05. Kepangan manis
NAURA menatap cermin dihadapannya. Di sana terlihat pantulan wajah milik nya selama berada di tubuh ini. Dia menyentuh kepala belakang nya. Masih teringat jelas rasa sakit saat kepalanya terantuk aspal akibat tertabrak mobil yang ia yakini adalah milik mantan kekasihnya.Miris memang, dibunuh oleh kekasih sendiri. Dulu, Naura kira. Mereka berdua adalah pasangan yang paling romantis, karena laki laki selalu Memberikan banyak cinta kepadanya. Namun ternyata semua itu palsu. Setelah satu tahun berpacaran dengan laki laki itu. Naura mengetahui bahwa dia hanya menginginkan harta milik Naura. Sejak saat itu, Naura tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun lagi. Sebab rasa trauma nya menjalin hubungan sulit untuk dihilangkan.
Lamunan nya buyar saat mendengar suara ketukan pintu dari luar kamar.
Dia beranjak dari kursi rias dan berjalan menuju pintu. Saat pintu terbuka, nampak wajah tampan seorang pemuda yang berdiri di depan pintu.Sudut bibirnya melengkung ke atas menampilkan sebuah senyuman lembut.
"Kenapa?" Naura bersandar pada ambang pintu. Tatapannya tertuju pada pemuda ber-jersey voli itu.
"Sa–aku izin mau ke sekolah. Ada latihan Voli," Vano berucap seraya meraih tangan Naura.
Naura menegakkan tubuhnya. Dia menepuk pelan pundak pemuda itu. "Hati hati. Bawa motor nya jangan ngebut ngebut!"
Vano mengiyakan ucapan Naura dalam hati. Setelah pamit, dia berbalik pergi meninggalkan kamar Naura.
Setelah kepergian Vano, Naura menuju ruang tengah, tepatnya menemui Lala yang tengah menonton kartun favoritnya. "Abang kok cekolah cih, bun? Kan cekalang hali Sabtu, libul,"
"Abang ada ekskul, jadi sekarang masuk." Dia mendudukan bokong nya di sebelah Lala. Tangannya terangkat menyentuh surai hitam itu.
Kening Lala berkerut. "Eckul? Eckul itu apa Bun? Cejenis ec klim, ya?"
Sontak Naura tertawa lepas mendengar pertanyaan dari putrinya itu. Lucu sekali, Naura jadi semakin tidak rela jika putrinya ini bertambah dewasa.
"Ekskul itu ekstrakulikuler, sayang. Kayak Kegiatan di luar pelajaran. Bukan sejenis Es krim," terang Naura. Lala hanya mengangguk sok mengerti.
Setelah mengecup pipi gembul Lala, Naura bangkit menuju dapur untuk membuat camilan. Lala itu sangat suka mengemil. Jadi, Naura harus menyetok berbagai macam snack dan juga bahan untuk membuat cemilan nya.
Dia membuka kulkas dan mengeluarkan satu botol susu. Kemudian dia beralih pada laci dapur dan mengambil berbagai bahan untuk membuat roti. Setelah semua bahan terkumpul, dia memakai sarung tangan karet dan mulai membuat roti.
Saat tengah asik memasak, Naura merasa baju belakang nya tertarik. Kepalanya menoleh ke belakang.
"Kenapa sayang?" Kepalanya menunduk, namun tangannya masih sibuk menguleni adonan kue yang akan ia buat.
"Ada papa."
Ibu jarinya menunjuk kearah ruang tengah. Sontak Naura segera mencuci tangan nya dan menggendong tubuh Lala. Dia mengerti siapa yang dimaksud papa oleh putrinya. Dan benar saja, di sana sudah terdapat David yang tengah duduk santai di atas sofa.
"Mas ngapain kesini?"
"Memang nya saya tidak boleh kemari?" David balik bertanya pada Naura.
Naura menggosok hidungnya yang tidak gatal. Itu adalah kebiasaan miliknya ketika sedang bingung ataupun gugup.
"Maksudnya bukan itu. Kalo boleh tau, mas ada keperluan apa, ya?" tanya Naura lagi.
"Hanya sekadar mampir."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐔𝐍𝐃𝐀
Fantasy❝Apakah aku bisa menjadi ibu yang baik?❞ ❝Pukul dan maki saya sepuas kamu. Tapi saya mohon, jangan benci saya.❞ ©bininya_renmin, 2022