Empat belas

46.2K 3.7K 45
                                    

14. Kotak rahasia

Sinar matahari menembus jendela mengusik seorang gadis kecil yang terlelap di atas tempat tidur. Dia menggeliat dan membuka matanya dengan susah payah. Rambutnya yang tegak seperti singa nampak lucu. Matanya berkedip cepat, memproses yang terjadi di sekitarnya.

Bibir kecilnya menguap menandakan dirinya masih mengantuk, namun dia tetap bangkit dan pergi ke luar kamar. Matanya membulat, sadar bahwa dirinya masih berada di rumah papa angkat nya. Dia memperlaju langkah kakinya hingga berhenti tepat di dapur.

Senyumnya terbit ketika melihat punggung lelaki yang ia kenal. "Selamat pagi, papa!" sapanya riang, "papa lagi apa? tidur papa nyenyak?"

Lelaki itu berbalik dan tersenyum. Dia mematikan kompor lalu melepas apron di tubuh nya dan berjalan mendekati Lala. David mengangkat tubuh Lala dan menaruhnya di kursi. Dia mengusak rambut singa Lala dengan gemas. "Tidur papa nyenyak. Papa udah masak sarapan buat Lala, yuk makan." David kembali ke dekat kompor untuk memindahkan nasi goreng yang ia buat ke piring.

"Di sini seru! banyak rumah tinggi, kalo malem banyak lampu warna warni, Lala suka di sini."

David menaruh piring berisi nasi goreng di depan Lala. "Kalo Lala mau main ke sini lagi, bilang ke papa, nanti papa jemput." David menumpu kedua lengannya di sisi meja.

"Lala mau ajak bunda! bunda pasti senang!"

David berdehem mengingat peristiwa tadi malam. David bergeser mengisi air ke dalam gelas lalu meminumnya.

"Kalo Lala sama bunda tinggal di sini juga boleh?"

Air yang belum sempat ia telan menyembur keluar begitu saja. David terbatuk, dia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika Naura tinggal di sini. Bukankah nantinya mereka akan tampak seperti pasangan suami istri?

"Nggak boleh ya, pa?" Lala memasang raut wajah murung.

"Terserah Lala," jawab David cepat. Dia merasa tidak akan bisa mengalahkan putrinya. Melihat wajah murung nya saja membuat dirinya ingin memberikan seluruh dunia ini kepada Lala.

"Sayang papa banyak banyak," Lala merentangkan tangannya lebar dengan mata berbinar, membuat David menghela nafas lalu masuk ke pelukan Lala. "Cepat habiskan sarapannya."

Dengan senyum lebar, Lala memasukkan satu sendok nasi goreng ke dalam mulutnya. "Asin!"

Tangan David menadah di depan mulut Lala. "Keluarin!"

Lala melepehkan nasi goreng di mulutnya ke tangan David. "Maafin Lala." Dia menatap sedih nasi yang ada di tangan David.

David bangkit dan membuang sisa nasi tersebut ke tempat sampah lalu mencuci tangannya. "Nggak apa apa, ini salah papa."

"Bunda pasti marah kalo tau Lala buang makanan. Kata bunda, nanti
Dewi padi nya nangis." Lala memainkan bajunya dengan wajah tertunduk. "Lala makan lagi ya, pa?"

"Jangan!" David meraih piring itu dan menaruhnya di tempat piring kotor. "Nanti Lala sakit perut, habis ini kita sarapan di luar aja." David mengumpati kebodohannya dalam hati, bisa bisanya dia tidak mengecek rasa makanan yang dibuatnya.

"Papa mau nikah, ya? kata bude niken, kalo masakannya asin tandanya mau nikah," celetuk Lala dengan wajah polosnya.

"Itupun kalo bunda kamu mau," balas David dengan suara kecil.

"Apa?"

"Nggak, ayo sekarang kamu mandi dulu, habis ini kita pulang ke rumah bunda. Bunda pasti udah kangen banget sama Lala." David menggendong tubuh Lala dan membawanya ke kamar. "Lala bisa mandi sendiri? nanti kalo butuh bantuan panggil papa."

𝐁𝐔𝐍𝐃𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang