08. Teman lama
"Naura?"
Tubuh Naura berbalik. Tangannya masih mencengkeram troli yang berisi Lala dan barang belanjaan nya. Dahinya berkerut bingung menatap perempuan seumurannya yang terlihat hendak menangis. Perempuan itu menutup mulutnya seperti terkena shock berat. Dia berlari cepat menerjang tubuh Naura hingga membuat wanita itu hampir terjengkang.
"Ra..." Dia berbisik lirih, air matanya jatuh ke pundak Naura yang menegang.
Dengan gerakan kaku Naura mengelus punggung perempuan yang tidak dia kenal itu. Dalam hati dia mengumpati 'Naura' yang tidak memberikan ingatan apapun padanya. Dia menghela nafas sebelum menjauhkan tubuh perempuan itu.
"Maaf, aku begini. aku kangen banget sama kamu." Dia menegakkan tubuhnya kembali. Telapak tangannya menyentuh kedua pundak Naura. Dia masih memberikan tatapan tidak percaya.
"Kamu kemana aja selama ini, Ra? Setelah pesta hari itu, kamu hilang tanpa kabar. Kenapa kamu gak cerita ke aku kalo ada masalah? Aku khawatir, Naura. Kamu tiba tiba resign tanpa alasan yang jelas. Bahkan tanpa pamitan sama aku." Mata perempuan itu kembali berkaca kaca, siap untuk kembali menangis.
Naura meringis merasa bersalah. Dia tidak mengenal perempuan ini, namun dia rasa perempuan ini mempunyai hubungan yang cukup dekat dengan pemilik tubuh sebelumnya. "Maaf."
Perempuan itu mengusap pipinya yang basah. "Ayo kita cari cafe atau restoran biar ngobrolnya enak. Kamu nggak sibuk, kan?"
Naura menggeleng kemudian melirik Lala yang terdiam di dalam troli memperhatikan interaksi dirinya dengan perempuan itu. "Aku bayar ini dulu." Tubuhnya berbalik menuju kasir.
Setelah membayar semua belanjaannya, Naura menggandeng Lala menuju parkiran supermarket dimana perempuan itu menunggunya.
"Itu siapa, bun?" Lala menjilati es krim di tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya digandeng oleh Naura.
"Temen bunda," ucapnya pelan. "Maaf bikin kamu nunggu lama."
Kepalanya menggeleng cepat. Kemudian matanya melirik gadis kecil yang berdiri di sebelah Naura. Tubuh nya tersentak kecil saat anak itu tersenyum, senyum yang sangat persis sekali dengan milik Naura. Dia kembali menatap Naura yang juga tengah menatapnya. "Ini siapa?"
Naura berdehem tidak nyaman. "Boleh kita cari tempat dulu?"
Perempuan itu mengangguk. "Tentu." Dia membantu Naura untuk memasukkan belanjaannya ke dalam mobil. Lala meloncat masuk ke kursi tengah sedangkan Naura duduk di depan menemani perempuan itu.
Naura melirik kursi kemudi. Dia berdehem sebelum lanjut bertanya, "kalo boleh tau nama kamu siapa?"
Perempuan itu menginjak pedal rem hingga mobilnya berhenti mendadak. Kepalanya memutar ke samping. Matanya terbelalak kaget. "Kamu lupa sama aku?" Tanya nya dengan nada tidak percaya
Naura tersenyum kikuk. Dia sedikit meremas roknya. "Aku sempat kecelakaan sampai lupa ingatan," ucapnya dengan sedikit kebohongan. Dia benar benar pernah mengalami kecelakaan namun tidak sampai lupa ingatan, hanya saja jiwanya terdampar di tubuh ini. Dia tidak mungkin berkata jujur bahwa dirinya bukanlah Naura. Siapa yang akan mempercayai hal gila itu? Dia saja tidak akan percaya jika tidak mengalami sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐔𝐍𝐃𝐀
Fantasy❝Apakah aku bisa menjadi ibu yang baik?❞ ❝Pukul dan maki saya sepuas kamu. Tapi saya mohon, jangan benci saya.❞ ©bininya_renmin, 2022