Tiga

77.4K 5.7K 57
                                    

03. Bertemu lagi

"LEPAS!" Perempuan itu menendang tubuh pria yang menggotong nya bak karung beras. Tubuhnya bergetar ketakutan di pundak pria itu. Dia memukul punggung lebar nya, namun sepertinya semua itu tidak berdampak pada pria tersebut. Dia tetap berjalan tergesa menuju salah satu kamar hotel.

"TOLONG!

Pria itu tetap diam. Dia membuka pintu kamar dan meletakkan tubuh perempuan itu di atas kasur. Kedua lengannya mengukung tubuh perempuan itu agar tak kemana mana. Kepalanya terasa sangat pening. Suhu tubuhnya juga meningkat. Dia bergerak gelisah merasakan inti tubuhnya berdenyut. Mata nya melirik seorang perempuan yang menangis di bawah kungkungannya, memohon agar dia lepaskan.

"Tolong, tolong buka pintunya!" Dia berusaha mendorong tubuh pria itu agar menyingkir dari atasnya. Namun hal tersebut tak berhasil sama sekali. Tenaga pria itu terlalu kuat. Dia semakin berontak. Dia mencoba menendang, namun hanya udara kosong yang dia dapat. Di sekitarnya juga tidak terdapat barang untuk memukul pria itu.

Dia menatap pria di hadapannya dengan mata berkaca kaca. Tubuhnya bergetar  takut. "Tolong lepaskan saya. Saya minta maaf jika memiliki salah kepada bapak, tapi tolong lepaskan saya..."

Pria itu merasakan desiran aneh saat matanya bersitatap dengan manik coklat yang hampir mengeluarkan cairannya.

Kepalanya menelusup di perpotongan leher jenjang perempuan itu. Hidung nya menghirup secara rakus aroma buah bercampur kayu manis dari tubuh perempuan itu. Dia merasa kewarasannya hilang saat itu juga. Bibirnya mulai memberikan kecupan ringan di kulit halus itu. Dia seperti predator kelaparan yang hendak memakan mangsanya.

"TOLONG!"

Naura tersentak bangun dari tidurnya. Aneh, mimpi yang terasa sangat nyata itu kembali hadir. Padahal, sudah dua tahun dia berhenti memimpikan mimpi aneh itu. Memang sejak dia menempati tubuh Naura, berkali-kali dia memimpikan mimpi yang sama. Dia tidak bisa melihat dengan jelas wajah perempuan itu. Setiap kali mimpi itu datang, dia hanya bisa diam di tempat seolah tengah menonton cuplikan film.

Naura merubah posisinya menjadi duduk. Tenggorokannya terasa kering. Matanya melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Dia bangkit dari kasur hendak menuju dapur untuk mengambil air minum.

Naura berhenti sejenak di depan sebuah kamar dengan pintu yang terbuka. Dia tersenyum tipis dan masuk ke dalam kamar. Tangannya meraih selimut yang cukup tebal, lalu dia menyelimuti tubuh Vano yang tertidur lelap dengan selimut tersebut.

Malam ini Vano memang meminta izin kepadanya untuk menginap. Bukan apa, semalam pemuda itu datang ke rumahnya pukul 23.00 malam setelah selesai latihan Voli untuk lomba. Karena jarak rumah Naura lebih dekat dengan sekolah, dia lebih memilih menginap di rumah Bunda angkatnya dibandingkan pulang ke rumahnya.

Setelah menyelimuti Vano, Naura keluar dari dalam sana dan memasuki sebuah ruangan yang bersebelahan dengan kamar Vano. Ruangan ini di dominasi oleh wallpaper kartun robot kucing berwarna biru.

Dia menggeleng pelan saat menemukan Lala yang tertidur dengan posisi bantal di kaki dan guling di lantai. Sedangkan kepala nya tidak menggunakan apapun.

Setelah membenarkan posisi tidur dan juga menyelimuti tubuh Lala–yang sebenarnya percuma karena pada akhirnya selimut itu akan di tendang sampai jatuh ke lantai. Naura keluar dari kamar dan melanjutkan langkah nya menuju dapur untuk mengambil minum.

𝐁𝐔𝐍𝐃𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang