62. Prank

360 18 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

بسم الله الرحمن الرحيم

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••••

Nyawa Diana hampir saja melayang saat mendengar penuturan dokter yang mengatakan Reyhan kritis dan kehilangan banyak darah. Untungnya para anggota Alastor yang memiliki golongan darah yang sama langsung sigap mendonorkan darahnya, meskipun beberapa dari mereka takut dengan jarum suntik.

Sekarang kondisi Reyhan sudah membaik, dan Diana baru saja kembali dari mushola rumah sakit.

"Sayang, kamu dari mana aja? Mama nyariin lho dari tadi." ucap Rika pada Diana.

Seketika wajah Diana kembali menjadi tegang.

"Ada apa mah? Rey gapapa kan?" paniknya.

"Reyhan gapapa kok, kamu tenang aja."

Mendengar itu Diana langsung bernafas lega. "Syukurlah."

"Mama nyariin kamu itu mau ngajak kamu sarapan." jelasnya.

"Mama sama papa aja. Diana belum lapar." Tolaknya halus.

"Lho kok gitu." protes sang Raka. Sedangkan Rika hanya tersenyum maklum. Diana pasti masih shock dan sangat khawatir dengan kondisi Reyhan, dulu saat pertama kali Reyhan terluka karena tawuran Rika juga sama khawatirnya seperti Diana. Tapi sekarang dia sudah terbiasa dan percaya anaknya pasti mampu bertahan.

"Diana mau disini aja nemenin Reyhan." Meski belum diperbolehkan masuk ke ruangan tapi Diana tetap ingin menemani Reyhan disini.

Rika menghembuskan nafas lelah lalu mendudukkan dirinya disamping sang putri.

"Kak, jangan keras kepala."

"Kamu harus makan biar gak sakit, kalau kamu ikutan sakit siapa yang bakal jagain Reyhan." bujuknya. Masih dengan tangan yang setia mengelus lembut punggung tangan putrinya. Seakan memberikan semangat dan kekuatan agar Diana mampu menghadapi ini semua.

Mendengar kata-kata bujukan yang sudah basi itu membuat Diana hanya mampu menunduk memandangi sebuah cincin bertahtakan berlian disalah satu jari manisnya.

Tanpa dapat ditahan lagi buliran air matanya kembali jatuh. Suasana air hujan yang berjatuhan ke bumi disertai dengan guntur seakan menjadi melodi untuk Diana. Sepertinya alam sangat mengerti kalau dia sedang hancur, sedari semalam hujan tak kunjung reda sama seperti tangisnya yang tak kunjung henti.

Dunianya hampir saja hancur, pria nya hampir saja direbut oleh sang pencipta. Sahabat yang selalu meminjamkan bahunya untuk ia bersandar kini tengah berpaling. Sang paduka yang selalu memeluknya putrinya saat sedang gunda kini sedang berada ditempat yang jauh.

Entah harus kepada siapa lagi ia bersandar, semua tempat mengeluh nya seolah bersekongkol untuk menghindarinya. Ah, rasanya ingin menyerah saja.

"Diana takut mah." ungkapnya lirih. Suaranya yang bergetar mempu menggambarkan kekhawatiran dan ke putus asaan yang mendalam.

REYHAN | AFTER MARRIED [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang