17. Penyesalan Lingga

7.4K 1.2K 1K
                                    

Makasih banyak untuk antusias kalian, seneng banget lohhh🥰

Panggil aku Star yaa

Happy reading ❤️

----

"Menyesal adalah kata sederhana namun mampu membunuh secara perlahan"

Lingga bodoh. Dia mengakui itu. Hanya karena sejumput sampah, ia kehilangan semuanya.

Lingga menyesal karena mudah di perdaya. Rasanya sangat sesak kala mengingat jika ia dan Alira tidak mempunyai hubungan apa-apa lagi.

"Bangsat! Kenapa perasaan gue muncul saat hubungan gue udah hancur," racau Lingga. Cowok itu terlihat sangat berantakan. Kantung mata yang menghitam juga rambut yang acak-acakan. Lingga benar-benar kacau di tinggal Alira.

Lingga jatuh lemas di lantai kamarnya. Keadaan kamar yang gelap dengan pecahan beling dari furniture yang ia pecahkan, berserakan di mana-mana. Tangannya penuh luka dengan darah kering yang enggan ia bersihkan.

Lingga hancur.

Sudah tiga hari berlalu dari ulang tahun SMA Phoenix dan akhir dari pertunangannya dengan Alira. Alira menjauhinya, bahkan memblokir nomornya.

Terhitung saat malam itu, Alira tidak ingin berinteraksi dengannya lagi. Setelah terbongkarnya kebusukan Baby, Lingga mengamuk besar pada perempuan itu. Ia juga ingin meminta maaf pada Alira, tapi karena insiden Lheo yang tertembak untuk menyelamatkan istrinya, membuat ia urung karena harus ke rumah sakit.

Lingga benar-benar kacau. Ia baru kehilangan sahabatnya Bian, ia juga hampir kehilangan Lheo, jika saja cowok itu tidak banyak drama. Lingga juga kehilangan status tunangannya dengan Alira—cewek yang selama ini menyukainya.

"ARGHH! INI SEMUA GARA-GARA PEREMPUAN BANGSAT ITU!" kesal Lingga. Ia sudah ingat semuanya, ia ingat apa yang ia lakukan bersama Baby hingga Alira mengakhiri hubungan mereka.

"Aira ... Gue gak mau kehilangan lo," lirih Lingga. Tangannya terkepal erat. Ia ingin memberi pelajaran pada Baby, karena perempuan iblis itu, hidup Lingga hancur. Tapi, Baby hilang tanpa jejak. Info yang Lingga dapat, jika Baby ada dalam genggaman keluarga Aqtalariq.

"Aira hiks... Maafin gue ... Gue mau rujuk sama lo." Lingga menunduk, membiarkan air matanya mengalir dan jatuh ke lantai.

"LINGGA! KELUAR KAMU!"

BRUK!

"KELUAR SEKARANG LINGGA, PAPA MAU BICARA!"

Lingga menatap pintu kamarnya yang di ketuk keras oleh Papanya—Rangga Andromeda.

"LINGGA MAU SENDIRI! JANGAN GANGGU LINGGA DULU!" teriak Lingga. Ia hanya ingin sendiri, meratapi semua perbuatannya terhadap Alira.

Namun, Rangga tidak diam. Ia terus mengetuk pintu kamar putranya itu dengan keras. Lingga harus menjelaskan masalah yang telah ia perbuat.

"KELUAR SEKARANG ATAU PAPA HANCURKAN PINTU KAMAR KAMU!" ancam Rangga. Pria itu terlihat sangat marah.

Lingga berdecak kasar. Cowok dengan keadaan shirtless itu beranjak malas menghampiri sang Papa. Baru saja pintu terbuka, satu bogeman mentah sudah mendarat di wajahnya.

Heyy! Rayyan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang