Tiga belas

48K 3.8K 87
                                    

13. Ada apa dengan Naura?

Naura menyeka tangannya dengan tisu. Sekelebat ingatan tadi mengganggunya. Dia merasa familiar dengan tempat ini. Matanya menatap pantulan cermin. Ia juga seperti pernah bertemu dengan James, namun ia tak ingat kapan dan dimana mereka bertemu.

Setelah menyelesaikan urusannya, Naura keluar dari kamar mandi dengan sedikit tergesa. Saat hendak berbelok, matanya memandang seorang pria yang bersandar di dinding. Mata keduanya bersitatap, tubuh pria itu menegak dan berjalan cepat menuju arahnya.

Kedua tangannya menyentuh pundak Naura. "Kamu baik baik saja? apa ada masalah?"

Dengan canggung Naura menurunkan tangan David dari pundaknya. "Aku baik baik aja."

Diam diam David merasa lega. Perasaannya menjadi tak tenang sejak Naura pergi ke kamar mandi. Matanya menelisik wajah Naura, David merasa ada sesuatu yang mengganjal. Belum sempat bibirnya mengucap kata, Naura menggeser tubuh nya menjauh dari David.

Dia membuang wajah, enggan menatap David. Perasaannya kacau, dan semakin parah setelah bertemu pria ini. Naura merasa was was dan takut. Dia benar benar tidak mengerti dengan perasaannya sendiri.

Lamunannya buyar ketika sebuah benda hangat tergantung di pundaknya. Dia menengok sekilas dan berucap terimakasih. Kakinya melangkah ringan melewati lorong. Tanpa sadar aroma khas David yang berasal dari jas di pundaknya membuat perasaan Naura sedikit tenang.

"Acaranya masih lama?" Naura memecah kesunyian dengan mengajukan pertanyaan. Kepalanya mendongak menatap David yang lebih tinggi.

"Kamu mau pulang?" David balik bertanya.

Naura menggeleng kemudian berucap, "nggak, aku cuma tanya." Tangannya bergerak merapatkan jas David untuk menghalau udara dingin yang menerpanya.

"Kita akan pulang setelah ini." David meraih tangan Naura dan menggenggamnya lembut. Keningnya mengernyit merasa tangan Naura berkeringat dingin. Dia berbalik menghadap Naura. "Kamu sakit?" lengannya tanpa sadar berpindah pada pinggang Naura lalu menariknya mendekat.

Naura terdiam. Jarak antara wajah David dengan dirinya tak lebih dari dua jengkal. Kakinya melangkah mundur. David tersadar dan segera melepaskan lengannya di pinggang Naura.

"Maafkan saya, kamu sakit? tangan mu dingin." matanya melirik tangan Naura yang tergantung di sisi tubuhnya.

"aku baik baik aja, mas nggak gabung sama tamu yang lain? apa masih ada agenda lain setelah ini?"

David menggeleng. "Mari pulang," keduanya berjalan beriringan.

Naura tetap diam sejak keluar dari hotel hingga kembali ke rumahnya, membuat David terheran heran. Meski khawatir, David tak mengajukan pertanyaan apapun dan membiarkan Naura fokus dengan pikirannya.

"Naura," panggil nya pelan.

Naura mengerjap menyadari mereka telah tiba di rumahnya. Dia membuka seat belt dan memegangi tas nya. "Makasih mas, maaf merepotkan."

"Tunggu!"

Naura menghentikan gerakannya yang hendak membuka pintu. "Ada apa?"

"Ah?" David menyentuh tengkuk nya, "tidak ada. Selamat beristirahat."

Naura tersenyum, lalu keluar dari mobil David menuju pintu rumahnya. David menatap punggung Naura yang menjauh. Tangannya mengeluarkan sebuah kotak beludru dari balik saku celananya. Dia memandang kotak itu lamat lalu membuang nafas kasar.

Gagal sudah rencana nya malam ini.

***

Naura membating tubuhnya ke atas kasur. Pikiran dan tubuhnya terasa sangat lelah. Dia merasa frustasi karena tak mengingat satu pun kenangan 'Naura'. Dia merasa ada suatu hal penting yang seharusnya dia ingat.

𝐁𝐔𝐍𝐃𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang