06. Bertamu
Setibanya di rumah Sheira, Vano bertemu dengan ayah Sheira yang berpangkat Kolonel angkatan laut. Tubuhnya tinggi kekar dengan wajah garang dan tatapan mengintimidasi. Vano sendiri tidak terpengaruh oleh tatapan yang di berikan ayah Sheira karena dia sendiri sudah terbiasa dengan tatapan David yang lebih dingin. Sheira sendiri sudah berlalu masuk meninggalkan dirinya bersama ayah gadis itu.Ayah Sheira menilai dirinya dari ujung kepala hingga ujung sepatunya. "Siapa kamu?" Dia bertanya dengan nada yang tak bersahabat. Matanya melirik tajam bak pisau yang baru di asah.
"Saya temannya Sheira," balas Vano tak kalah datar. Dia meraih tangan ayah Sheira kemudian menyalaminya.
Kedua alis hitamnya bertaut. Dia berdehem sambil membukakan pintu lebih lebar menyuruh Vano untuk masuk. Pria itu duduk di sofa empuk yang berada di ruang tamu, dia kembali melirik Vano mengisyaratkan agar pemuda itu duduk di depannya.
"Sudah berapa lama kamu mengenal anak saya?"
Vano menegakkan punggungnya. "Sejak kelas sepuluh saya satu kelas dengan Sheira."
Ayah Sheira terdiam "Mau kemana kalian?"
"Sheira akan mengerjakan tugas kelompok di rumah saya," balas Vano. Dia membenarkan posisi duduknya. Tatapan ayah Sheira tidak lepas dari setiap gerak gerik yang dia lakukan.
"Kenapa tidak di sini saja?"
"Karena Sheira ingin berkenalan dengan kedua orang tua saya"
Pupil pria itu melebar sejenak. Dia tak menyangka bahwa Vano akan berkata demikian.
"Jaga putri saya. Kalau saya menemukan setitik luka di tubuhnya, kamu yang akan menerima konsekuensinya."
Vano menahan sudut bibirnya yang berkedut. Dia mengangguk menyetujui syarat yang di ajukan oleh ayah dari gadis pujaannya.
"Ayo!" ajak Sheira yang tiba di depan kedua pria berbeda usia itu.
"Kami pamit." Vano dan Sheira bergantian menyalami punggung tangan ayah Sheira.
-𝓑𝓾𝓷𝓭𝓪-
Selepas memberikan kue yang dia buat, Naura kembali menuju dapur untuk membuatkan makan siang. Dia terlalu asik memasak hingga akhirnya menyadari keadaan rumah yang berubah menjadi sepi. Padahal sebelumnya, suara tawa putrinya itu terdengar jelas sampai ke dapur. Karena penasaran, Naura mematikan kompor dan melepaskan apron yang melekat di tubuhnya.
Kakinya melangkah kembali ke ruang tengah. Dia menemukan Lala yang kini tertidur pulas di atas dada David yang juga ikut tertidur. Dia mematikan televisi yang sedari tadi menyala.
David bisa merasakan tangan Naura yang mengelus kepala gadis kecil di dadanya. Namun dia hanya diam tanpa berniat membuka mata. Sampai tak lama telinganya mendengar deru motor yang dia yakini berasal dari motor putranya.
Naura bergegas beranjak untuk membuka pintu.
Vano turun dari motor di ikuti perempuan yang mengekor di belakangnya. Perempuan itu tersenyum canggung saat menyadari tatapan Naura yang mengarah kepada nya.
Naura menyambut kedatangan Sheira dengan suka cita, dia merangkul pundak Sheira dan menggiring nya masuk ke dalam rumah.
Ketika mereka sampai di ruang tamu, ternyata David sudah tidak ada di sana. Naura mengira pria itu memindahkan Lala ke dalam kamarnya.
"Duduk dulu, kamu mau minum apa?" Naura bertanya setelah memastikan gadis itu duduk nyaman.
"Apa aja tante," Sheira kembali tersenyum canggung. Dalam hati dia berdecak kagum dengan paras Naura yang menawan, bahkan pada awalnya Sheira mengira wanita ini adalah kakak dari Vano sebelum pemuda itu mengkonfirmasi bahwa wanita cantik ini adalah ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐔𝐍𝐃𝐀
Fantasy❝Apakah aku bisa menjadi ibu yang baik?❞ ❝Pukul dan maki saya sepuas kamu. Tapi saya mohon, jangan benci saya.❞ ©bininya_renmin, 2022