Mila

34 4 0
                                    

Maaf jika byk typo...

Foto hanya ilustrasi, selamat membaca..
.
.
.

Penyelidikan kasus kecelakaan yang menimpa Rania sudah hampir selesai. Dengan dibntu kepolisian Indonesia, Mila berhasil ditangkap dan harus mendapatkan pengadilan di Jepang. Keluarga nampak syok saat mengetahuinya. Ayah Adam yang sudah berteman dengan ayah Mila tidak dapat menyembunyikan kekecewaan yang sangat dan merasa bersalah telah berusaha mengenalkan mereka.

"Jika aku tidak berusaha menjodohkan mereka, pasti tidak akan terjadi kecelakaan ini." Ucap ayah Adam menyesal

"Jangan menyalahkan diri sendiri Ayah. Lagipula Mila juga akan mendapatkan hukuman yang setimpal." Hibur Ibu

"Tapi aku sudah membuat luka bagi anak kita, khususnya Rania, dia pasti merasa putus asa dengan kondisinya sekarang."

"Berdoa saja, semoga kondisi Rania bisa kembali normal."
.
.
.

Mendengar kabar Mila telah dibawa ke kepolisian setempat, Rania berniat untuk menemuinya.

"Untuk apa kita menemuinya?" Ucap Adam

"Setidaknya ia harus tau, kalau aku baik-baik saja." Jawab Rania.

Dan mereka berdua memutuskan untuk bertemu Mila.

"Hah, kalian... Mau apa kemari? Sudah puas kan?"

"Kau benar-benar ya tidak ada penyesalan sedikit pun." Ucap Adam dengan nada emosi.

"Tentu saja aku puas, karena kau tidak akan bisa merasakan kebahagiaan dengan dikelilingi orang-orang yang menyayangimu. Kau justru akan menjamur seumur hidupmu di dalam penjara. Yah kalau di negara sendiri masih mending, tapi kau di negara orang. Dan terima kasih sudah melakukan ini padaku. Kau pasti tau kondisiku sekarang seperti apa, tapi itu tidak akan merubah hubunganku dengan suamiku, Mas Adam akan selalu mencintaiku, bahkan semakin mencintaiku." Jelas Rania dengan senyum sinisnya dan berlalu meninggalkan Mila

"Hei Rania, kau benar-benar ya. Asal kau tau, aku tidak pernah menyesal melakukan ini, yang kusesalkan kenapa aku tidak berhasil membuatmu mati." Teriak Mila.
.
.

"Kau tidak apa?" Tanya Adam saat melihat Rania nampak sedih.

"Tidak apa Mas, aku baik-baik saja dan aku merasa puas sudah bertemu dengannya." Jawab Rania menoleh ke arah Adam.

Rania meraih pipi Adam dan kembali menyahut

"Terima kasih sudah menguatkanku, kejadian ini sungguh berat dan membuatku terpukul, namun karenamu aku bisa kuat, aku mencintaimu mas."

Adam menghapus air mata yang menetes di pipi Rania kemudian mendaratkan kecupan hangat di bibir Rania.

Adam menghentikan kecupannya dan mengusap bibir Rania

Salju pertama turun dan tahun ini salju turun lebih cepat tiba dari tahun sebelumnya.

"Wah salju pertama." Ucap Rania menengadahkan tangannya

"Pertama kalinya menikmati turun salju bersamamu." Ungkap Adam

Terdengar kerucuk perut Rania membuat Adam menoleh ke arah istrinya

"Kau lapar?" Tanya Adam

"Hee, iya. Bagaimana kalau kita makan dulu sebelum pulang?" Tawar Rania

"Tentu saja, kau mau makan apa sayang?"

"Ke kedai Ramen langganan kita yang ada di ujung jalan itu bagaimana? Dingin-dingin seperti ini cocok deh."

"Tapi sepertinya jam segini belum buka." Ucap Adam.

"Ya selama kita menghabiskan waktu berjalan pulang sambil menikmati salju turun, sampai sana pasti sudah mulai buka." Jelas Rania

"Perutmu akan semakin lapar sayang." Kilah Adam

"Nanti aku minta gendong mas Adam." Ucap Rania terkekeh.

"Ishh.. adek kecil ini maunya ya." Balas Adam dengan merangkul erat Rania.
.
.
.

Akibat perbuatan Mila membuat hubungan keluarga Adam dan keluarga Mila menjadi kurang baik. Tentu saja hal itu membuat ayah Mila syok dan jadi sakit-sakitan.

"Kudengar dari ayah, katanya ayah Mila sakit sejak Mila masuk penjara."

"Sebenarnya kasihan juga. Hanya karena perbuatan bodoh Mila, orang tuanya harus ikut menanggungnya. Tapi kita tidak perlu memusingkannya, itu sudah balasan untuk perempuan itu, aku berharap kedua orang tuanya sehat dan baik-baik saja. Lebih baik kita tidak perlu membicarakan perempuan itu." Jelas Rania di sela-sela makan malamnya kemudian berlalu membawa piring kotor ke zink.

Adam menghampiri Rania yang sedang mencuci piring dan memeluknya dari belakang.

"Kau marah?" Bisik Adam

"Memangnya ada alasan aku marah padamu?" Ucap Rania masih sibuk mencuci piring

"Tidak, hanya tadi aku membicaran Mila."

"Aku tidak marah, hanya saja aku tidak ingin menyinggung bahkan mengingat perempuan itu lagi." Jelas Rania.

"Baik sayang, maafkan aku ya." Jelas Adam dengan mengecupi sisi leher Rania.

Rania menghentikan aktivitas mencuci piringnya dan mencoba melepaskan pelukan Adam, namun Adam masih asik mengecupi lehernya.

"Mas bisa lepaskan tidak?" Keluh Rania.

"Apa kau masih belum siap? Apa aku boleh memintanya?" Bisik Adam memelas

"Maafkan aku mas. Aku tidak tau bagaimana menyampaikannya padamu. Aku masih merasakan trauma dan khawatir. Itulah alasanku kenapa aku ingin mengikhlaskanmu. Karena aku tidak yakin bisa membahagiakanmu." Jelas Rania tertunduk sedih.

"Sayang maaf.. aku tidak bermaksud memaksamu." Ucap Adam kemudian membalikan badan Rania

Rania masih tertunduk, Adam mencoba menarik dagu Rania. Menatap Rania dalam, Rania nampak berkaca-kaca hingga air mata itu menetes. Adam tidak tega melihatnya dan memeluk erat istrinya.

"Maafkan aku ya, aku terlalu egois, aku tidak akan memaksakan. Aku akan menunggu sampai kau benar-benar siap. Tapi tolong jangan pernah bilang hal itu lagi. Aku tidak ingin berpisah darimu. Aku sangat mencintaimu sayang." Jelas Adam membuat Rania terisak

"Maafkan aku ya Mas, emosiku masih sangat labil sekali. Aku akan berusaha menatanya." Ungkap Rania memeluk erat Adam.
.
.
.

Sudah di penghujung tahun, Rania semakin sibuk dengan penelitiannya begitu juga Adam yang mulai kembali memeriksa pekerjaannya meski jarak jauh.

"Sayang, sepertinya aku harus pulang untuk kembali memeriksa pekerjaan yang sempat diselesaikan ayah."

"Aku akan ikut pulang." Balas Rania

"Eh.. benarkah? Apa penelitianmu tidak masalah?" Tanya Adam dan Rania mengangguk sambil menyahut

"Tidak apa, aku masih bisa mengerjakannya di rumah dan aku juga bisa konsultasi secara virtual."

"Ah, syukurlah, aku tidak perlu meninggalkanmu sendirian. Nanti jika ingin tahun baru di sini, kita bisa kembali lagi kemari sampai peneliatianmu selesai, bagaimana?"

"Tentu saja, yang pasti setelahnya aku akan menagih bulan madu padamu." Kekeh Rania.

"Heh adek kecil masih ingat saja." Ucap Adam.
.
.
.

Next

Rania, I love You...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang