Empat

68.6K 5.4K 85
                                    

04. Dunia yang sempit

David sesekali mencuri pandang pada wanita di sampingnya. Suasana di dalam mobil tampak canggung. Dia sibuk menyetir, sedangkan Naura asik menatap jendela yang menampilkan jalanan yang padat.

Mata tajam itu mengalihkan pandangannya pada seorang balita yang terlelap di gendongan Naura. Tangannya mencengkram setir erat, menahan gemas dengan ekspresi Lala yang tampak imut saat tertidur.

"Berhenti di depan, mas. Rumah saya yang itu." Naura menunjuk rumah bercat abu abu yang berjarak sekitar 2 meter di depan.

David membelokan setir mobilnya memasuki pekarangan rumah Naura yang dipenuhi oleh bunga dan juga pepohonan hias yang menyejukkan mata.

David membuka seat belt yang melilit tubuhnya. Dia melirik Naura sekilas sebelum keluar dari dalam mobil. Dia memutar arah dan membuka pintu mobil. "Biar saya yang bawa." Dia mengambil alih tubuh Lala yang terlelap di pangkuan Naura.

Naura keluar dari mobil dan berjalan terlebih dahulu untuk membukakan pintu rumah di ikuti David yang mengekor di belakangnya.

Belum sempat dia membuka pintu. Telinganya menangkap suara gerungan motor dari belakang. Tubuhnya berbalik, dia melihat sesosok laki laki yang tengah membuka helm. David mengikuti arah pandang wanita itu.

Laki laki itu balas menatap David yang tengah berdiri di samping Naura dengan Lala yang terlelap di pundaknya. Matanya sedikit melebar, jelas dia terkejut. Bagaimana pria ini bisa mengenal Naura.

Dia berjalan mendekat. Tatapannya masih terpaku pada David.

David menaikan sebelah alisnya, merasa terganggu dengan tatapan menyelidik dari laki laki itu.

Naura merogoh tas nya dan mengeluarkan kunci rumah. "Ayo silahkan masuk." Dia mendorong pintu mempersilahkan kedua laki laki itu untuk masuk ke rumahnya. Namun, keduanya tak beranjak dari tempat mereka berdiri. Mereka masih menatap satu sama lain.

"Papa ngapain di sini?"

Pemuda yang tak lain adalah Vano jelas terkejut dengan keberadaan sang papa di rumah bunda angkatnya. Berbagai pertanyaan hinggap di benak Vano. Biasanya, papanya akan sibuk di dalam ruangan dengan bertumpuk tumpuk dokumen penting di meja kerjanya. Jadi, untuk apa pria yang sangat menghargai waktu itu berada di sini.

Mengabaikan pertanyaan sang putra, David melengos berjalan masuk ke dalam rumah Naura.

Vano pun mengekor di belakang tubuh tegap David. "Kalian...?" Pemuda itu kembali melontarkan pertanyaan dengan nada yang kian menuntut.

David masih tak peduli dengan pertanyaan putra sulungnya. Dia menghampiri Naura yang menunggu nya sejak tadi.

Melihat kedatangan David, Naura menggiring pria itu masuk ke dalam kamar dengan pintu bewarna putih.

David merebahkan tubuh Lala di atas kasurnya. Tatapannya bertemu dengan manik madu milik Naura.

"Pa!"

Naura memutus tatapan tersebut dan beralih pada Vano yang berdiri di ambang pintu dengan tatapan kesal yang tertuju pada David.

"Kalian saling kenal?"

David mengangguk singkat lalu keluar dari kamar Lala masih di ikuti Vano dan juga Naura yang menatap bingung interaksi keduanya.

Vano menggaruk tengkuknya. Senyum canggung terbit di bibir pemuda itu. "Ini papa saya."

Mendengar pernyataan tersebut, Naura termenung. Ternyata Dunia ini sangat sempit. Dia tak menyangka akan bertemu dengan ayah dari anak angkatnya dalam waktu dekat ini.

𝐁𝐔𝐍𝐃𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang