Jangan lupa LIKE ya..
.
.
.3 tahun kemudian
Sejak 2 hari lalu, Rania dan Adam sudah berada di Jepang, bukan karena study, bisnis atau liburan, tapi demi sebuah undangan pernikahan.
"Sayang cepatlah, sudah hampir waktunya." Panggil Adam pada istrinya
"Iya sebentar." Jawab Rania bergegas keluar kamar.
"Hah.. musim semi yang indah, lama sekali tidak menikmati sakura ya." Gumam Adam
Setelah berjalan 15 menit dari tempat mereka tinggal, sampai juga di lokasi pernikahan.
Rania dan Adam menghampiri sepasang pengantin yang sibuk menerima ucapan selamat dari para tamu.
"Bu Rania..." Sapa Bima saat melihat Rania menghampirinya
"Selamat ya, semoga kau dan Aiko selalu bahagia dan langgeng."
"Terima kasih Bu Rania."
"Sepertinya akan lebih baik jika kau memanggilku kak saja." Bisik Rania
"Begitu? Kak Rania. Tapai kalau Pak Adam sepertinya berat." Goda Bima.
"Apa? Kau mau bilang kalau aku terlihat tua begitu?"
Mereka hanya tertawa mendengar keluhan Adam.
"Selamat ya, bahagia selalu. Terima kasih sudah berbuat banyak kebaikan untuk kami." Ucap Adam.
"Sama sama Pak. Selamat menikmati pestanya ya, jangan buru-buru pulang, karena kami ingin berfoto bersama." Jelas Bima.
"Tentu saja." Sahut Rania dan Adam kemudian menghamipiri hidangan yang tersedia.
"Ah senangnya, akhirnya Bima menikah juga. Aku tidak akan menyangka, dia yang dulu sama sekali tidak tertarik kuliah di Jepang, kini berjodoh orang Jepang, bahkan sekarang dia mengajar di sini." Ucap Rania.
"Ya, semua berkatmu sayang." Sahut Adam.
.
.
.Rania berjalan mengekor Adam meninggalkan tempat resepsi sambil memegang perutnya yang terasa masih lapar.
"Sayang, aku ingin makan ramen yang ada di ujung jalan langganan kita dulu, kira-kira masih ada tidak ya?" Pinta Rania.
"Apa? Tiba-tiba? Kita kan barus saja menyantap makanan banyak tadi? Bahkan perutku masih sangat kenyang." Jawab Adam.
"Tapi aku masih ingin makan, apalagi makan ramen di kedai itu. Wah..rasanya pasti enak sekali." Balas Rania sambil membayangkannya.
Adam hanya menggeleng dan menepuk jidat melihat ekspresi istrinya kemudian menyahut
"Ya sudah ayo kita beli, janji harus dihabiskan."
"Iya aku janji."
.
.
.Beberapa hari kemudian, di suatu malam
Rania terbangun tengah malam dan bergerilya memeriksa isi kulkas.
"Ah..kenapa jam segini aku terasa sangat lapar sih. Hah.. bikin omurice saja. Tidak peduli malam-malam makan nasi, yang jelas aku harus menghilangkan rasa laparku, benar-benar perih sekali perut ini." Gumamnya
Adam yang menyadari ada suara berisik di dapur pun terbangun dan menghampiri sumber suara tersebut. Adam kaget saat melihat istrinya sibuk membuat makanan.
"Sayang kau sedang apa? Ini sudah larut malam." Tanya Adam.
"Aku sedang membuat omurice, tiba-tiba aku lapar, perutku perih sekali. Apa kau mau?" Tawar Rania.
"Ah..tidak, perutku bahkan terasa penuh jika sudah larut seperti ini."
"Ya sudah, kau tidur saja. Maaf sudah membangunkanmu." Ucap Rania.
"Mau kutemani makan?" Tawar Adam.
"Tidak perlu sayang, kau tidurlah."
"Baiklah, jangan langsung tidur setelah makan ya, netralkan dulu pencernaanmu." Saran Adam.
"Siap pak." Balas Rania.
.
.
.Hingga pada akhirnya Adam mulai menyadari ada perubahan pada istrinya yang lebih doyan makan dan sering merasa lapar.
Sepertinya kabar gembira akan menghampiri pasangan suami istri tersebut.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Rania, I love You...
Romance[Warning 21+] Rania 25th, dosen muda yang terjebak cinta seorang pria tampan, Adam 29th.