Japan

84 6 0
                                    

.
.
.

***

Semua koper sudah siap, kali Ini Rania akan kembali ke Jepang dengan diantar Adam juga Luna.

"Yeay..akhirnya aku ikut liburan juga." Sorak Luna.

"Hei siapa yang liburan, kakakmu mau kembali kuliah, bukan liburan." Sahut Adam.

"Tapi tetap saja ke Jepang." Balas Luna.

"Tenang saja..nanti kakak ajak kau jalan-jalan juga." Sahut Rania.

"Asik.. terima kasih kak. Tuh kak Adam dengar, kak Rania mau mengajakku jalan-jalan kok." Sergah Luna.

"Awas saja kalau bikin kakak repot." Keluh Adam.
.
.
.

Setibanya di Jepang, mereka sudah langsung menempati apartemen yang Adam kontrak. Kebetulan sebelum pernikahan, Adam sudah mengurus semuanya, sehingga saat kembali ke sini, mereka tidak perlu capek untuk pindahan, hanya perlu sedikit membereskan barang-barang saja

"Jalanan di sini nyaman ya kak, bersih dan lengang." Sahut Luna

"Iya, orang Jepang memang disiplin, baik waktu, kebersihan, peraturan, pokoknya smuanya dan mereka juga sangat mengutamakan privasi jadi nampak sepi."
.
.

2 Hari penuh mereka habiskan waktu untuk jalan-jalan menikmati suasana sekitar. Tentu saja Rania tidak mau kehilangan sisa waktu liburnya untuk berkunjung ke tempat indah di Jepang yang belum sempat ia kunjungi.

Arashiyama, sangat indah saat musim semi, danaunya yang jernih dengan hamparan pepohonan yang berjejer dengan daun warna-warni, serta hutan bambu yang asri.

"Aku berasa sedang momong dua bocah kecil, hhh..." Keluh Adam saat melihat Rania mauoun Luna yang berjalan lebih dulu.
.
.
.

"Yah, bagaimana ini, besok Senin aku ada wawancara kerja, aku harus segera pulang kak." Keluh Luna saat membaca pesan yang masuk di ponselnya.

"Kenapa infonya mepet sekali sih, ini sudah hari Sabtu, tidak mungkin kau pulang besok." Ucap Adam.

"Sore ini sepertinya aku harus pulang, padahal kita sudah berencana menghabiskan waktu di sini sampai malam. Maaf aku merepotkan kalian." Ucap Luna sedih.

"Hmm.. bukannya sudah biasa kau merepotkan." Goda Adam sambil menikmati makan siangnya disusul tawa Rania.

"Ya sudah selesai makan, kita langsung pulang, kau juga harus berkemas kan?" Saran Rania.
.
.

"Kau tidak apa kan pulang sendiri? Karena kakak masih harus membantu kak Rania membereskan beberapa barang pindahan." Ucap Adam saat mengantarkan Luna ke bandara.

"Iya kak tidak apa, kau ini tidak bisa meremahkanku, memangnya aku anak kecil." Jawab Luna.

"Hah.. aku tidak percaya, soalnya kau terbiasa 'kak ini..kak itu.." Balas Adam dengan nada mengejek dan Luna hanya cemberut mendengar ejekan Adam.
.
.

"Aku pergi dulu kak, sampai jumpa lagi ya, aku akan merindukanmu." Pamit Luna pada kedua kakaknya sambil memeluk Rania.

"Iya..kau juga hati-hati ya." Balas Rania

"Jangan lupa memberi kabar begitu kau sampai." Ucap Adam.

"Siap..." Jawab Luna berlalu.

"Yeay..masih ada sisa 1 hari sebelum istriku sibuk kuliah kembali, berarti masih ada 1hari untuk kita berbulan madu." Goda Adam sambil memeluk Rania

"Apa sih Mas ini... Hei ini tempat umum, main peluk saja. Lagi pula PR kita banyak untuk membereskan rumah, ayo cepat pulang." Ucap Rania menarik tangan Adam.
.
.
.

Dan malam ini pun mereka urung lagi untuk membereskan rumah, karena ulah Adam sehingga Rania hanya bisa pasrah.

"Mas tanggung jawab ya, besok harus membereskan semua barang-barang." Pinta Rania sambil terkantuk di pelukan Adam setelah pergumulan suami istri yang mereka lalui.

"Iya sayang... Siap... Tidurlah, aku mengantuk sekali." Jawab Adam.
.
.
.

Sudah beberapa hari Adam menemani Rania, namun dia tetap tidak lupa dengan pekerjaannya.

"Sayang, teh nya." Ucap Rania memberikan secangkir teh panas pada Adam yang fokus menatap tab nya.

"Terima kasih sayang." Balas Adam.

Adam mengoreksi beberapa file yang dikirim oleh pak Salim sementara Rania kembali ke dapur untuk membereskan beberapa piring kotor selepas makan malam.

Saat sedang serius mencuci piring, Rania dikagetkan dengan kedatangan Adam yang tiba-tiba memeluknya dari belakang sambil ikut membantu mencuci piring.

"Sayang... kau mengagetkanku." Keluh Rania.

"Aku kan ingin membantu, supaya cepat selesai dan kita bisa santai berduaan." Kilah Adam.

"Memangnya pekerjaanmu sudah selesai?" Tanya Rania.

"Tentu saja, makanya aku kemari." Sahut Adam debgan mengecupi kepala Rania.

"Haa terserah, tapi lebih baik kau minggir, mengganggu saja, mana bisa cepat selesai kalau diganggu sperti ini." Keluh Rania lagi namun Adam justru menggodanya dengan mengecupi leher Rania.

"Mas... Sudah ah." Ronta Rania namun kini kedua tangan Adam melingkarkan pelukannya ke perut Rania.

"Sayang..." Bisik Adam dengan menyandarkan dagunya di pundak Rania.

"Iya..." Jawab Rania.

"Sepertinya lusa aku harus pulang." Jelas Adam

Rania mematikan keran air dan bertanya

"Lusa? Ada hal penting ya? Hhm.. mana bisa aku menghalagimu Mas, kau kan juga punya tanggung jawab di kantor." Jelas Rania kemudian berbalik menghadap Adam.

"Tapi aku yang enggan. Aku berat untuk berjauhan denganmu, apalagi setelah menikah rasanya ingin setiap waktu di dekatmu." Keluh Adam dengan kedua tangannya mengelus kepala Rania dan meraih kedua pipi Rania.

"Memangnya aku juga tidak berat? Bersabarlah, tahun depan studiku selesai, kita bisa selalu bersama." Balas Rania dengan merapatkan pelukannya pada Adam.

Adam memeluk Rania erat dengan tangan kanannya mengelus kepala Rania kemudian menatap kembali wajah manis istrinya itu.

"Saat pekerjaanku selesai dan luang, aku akan kembali lagi ke sini, yang jelas aku akan mengusahakan untuk bisa menemanimu." Jelas Adam dengan kedua tangannya mengelus pipi Rania.

Rania mengangguk dan menyambut ciuman hangat Adam dengan melingkarkan kedua tangannya pada pundak Adam. Sepertinya malam ini Rania tidak bisa menolak hasrat suaminya itu.

Adam menggedong Rania menuju kamar dan merebahkannya di tempat tidur

"Apakah nanti aku tahan untuk berjauhan denganmu?" Bisik Adam dengan mengecupi telinga Rania

Dengan suara rintik hujan yang membuat suasana semakin syahdu sehingga malam ini akan menjadi malam yang sangat panjang bagi mereka.
.
.
.

Keesokannya Rania membantu memasukan pakaian juga beberapa barang Adam ke dalam koper.

"Bajuku tak perlu kau bawakan semua sayang, nanti juga aku kembali lagi ke sini." Ucap Adam.

"Tidak kok... Besok jam berpaa penerbangannya sayang?" Tanya Rania.

"Jam 6 pagi, sepertinya kita harus pagi-pagi sekali ke bandara." Jelas Adam
.
.
.

Next...



Rania, I love You...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang