41

2K 201 83
                                    

Mereka telah melihat banyak kasus orang galau atau putus cinta yang akan melukai dirinya sendiri, atau melarikan diri ke alkohol untuk menghilangkan rasa sakit yang di rasa.

Namun sayangnya itu tidak berlaku bagi Rayyan. 3 hari telah berlalu sejak kejadian di rumah sakit, kejadian di mana ia kalah dalam mempertahankan Alira. Wajahnya pucat dan matanya sangat sembab. Bahkan sahabat-sahabatnya——Gege, Jojo, Kai dan Atla menjadi saksi kegalauan pemuda itu. Mereka menyaksikan langsung bagaimana punggung cowok itu bergetar dalam sujudnya yang lama setiap sholat 2 hari belakangan ini, entah doa apa yang Rayyan panjatkan, tapi melihat betapa lamanya sujud itu, mereka yakin rasa sakit Rayyan tidak sesederhana itu.

"Gila, perlu gue siram air jampi-jampi si Alira ni, berani banget buat sahabat gue sakit hati," kesal Gege, cowok dengan bandul salib itu berkacak pinggang, menatap punggung Rayyan yang tengah membagikan makanan pada anak-anak pinggir jalan.

"Korslet otaknya, awas aja ngemis balik sama Rayyan, gak akan semudah itu gue kasih," timpal Jojo.

"Kasian Rayyan gue," tambah Kai.

Ketiganya benar-benar tidak terima melihat Rayyan di sakiti. Demi apapun, bahkan mereka hampir menghampiri Lingga di rumah sakit untuk mengamuk kalau saja tidak di tahan oleh Azzam-Abi Rayyan.

"Biarkan mereka menyelesaikan masalah mereka sendiri, percayalah kadang takdir memang menyakitkan, tapi selalu ada hal luar biasa di akhir yang akan menanti," kata Azzam kala itu.

Kedua orang tua Rayyan dan Alira sudah membuat pertemuan membahas masalah anak-anak mereka, namun kendalanya masih pada Alira yang sibuk menjaga Lingga di rumah sakit. Dul—Papa Alira jujur sangat kecewa dengan keputusan putrinya itu.

"Kita balik ke basecamp sekarang," ajak Atla, dia mengumpulkan kresek yang di gunakan menaruh makanan tadi dan membuangnya di tempat sampah.

"Ayo Ray, lo harus makan juga setelah ini. Galau juga butuh tenaga," tambah Atla, dia merangkul pundak Rayyan yang nampak lesuh, meremas pundak kokoh itu dan menuntunnya ke mobil.

Selama perjalanan ke basecamp, Rayyan hanya banyak diam dengan menatap pemandangan luar jendela, diamnya Rayyan membuat suasana dalam mobil sangat senyap.

Cowok tampan dengan baju koko berwarna hitam itu tersentak kala air matanya mengalir dalam diam, ia terkekeh kecil, meratapi nasibnya yang sangat menyedihkan.

Sudah dua hari ia tidak melihat kehadiran Alira, bahkan walaupun ia bertahan di rumah mereka menunggu di ruang tamu—seolah menantikan kehadiran Alira, sosok perempuan itu tidak juga muncul.

"Saya benar-benar tidak di butuhkan lagi ya?" gumam Rayyan.

Sahabatnya sangat prihatin melihat kondisi Rayyan, cowok itu benar-benar bergantung pada Alira, dan setelah di tinggal perempuan itu, Rayyan seperti kehilangan gairah hidupnya.

Tiba di Markas, ternyata ada bang Syakir di sana. Kondisi tempat itu masih sunyi, mungkin karena anggota Sky Garden masih ada urusan masing-masing, dan ini juga masih terlalu pagi untuk berkumpul.

"Assalamualaikum Bang, udah lama di sini?" ujar Jojo, mereka bersalaman dengan Syakir sebagai bentuk sapaan.

Rayyan diam saja, tenaganya seperti terkuras. cowok itu memilih duduk di sofa, menyandarkan kepalanya dan sandaran sofa dengan mata terpejam.

Syakir mengerucutkan kening, bertanya dengan gerakan bibir pada anggota lain seolah menanyakan kondisi Rayyan.

"Lagi galau bang, di tinggal Istrinya," ujar Gege pelan agar tidak di dengar oleh Rayyan.

Syakir ikut terkejut, di sela kondisi itu ia malah terfikir untuk mendekatkan Rayyan dengan adiknya Syakilla.

"Eh kalian sudah makan kah? kalau belum, gue minta tolong sama adik gue buat anterin kita makanan, kebetulan tadi Ibu gue masak banyak," ujar Syakir membuka suara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Heyy! Rayyan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang