Pertemuan yang sebenarnya

341 13 0
                                    

Hai...hai...hai... Jangan lupa like nya...

Foto hanya ilustrasi ya, biar makin semangat bacanya
.
.
***

Adam memanggil sekretarisnya untuk memastikan panggilan via emailnya pada Rania.

"Kau ini bagaimana? Kenapa belum juga memanggilnya?" Keluh Adam pada Dita Sekretarisnya.

"Maaf pak, saya sudah menghubunginya via email hampir setiap hari, tapi tidak ada jawaban ke email sekretari pak, saya kira langsung terhubung ke manager, mohon maaf pak."

"Baiklah tidak apa, kita coba sekali lagi, jika tidak ada respon, kita cari penulis lain, mungkin dia sudah mendapatkan kontrak dengan penerbit lain. Padahal saya tertarik dengan bukunya. Oke Dita, kuberi kau waktu 2 hari, jika tidak ada balasan, kita ganti penulis." Saran Adam.

"Baik pak. Permisi." Sahut Dita kemudian meninggalkan bos nya.
.
.

Sore hari sepulang dari kantor, Adam mampir ke sebuah kafe menghampiri teman-temannya untuk sekedar minum kopi.

"Wah kemana saja kau Dam, lama tak kelihatan, kau ini terlalu banyak kerja sampe lupa waktu bersenang-senang." Sahut Ryan sambil menepuk-nepuk pundak Adam disusul anggukan Kevin.

Ketiga pria itu pun menikmati sorenya. Tanpa sadar Rania juga berada di kafe yang sama bersama Sarah sahabatnya.

"Kau kenapa dari tadi memperhatikan mereka? Kau mengenalnya?" Sahut Sarah.

Rania pun menceritakan tentang sosok Adam pada Sarah.

"Ow.. begitu? Kau tau namanya tidak?" Tanya Sarah dan Rania hanya menggeleng.

"Entah kenapa pria itu cukup menarik perhatianku sejak pertama melihatnya, aku merasa pernah mengenal sebelumnya. Dan kali ini aku melihatnya lagi." Jelas Rania.

"Kutraktir kau jika berani menghampirinya sekarang." Sahut Sarah.

"Ah tidak..tidak mau... sepertinya dia sama sekali tidak tertarik padaku. Dua kali bertemu di rental DVD, dia acuh, bahkan pertemuan yang kedua pun, dia masih belum menyadari keberadaanku. Apalagi saat ini dia sedang bersama teman-temannya." Jelas Rania.

"Hmm...ya sudah kalau kau tidak mau.. lebih baik kita pulang saja, sudah mau maghrib." Bujuk Sarah.

"Sebentar lagi, tunggu dia keluar dulu." Pinta Rania.

Kedua gadis itu pun sabar menunggu Adam keluar dari kafe. Dan tak lama Adam keluar kafe, kemudian Sarah bergegas keluar diikuti Rania.

Sarah sengaja menyenggol Adam. Rania pun kaget dengan apa yang dilakukan Sarah.

"Aw... hati-hati dong mbak." Sahut Adam sambil meraih kunci mobilnya yang jatuh.

"Eh..iya mas maaf, saya dan teman saya buru-buru soalnya." Jawab Sarah.

"Oke tak apa." Sahut Adam sambil melirik ke arah Rania

Rania menarik lengan Sarah kemudian berbisik

"Kau ini gila ya.."

Sarah merasa Adam mengenali Rania saat melihat Adam melirik ke arah Rania. Namun karena Rania grogi, Rania pun berbalik. Dan Adam berlalu begitu saja tanpa mengenali Rania sedikit pun.

"Hah... kenapa bisa dia tidak mengenalimu Rania? Padahal kau pernah menyapanya dua kali." Keluh Sarah.

"Tuh kan aku bilang apa, dia sama sekali tidak tertarik padaku." Gerutu Rania.

"Tak adil sekali sampai dia tidak mengenalimu. Kau ini sempurna, kau cantik, pintar, berprestasi, kau juga mapan. Tidak ada yang kurang." Jelas Sarah.

Rania, I love You...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang