Prolog

10.1K 1.6K 498
                                    

Assalamualaikum guyss?

Gak lumutan kan nungguin cerita ini? Moga aja kagak ya hehhe

Udah siap baca? Kangen Mas Ayan? Yuk komen dulu sebelum baca👉

Note: aku di sini gak terlalu faham agama, jadi jika ada bagian di mana karakter Rayyan melenceng tolong beritahu aku ya dan beri aku penjelasan baiknya. Di sini, aku juga berusaha untuk membangun karakter Rayyan sebaik mungkin, semoga gak ada komentar negatif yang buat mood aku menurun:)

Happy reading 🖤

Seorang laki-laki turun dari taksi dan tersenyum cerah menatap rumah yang sudah lama ia tinggalkan.

Supir taksi menurunkan kopernya dan langsung di terima oleh pemuda itu, tidak lupa bibir tipis itu mengucapkan kata terima kasih dengan sopannya.

Mobil biru itu beranjak pergi meninggalkan depan rumah sang pemuda.

Di pintu utama rumah putih dua tingkat itu, seorang wanita paruh baya yang tubuhnya di balut gamis hitam yang di padukan jilbab dengan warna senada yang menutupi dada, berdiri sembari tersenyum haru.

"Anak Umi udah datang," ujar Umi Aisyah pada sang putra tunggal, Rayyan El Fatih.

Rayyan tersenyum cerah, ia masuk dengan menarik koper hitamnya.

"Assalamualaikum Umi," ucap Rayyan, ia mencium punggung tangan sang Ibu sebelum memeluknya dengan rindu.

"Umi rindu sama Ray," ujar Aisyah.

"Ray juga Umi. Ohiya, Abi di mana?" tanya Rayyan.

"Abi ada urusan di perusahaan. Bentar lagi balik, pasti Abi juga rindu sama Rayyan."

Rayyan tersenyum, ia memberikan sang Ibu menarik tangannya masuk ke dalam rumah.

Sudah lima tahun Rayyan meninggalkan rumah ini. Karena memang, setelah tamat SD, Rayyan melanjutkan sekolah tingkat menengahnya di Madrasah Tsanawiyah Negeri yang ada di Sulawesi. Ia tinggal bersama sang Nenek dan juga kakeknya.

Dan sebulan yang lalu, Nenek dan Kakeknya meninggal karena kecelakaan, membuat Azam--sang Ayah menyuruh Rayyan untuk pindah kembali ke Jakarta dan lanjut sekolah di sini.

Ia juga sudah mendaftarkan Rayyan di sekolah swasta ternama di Jakarta.

"Kamu istirahat dulu ya, jangan lupa Sholat zhuhur, sebelum waktunya habis," ujar Aisyah.

Rayyan mengangguk mengerti. "Siap Ibu Negara." Rayyan tersenyum kecil, pemuda itu mengambil air dan duduk di kursi sebelum meneguk air putih.

Setelahnya ia menuju kamar dan membersihkan diri. Tak lupa juga ia bersiap untuk sholat Zhuhur di rumah, mungkin saat Ashar nanti ia akan ke masjid.

Setelah beberapa saat, Rayyan telah selesai dengan hal wajibnya sebagai seorang muslim. Cowok itu memperbaiki tatanan rambutnya dan melipat sajadah.

Suara berisik dari bawah membuat keningnya mengerut. Tak lama kemudian, pintu kamarnya terbuka menampilkan empat cowok ganteng yang tersenyum padanya.

Heyy! Rayyan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang