Dua belas

50.4K 4K 16
                                    

12. Datang ke pesta

David mengetuk pintu sebanyak dua kali. Setelah menunggu beberapa saat, pintu terbuka dan memunculkan perempuan yang dia kenal. David menahan diri untuk tidak tersenyum saat melihat wajah kantuk Naura.

"Ada yang bisa saya ban-mas?" Naura menghentikan ucapannya. Dia menatap bingung David yang datang malam malam seperti ini.

"Apa saya boleh masuk?"

Naura tergagap dan membuka pintu lebih lebar mempersilahkan David untuk masuk, kemudian dia mengekor di belakang David menuju ruang tamu.

"Ada apa, mas?" Naura bertanya setelah keduanya duduk. Tatapannya mengarah pada David.

David merogoh tas kerjanya dan mengeluarkan sebuah benda berbentuk persegi panjang. "Saya ingin memberikan ini." David menyodorkan undangan itu pada Naura.

Naura meraih benda itu dan membacanya. "Undangan pesta?"

David mengangguk. "Saya berencana membawa kamu. Apa kamu bisa datang?"

Naura menimbang nimbang ajakan David. Setelah beberapa saat dia menjawab, "bisa, acaranya malam minggu, kan?" Naura menyetujui ajakan tersebut.

David diam diam menghela nafas lega lalu mengangguk. "Sabtu malam saya akan datang menjemput kamu." David bangkit dan bersiap untuk pulang. "Sudah malam, saya pamit."

Naura mengantar David menuju mobilnya. "Hati hati."

David mengiyakan lalu memasuki mobil. Dia menatap Naura sejenak sebelum menjalankan mobilnya meninggalkan rumah Naura.

Malam ini cuaca sangat bagus. David bisa melihat beberapa bintang yang bersinar dari balik kaca mobilnya. David menyalakan radio untuk menemani perjalanan nya.

David membelokan mobilnya memasuki parkiran sebuah gedung. Kaki jenjangnya melangkah keluar dari mobil memasuki gedung apartemen mewah itu. Dia menghembuskan nafas lega saat memasuki lift. Dia tidak sabar untuk segera membersihkan diri.

Saat lift terbuka, David menuju salah satu pintu yang ada di sana. Dia menempelkan ibu jari nya pada gagang pintu kemudian membukanya. Dia melirik sekitar. Sepertinya Vano telah tidur. Dia beranjak memasuki kamarnya.

David melonggarkan dasi yang sedari tadi mencekiknya. Tangannya meraba celana dan melepaskan ikat pinggangnya. Jemari besarnya bergulir ke atas membuka satu persatu kancing kemeja putih yang dia pakai. Dia meregangkan sedikit ototnya sebelum memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri.

Beberapa menit kemudian David keluar dengan wajah segar. Handuk putih terlilit di sekitar pinggul hingga lutut. David meraih celana training dan memakainya dengan cepat. Dia membiarkan tubuh bagian atasnya telanjang. Setelah merasa sudah segar dan wangi, David menuju dapur untuk membuat kopi. Masih ada beberapa pekerjaan yang harus dia kerjakan malam ini.

Jam terus bergulir hingga tengah malam. David membuka kacamatanya. Dia menutup laptop dan menghabiskan kopi dari cangkir yang kedua. Kemudian dia beranjak dari tempat duduk menuju salah satu kamar di apartemen itu. Dia memang sengaja memilih tinggal di apartemen dibanding rumah karena jarak apartemen lebih dekat dengan perusahaan. Selain itu, rumah terasa terlalu besar jika hanya ditinggali oleh dirinya dan Vano.

David membuka pintu kamar yang tidak terkunci. Dia mendekati Vano yang terlelap nyenyak di atas kasur. Tatapannya melembut. Tangannya terangkat membelai kepala Vano.

𝐁𝐔𝐍𝐃𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang