22.Tikungan ¹/3 malam

68 38 7
                                    

Happy Reading
🌱🌱🌱

"Anak-anak ulangan semester genap akan dilaksanakan minggu depan. Seperti biasa, para guru akan merolling tempat duduk kalian dengan kelas dan angkatan yang lain, untuk meminimalisir adanya tindakan yang curang. Selain itu agar kalian tidak selalu stuck dalam lingkup pertemanan. Jadwal akan dibagikan melalui website resmi sekolah. Kalian cukup memasukan nomor peserta yang sudah dibagikan seperti semester lalu. Jadi saya harap dengan sebesar-besarnya, berusaha dan berdoa dengan sungguh-sungguh."

Upacara telah dibubarkan sejak lima menit yang lalu, kantin menjadi salah satu tempat yang dituju selain toilet.

Kecuali Ika, karena dia hanya berdiri di depan kelas, bukan karena ingin mengerjakan tugas tapi menunggu kelas IPA 2 yang sekarang entah dimana.

Dengan membawa buku kas yang dia buat sendiri dan tas kecil bergambar panda, Ika berdiri sendirian layaknya anak yang hilang. Meski sesekali dia tersenyum dan menyapa balik beberapa orang yang mengenalnya.

Uang kas yang Ika kumpulkan berhasil melebihi 500 ribu dalam jangka waktu 5 bulan lebih, dan sekarang ditambah dengan satu semester lagi yang belum dia hitung pasti. Ika sengaja tidak membawa semua itu karena takut. Yang dia bawa hanya uang sepuluh ribuan, lima ribuan, dua ribuan dan seribuan.

Melirik jam tangan untuk kesekian kalinya. "Mereka pasti sengaja".

Padahal dia sudah mengabari mereka sejak hari sabtu, dan kembali mengingatkan dihari minggu nya melalui grup, agar mereka menyediakan uang untuk bayaran kas.

Bahkan Ratna dan Nita pun ikut menghilang? Kalau Fuji tidak usah ditebak, justru dia ketua komplotannya.

Devan datang dari arah kantin membawa minuman pesanan Ika, dia membuka tutup botol nya agar memudahkan Ika minum "Minum dulu."

Meneguknya hingga tersisa setengah "Bagas sama Rizky di kantin?" Tanya Ika.

"Iya. Lagi jajan mereka." Ujar Devan "Biar gue bantu, lo yang urus duit nya gue yang nulis nya."

"Oke deh. Bentar nyimpen ini dulu." Ika berlari menuju meja nya dan menyimpan minuman yang masih tersisa setengah itu.

"Siti 3 rebu."

"Nih ka." Siti memberikan uang pas "Lunas ya."

"Lunas. Devan nama Siti pake warna biru."

"Oke ka."

"Edo lo 12 rebu."

"Aduh mahal sekali, saya tidak bawa itu duit segitu."

"Ga ada lo ga masuk?" Ujar Devan tenang.

"Ya sudah, pake ini saja." Ujar Edk menunjukan kartu gesek.

Devan menatap datar kartu itu "Lo ke atm sendiri, masih keburu." Ujar Devan karena jarak atm dengan sekolah hanya dipisahkan dua rumah saja.

"Oke lah. Tunggu sebentar ya." Ujar Edo.

"Yan lo 6 rebu cepet." Ujar Devan.

"Gue ga ada duit nih, heheh." Ucap Rian cengengesan.

"Lo ga boleh masuk." Devan mendorong Rian agar menyingkir.

"Galak bener dah pawangnya Ika, yang satu ceramahannya bikin sakit yang denger yang satu main dorong."

***

Sudah hampir satu tahun Ika menjadi Murid SMA 200 WIJAYA. Banyak perubahan positive yang dia rasakan, memiliki banyak kenalan membuat Ika perlahan berani untuk membuka obrolan.

JESIKA [END][COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang