiwanya seakan ikut tertarik keluar setiap kali ia mengejan. Tuhan, Sakit sekali. Ia kembali menarik nafas lalu mengejan.

Sudah beberapa menit berlalu. Akan tetapi, bayi diperutnya tidak kunjung keluar. Karina mengerti dunia ini memang sangat berat, tapi kali ini ia mohon. Segeralah lahir.

"Kepala bayinya sudah terlihat."

Rasa sakitnya semakin tak tertahankan hingga ia menjerit keras dan meremas apapun yang bisa dijangkaunya. Keringat membasahi tubuhnya. Ia menarik nafas dan mengejan lebih keras. Hingga akhirnya, ia merasa sesuatu keluar dari dalam dirinya. Dokter segera membantu menarik kepala bayi itu dan mendekapnya.

"Bayinya perempuan," Dokter menatap bayi cantik yang didekapnya dengan binar dimatanya.

Karina tidak sempat memperhatikan apa yang dokter itu katakan. Pandangannya memburam. Sekitarnya berubah menjadi gelap. Ia jatuh pingsan.

*

Karina mengerjapkan matanya perlahan lalu menghembuskan nafas panjang. Tatapannya jatuh pada pintu ruang rawat yang terbuka. Seorang Perempuan yang sebelumnya ia lihat mendekat ke arahnya sambil tersenyum.

"Bagaimana keadaan, Mbak?"

"Saya baik," jawabnya kaku. Matanya menatap lurus perempuan muda yang duduk di samping kanan ranjangnya.

"Kamu siapa?" tanyanya dengan penasaran.

Mata perempuan itu terbelalak. Ia jelas terkejut dengan pertanyaan yang ia lontarkan. "Mbak lupa sama Sekar?"

"Sekar?"

"Iya, Sekar. Saya tetangga Mbak Naura," Sekar menjawab dengan sedikit bingung. Apakah setelah melahirkan, Naura hilang ingatan?

Karina—yang disebut sebagai Naura–terdiam sejenak. "Ini dimana?"

Sekar menatapnya khawatir. "Mbak Naura nggak lupa ingatan, kan?" Jari jemarinya bergerak menyentuh punggung tangannya.

𝐁𝐔𝐍𝐃𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang